Minggu, 13 September 2009

OMG...

aq lp menyelesaikan cerita q...
oh my god...
kebanyakan pikiran sm aktivitas sih...

untung sekarang libur, jd q bsa menyelesaikan ceritaku yang telah tertunda...
ayo semangat

Rabu, 02 September 2009

Ideal Girlfriend of suju

Hai Hai...

Apakah Kalian salah satu dari tipenya???


Teukie
> tingginya 163 cm
> ketika tertawa, matanya membentuk bulan sabit
> cute
> orang yang mendengarkan apa yang dia katakan
> bijaksana
> pengertian
> bersih
> riang
> orang yang hanya akan menyukainya


Kibum
> memiliki mata yang cantik
> seseorang yang memberikan rasa ketika dia melihatnya


Siwon
> Fits belly shirts well
> memiliki rambut yang lebat











Donghae
> charming
> pemikir
> memiliki rambut yang lembut
> elegant














Hankyung
> pendiam
> berkelakuan baik
> menjamu keluarganya dengan baik
> seseorang seperti song hye gyo




Sungmin
> lebih rendah dari pada dirinya
> Full of cuteness
> ramah
> manis




Eunhyuk
> cute
> perkataannya lembut
> seseorang yang manis seperti cotton candy
> memiliki mata yang bersih dan jernih
> berkulit putih
> Someone who he can actually wrap his arms around





Yesung
> seseorang seperti Moon Geun Young















Heechul
> A girl who wears dresses/skirts because it shows her pretty legs- Always ties her hair to show her neck





Ryeowook
> dapat bernyanyi dengan baik
> seseorang yang seperti laut













Kang In
> rambutnya panjang berkilau
> pintar
> kaya


Shindong
> pendek
> cute

apakah kamu termasuk tipe mereka???
hopeful...

Selasa, 01 September 2009

Annyong....

Lama saya tak menulis disini,

kali ini aku pengen berbagi resep pada kalian semua...
siapa tahu bisa buat buka puasa nanti...

Bahan :
1 lembar roti tawar
1 buah tomat
garam dan merica secukupnya
minyak zaitun (minyak goreng juga bisa)secukupnya
1 siung bawang putih

Cara Membuat :
1. tomat dipotong dadu, kemudian campur dengan garam, merica, dan minyak zaitun
2. roti di bagi menjadi empat, kemudian bakar
3. gosok roti dengan bawang putih sampai harum, lalu sebelum dimakan taruh campuran tomat diatasnya

nah siap disantap deh...

selamat mencoba...

Senin, 17 Agustus 2009

MERDEKA

Mumpung 17-an
tka mau post cerita

judulnya:

Kemerdekaan yang Aneh

Pada Zaman dahulu kala, di sebuah desa di suatu negara, ada seorang anak kecil yang pemberani. Pada waktu itu, anak kecil itu ikut dengan kedua orang tuanya untuk melakukan kerja rodi (Kerja Paksa). Anak kecil itu langsung menghampiri seorang colonel belanda dan langsung bertanya padanya.
“Pak Penjajah, kenapa sih belanda mau menjajah di sini?” Tanya sang anak kecil itu. “What do you say? I don’t understand about that!” Kata Kolonel Belanda. “Baut? Saya nggak punya baut pak! saya punyanya obeng!” Kata Anak kecil itu.
Tiba-tiba teman kolonel itu datang, mereka pun berbincang-bincang sebentar. Dia lalu bertanya pada anak itu. Rupanya dia mengerti bahasa anak itu.”Hai anak kecil! Apa yang kamu lakukan disini? “Saya hanya bertanya pada bapak itu, tapi bapak itu tidak menjawab pertanyaan saya, dia malah mencari baut. “sudah! Kembali saja kamu ke orangtuamu !! “Kata colonel itu
Keesokan harinya lagi-lagi anak itu membuat suatu kejadian. Dengan samangatnya anak itu melangkahkan kakinya ke kerumunan colonel Belanda “Attention please!! “Kata anak memulai. Semua mata colonel tertuju pada anak kecil itu. Anak kecil itu berkata: Pengumuman!! Bahwa hari ini tidak ada pengumuman!! “Setelah mengerti perkataan anak kecil itu, semua colonel menyeru… “Wait, wait, wait! Sekarang baru serius! Kata anak kecil itu. “Apa pengumumannya? “Kata colonel yang bisa berbahasa seperti anak kecil itu. Anak itu berkata: Pengumuman, Jangan dengar pengumuman ini pada hari sabtu karena…! Semua colonel menjadi tegang. “Besok hariminggu, dan besoknyalai hari senin! Begitu seterusnya!” Lanjut anak itu. Huuuu……!” Semua colonel begitu asyik menyeru dan melempari anak itu dengan tomat. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh para warga dengan menyerbu dan membakar markas Belanda. Dan dalam sekejap Belanda berada dibawah kekuasaan para warga. Para warga pun menyuruh semua colonel Belanda untuk melakukan kerja Rodi. “Jadi begini ya rasanya jadi colonel Belanda!” Kata salahsatu warga.
Disuatu malam para warga sepakat untuk menyuruh semua colonel untuk menyanyikan lagu Burung Kakak Tua, sebelumnya anak kecil itu mencontohkan lagu burung kakak tua.
Setelah selesai nanak itu mwnyuruh para colonel untuk bernyanyi. Dan hasilnya……
Bow wrong car card two are Track drunk track drunk
Hang up they gen the law Track drunk sya la la
Neck neck so are two are Track drunk track drunk
G-G are thing all two are Track drunk sya la la
Bow wrong car card two are

The End

Minggu, 16 Agustus 2009

pAt 3 Club'e

Ceplok..., Byur..., Whuz..., itu adalah suara telor yang dilempar Ayulien ke Thicka, suara Air campur kopi yang disiram Putrie ke arah Thicka, juga suara tepung yang dilempar Ayulien dan Putrie ke arah Thicka, kemudian Thicka siap di goreng. Becanda, becanda!
“Happy Birthday!!!” Seru Ayulien dan Putrie. “Nggak ada yang lebih parah?” Tanya Thicka kesal. “Ada kok!! Tenang aja kalo loe masih pengen yang lebih parah dari ini!!” Kata Putrie “Mending kita naik ke atas menara aja, di sana kado-kado sudah menunggu!” Kata Ayulien semangat.
Habis denger perkataan Ayulien, Thicka langsung mengeluarkan muka betenya, dan tiga detik berikutnya, Thicka langsung membersihkan tangannya, dan detik kemudian, dia asyik dengan laptopnya.
“Aduh ni anak! Kita berdua udah capek-capek bikin pesta buat elo, eh elonya malah bete kayak githu!” Kata Ayulien mulai marah. “Kalo loe nggak mau ngikutin kita berdua, gue bakal nyimbur loe, pake air ini, biar laptop loe broken sekalian!” Kata Putrie, sambil membawa ember yang berisi air.
Tanpa berkata apa-apa, Thicka langsung mematikan laptopnya dan juga langsung memasukan di tas laptop.
“Nah githu dong!” Kata Ayulien semangat. “Coba dari tadi! Kan gue nggak perlu repot-repot bawa air!” Kata Putrie.
Ayulien sama Putrie sudah terbiasa dengan sifat Thicka yang nggak bakal ngomong, kalo itu bukan hal yang pentiiiiiiiiiiing banget, dan juga Thicka itu orangnya paling coooooool di antara Ayulien dan Putrie, sedangkan Putrie, orang yang paling feminine di antara mereka, dan Ayulien, orang yang paling ceria, lemot, juga humoris, mereka bertiga berbeda kelas dan sekolah. Sebelum kita lanjut lagi ke cerita, gue bakal certain asal usul nama AYULIEN. Sebenernya nama Ayulien itu adalah Ayu Laili Visiona (Nggak nyambung bangetkan sama Ayulien) Kenapa Ayulien dinamain Ayulien? Ayulien itu adalah nama julukan dari Thicka dan Putrie, soalnya Ayu itu paling seneng kalo di panggil ALIEN dari PLANET PLUTO, makanya Thicka sama Putrie manggil Ayu jadi Ayulien dech. (Gue juga suka sama nama Ayulien, kesannya gimana… githu!) Oke sekarang kita balik lagi ke cerita.
Thicka sama Ayulien memiliki sebuah rahasia, yang nggak akan mereka bocorkan, walaupun dengan sahabatnya sendiri. Kenapa Putrie nggak punya rahasia? Karena dia sendiri nggak bisa jaga rahasianya!
Sepuluh menit kemudian, mereka bertiga telah sampai di atas menara. Dari mereka bertiga, cuma Thicka yang amburadul, gimana nggak, Thicka kan baru aja terkena serangan maut dari Ayulien dan Putrie.
“Gimana? Kerenkan! Ini semua kita berdua yang bikin!” Kata Putrie. Thicka hanya mengangguk. “Sekarang buka kadonya!” Tambah Ayulien.
Tanpa disuruh dua kali, Thicka langsung buka kadonya, dan dia langsung bete ngeliat isi kadonya itu. Isi kadonya itu seperangkat alat make-up beserta buku panduannya.
“Kalo mau marah langsung ke Putrie aja, soalnya dia yang beli, gue sich cuma kebagian ngebungkus kadonya doang!” Kata Ayulien cemas. “Kenapa nggak loe pake sendiri?” Tanya Thicka dingin. “Thick! Loe itu cewekkan! Tapi di kamar loe, nggak ada peralatan make-up! Bahkan bedak pun nggak ada! Jadi gue beliin ini dech! Biar nanti, kalo gue sama Alien satu ini, lagi ngumpul di rumah loe, kita bisa dandan!” Seru Putrie panjang lebar, tanpa ada titik koma, alias cara bacanya cepet.
“Nah sekarang kita makan dulu yo!! Ntar makanannya keburu nggak enak!” Ajak Ayulien.
Thicka sama Putrie menuruti perintah Ayu, toh perut mereka juga sudah keroncongan. (Tapi sayang, aku nggak bisa ikut makan. Hiks…Hiks…Hiks…) Sambil makan, mereka juga tetep ngobrol. Pokoknya kalo di deket mereka, kita bisa ketawa.
“Put! Gimana kabar cowok loe?” Tanya Ayulien. “Baik! Baik banget malah!” Kata Putrie “Siapa namanya? Cangkir?” Tanya Ayulien “Chandra!” Kata Putrie “Kapan loe putus sama dia?” Sindir Thicka dingin. “Kapan-kapan dong, setelah gue dapet cinta sejati gue!” Kata Putrie.
“Put! apa sich enaknya pacaran? Bukannya kalo kita siap pacaran berarti kita siap untuk sakit hati! Tapi kenapa banyak orang yang diputusin itu pada nangis?” Tanya Ayulien penasaran. “Makanya, kalo pacaran itu jangan terlalu serius, biar nanti kalo diputusin, kita nggak terlalu sakit hati, kalo bisa jangan elo yang diputusin cowok, tapi elo yang mutusin cowok!” Kata Putrie “Gue balik!” Kata Thicka sambil menuruni tangga.
Tiba-tiba Putrie memanggilnya yang mengakibatkan Thicka harus menoleh kebelakang lagi, dan..., BRUK!!! Nah itu suara kue tart yang dilempar Ayulien ke arah Thicka.
“Sekalian ya! Jadi ntar mandinya nggak dua kali!” Sahut Ayulien.
Sambil menuruni tangga, ia membersihkan cream yang ada di wajahnya. Dan setelah sampai di bawah, dia buru-buru pulang dan mandi sampai semua kotoran yang ada dari ujung rambut sampai ujung kaki, hilang.
Oke sekarang kita balik lagi ke Ayulien dan Putrie, di sana mereka lagi sibuk-sibuknya beresin barang-barang yang habis dipakai buat ngerayain pesta Ul-Tah-nya Thicka. (Sorry ya gue nggak bisa bantuin kalian! Kan kalian nggak ngajak gue makan!) Pasti mereka berdua capek banget, soalnya tu tempat harus bersih seperti sedia kala, karena tu tempat adalah tempat yang penting buat numpahin perasaan mereka bertiga.
Satu setengah jam kemudian, menara tersebut kembali seperti semula, Putrie dan Ayulien tergeletak karena kecapekan. “Huh! Akhirnya selesai juga!” Kata Putrie.
“By the way, cakwe, onde-onde, anyway, bus way Thicka mandinya lama banget ya! Ternyata dia masih cewek tulen loh! Orang mandinya aja lama! Kayak cewek!” Komentar Ayulien. “Dodol! Loe pikir Thicka bukan cewek apa? Diliat dari sisi manapun, Thicka itu tetep cewek!” Kata Putrie “Dodol? Guekan manusia, bukan dodol!! Atau loe mau kasih gue dodol ya?” Tanya Ayulien “Dasar Oon! Yen, loe punya pulsa nggak? Kalo punya, mending loe smsin Thicka aja!” Kata Putrie. “Nggak salah? Harusnya elo yang smsin si cool itu, loe kan sering diisiin pulsa sama pacar loe!” Kata Ayulien. “Ih pelit loe!” Ejek Putrie. (Udah mending pake pulsa gue aja! Tapi sayang kalian nggak boleh make pulsa gue!)
Putrie langsung aja smsin miss. cool.
Thick! Cptan loe k mnra, kl kaga loe bkl MATI! GPL LO...!
SMS DIKIRIM......
SMS DITERIMA......
Tanpa membalas sms dari Putrie, Thicka langsung naik ke menara. Ya kali aja ada something important. Sebelas menit kemudian, Thicka sampai di atas menara, dan langsung ikut-ikutan berjemur di panas sinar matahari. (Serasa kayak di Pantai Kuta)
Lima menit telah berlalu, tapi mereka bertiga tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dan akhirnya di detik berikutnya, Putrie mulai angkat bicara,
“Thick, lain kali kalo loe ulang tahun lagi, gue bakalan ngasih loe hadiah, tapi isinya bukan barang, melainkan cowok!” “Masa cuma Thicka sich yang dikasih hadiah! Masa gue nggak?” Protes Ayulien. “Bawel ah! Lagian ngapain juga ngasih loe hadiah! Nggak MUTU!!” Sindir Putrie. “Gue kasih tahu ya! Kalo elo ngasih gue hadiah, loe bakal seneeeng terus, soalnya senyum AYULIEN selalu mengiringi kemana pun loe pergi!” Kata Ayulien.
Mendengar penjelasan Ayu yang panjang lebar itu Putrie langsung muntah-muntah, sedangkan Ayu yang ngeliat tingkah laku Putrie langsung cemberut. Karena dia bete sama Putrie, langsung aja dia manggil Thicka, tapi nggak ada tanggapan, sekali lagi Ayu manggil tetap tidak ada tanggapan, ya… akhirnya Ayu menghadap ke arah Thicka, dan air keringat Ayu langsung turun, yang kayak di komik atau film-film kartun. Ayu mendekatkan mulutnya ke telinga Thicka sampai berjarak kurang lebih sepuluh centi, kemudian menarik nafas panjang-panjang dan memangil nama “Thicka” dengan keras. Putrie yang mendengar teriakan Ayu sampe kaget banget, padahal jarak Ayu sama Putrie itu satu meter, apa lagi Thicka ya. (Gue nggak bisa bayangin! Pasti kupingnya langsung budeg deh!)
“Yen! Loe apaan seh!” Kata Thicka keras, sambil memegang telinganya. “Ternyata masih ada yang lebih Oon dari gue ya! Udah tau gue manusia, tapi masih nanya juga!” Kata Ayulien. Thicka menghembuskan nafas kesal. “Ngapain loe tadi?” Tanya Thicka kesal. “Habisnya! Gue ngomong, elonya malah tidur! Gimana nggak kesel!” Kata Ayulien “Cuek ai beta!” Kata Thicka yang bikin Ayu tambah kesel. “Thick! Loe tidur sejak kapan?” Tanya Putrie sambil tertawa. “Lima menit yang lalu!” Kata Thicka “WHAT! Berarti loe nggak dengerin apa yang gue omongin! Lama-lama gue kesel sama elo! Gondok tau!” Kata Putrie.
Thicka tetap cuek sama Ayu dan Putrie, malahan dia mau tidur lagi, tapi Ayulien yang udah kesel setengah mati cepet-cepet teriak lagi, ya jadinya Thicka nggak bisa tidur dech. (Tersiksa deh!)
“Coy! Minggu depan valentine day kan! Rencana kalian apaan?” Tanya Putrie bersemangat. “Bikin cerita!” Jawab Thicka singkat. “Kalo gue, paling main ke rumah Miss. Cool, kalo nggak bengong!” Kata Ayulien “Kalian berdua nggak ada niat jalan sama cowok saat VD?” Tanya Putrie.
Thicka sama Ayulien langsung menggelengkan kepalanya. Putrie langsung cemas setengah mati, Putrie bingung sama sifat mereka, apa mereka nggak pernah ditembak sama cowok, atau mereka nggak pernah nerima pernyataan cinta dari cowok, atau jangan-jangan mereka suka sesama jenis, hal itu kini berkecamuk dalam otak Putrie. Semua kemungkinan itu pasti ada, tapi semua itu bisa benar, bisa juga salah. (Semua itu tuh… ada deh! Kalo diceritain sekarang, nggak seru lagi dong!)
^__^
Tanggal 14 Februari...
Pagi hari sekitar pukul 08.30 WITA, Thicka meminta sahabatnya untuk mengantarnya ke sekolah. Setengah jam cukup untuk menempuh perjalanan ke sekolah Thicka. Ayulien dan Thicka masuk ke sekolah, sedangkan Putrie tetap menunggu di dalam mobil.
Saat hendak masuk, terlihat Farid dan teman-temannya sedang memberikan brosur. Farid juga memberikan brosur itu pada Thicka.
“Males!” Jawab Thicka singkat. Agar tidak mengecewakan, Ayulien mengambil brosur itu, dan mengucapkan terimakasih. Saat menuju papan pengumuman yang berada di tengah lapangan, Ayulien menyempatkan diri melirik ke arah Farid. Terlihat Farid sedang menatap Thicka dengan lekat. (Waduh ada apaan ya?)
Siang hari masih tanggal 14 Februari, dimana pada hari ini banyak pasangan yang lagi sayang-sayangan. Tiga sahabat itu lagi ngumpul di markas mereka. Mereka memberi nama $ide $treet. Thicka sibuk dengan laptopnya, Putrie yang sibuk dengan make-upnya, dan Ayu lagi ngelamunin something yang nggak jelas (Dan gue sibuk ngeliatin mereka bertiga). Di menit berikutnya, mereka menghentikan kesibukan mereka masing-masing, dan saat itu juga ada kejadian yang membuat Putrie yakin kalo Thicka sama Ayu itu lesbian. Masa di hari valentine gini Thicka sama Ayulien tuker-tukeran coklat.
“Pasti coklat gue yang paling enak!” Kata Ayulien. “Masa?” Tanya Thicka singkat.
Thicka dan Ayulien langsung memakan coklatnya tanpa menggubris Putrie yang bengong.
“Coklat loe enak juga!” Kata Thicka dan Ayulien bersamaan. “Heh! Kalian berdua punya rahasiakan?” Tanya Putrie tiba-tiba. Thicka sama Ayulien langsung kaget. Darah mereka seakan mendesir keseluruh tubuh.
“Loe tau dari mana?” Sahut Thicka sama Ayu. “Itu nggak penting! Jujur aja, sesuatu yang kalian sembunyiin itu, kalian berdua lesbiankan! Nggak usah disembunyiin lagi, kalo cinta ya mau gimana lagi! Tapi lebih bagus lagi, kalo loe berdua sukanya sama lawan jenis!” Kata Putrie. (Ngomong-ngomong, Putrie ngomongnya kebanyakan “Lagi” nya ya!)
Gubrak...! nah suara itu suara Thicka dan Ayulien yang jatoh. ‘Gue kira Rahasia gue bakal kebongkar!’ Gumam Ayu dan Thicka.
“Loe berdua kok jatoh! Berarti dugaan gue salah dong, kalo githu apa dong rahasianya?” Tanya Putrie “Kita emang lesbian, ada masalah?” Tanya Thicka dingin.
Putrie yang denger kata-kata Thicka, langsung menganga lebar. Ayu hendak mengelak pernyataan dari Thicka, tetapi Thicka cepet-cepet menginjak kaki Ayu.
“Loe mau rahasia loe ketahuan Putrie?” Bisik Thicka. “Put! Mau sampe kapan loe nyuruh Cangkir eh Chandra nunggu elo!” Sahut Ayulien cepat.
Putrie menoleh dimana Chandra menunggu dirinya, dan dia melambaikan tangannya ke arah Chandra.
“Gue kencan dulu ya? Loe berdua, mending jangan dua-duaan disini dech, ntar gawat lho!” Kata Putrie sambil meninggalkan markas besar.
“Put! Gue nitip cokelat dong!” Kata Ayu. “Oke! Kalo Thicka, nitip cokelat juga!” Tanya Putrie “Komik plus novel!” Jawab Thicka “Emang gue kencan di toko buku!” Kata Putrie. “Gue kira loe tadinya mau ngedate di restoran, ternyata loe mau ngedate di toko buku ya?” Sahut Ayulien “Setan loe!” Kata Putrie sambil menaiki mobil.
Sampai mobil Chandra menghilang, Ayulien baru angkat bicara.
“Thick! Loe tau dari mana kalau gue punya rahasia?” “Kata-kata loe!” Jawab Thicka “Maksud loe?” Tanya Ayulien “Loe bilang gini ‘Loe tau dari mana?’ Inget nggak?” Kata Thicka
Ayulien langsung diam seribu bahasa. “Tapi kok gue dipanggil setan sama Putrie? Emang muka gue mirip setan?” Tanya Ayulien. “Iya kali!” Jawab Thicka singkat. “Berarti Putrie pernah liat setan dong!” Tanya Ayulien lugu. “Iya kali!” Jawab Thicka asal. “Ntar gue mau nanya ah gimana mukanya setan!” Kata Ayulien dengan mata yang berbinar-binar.
Cangkir eh Chandra itu satu sekolah dengan Putrie (Tuhkan jadi ke ikut Ayulien!). Satu lagi, sesuatu yang dirahasiain sama Thicka itu, dia suka sama Farid, sang ketua OSIS di SMA 5 Banjarmasin, sedangkan sesuatu yang dirahasiain sama Ayulien itu adalah dia nggak suka sama cowok, tapi bukan berarti dia suka sama cewek. Intinya dia itu nggak suka sama cewek ataupun cowok. (Gue jadi bingung? Jadi Ayulien sukanya sama apa dong?Binatang? Atau hewan? Eh binatang sama hewan sama ya! Oh mungkin dia sukanya sama taneman!)
^__^
Sore hari, masih di hari valentine, Thicka sama Ayulien masih ngumpul di $ide $treet.
“Thick! Gue... gue... gue ada satu permintaan!” Kata Ayulien.
Thicka menoleh ke arah Ayulien dan dia menunggu perkataan Ayulien lagi.
“Mmm...! Gue mohon sekali... ini aja, loe... eum, loe... nggak usah bersikap cool, gue mau untuk hari ini, loe bisa terbuka!” Kata Ayulien “Kenapa?” Tanya Thicka “Habis..., kalo loe diem terus, gue bakalan BETE berat! Jujur aja, sebenernya gue kesel kalo lagi berdua sama elo, soalnya kalo lagi ngobrol sama loe, palingan loe cuma ngangguk, geleng, trus jawaban loe juga singkat!” Kata Ayulien. Thicka hanya ber “OH…” setelah mendengar pernyataan Ayulien. “Tuhkan! Apa gue bilang, loe itu nyebelin banget sich! Loe itu dilahirin ke dunia, apa cuma buat diem aja?” Kata Ayulien. Thicka hanya menggelengkan kepalanya. Dan Ayulien menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan cepat.
“Oke, kalau githu sekarang loe coba untuk bisa bicara bebas!” Saran Ayulien. “Gue lebih seneng jadi diri gue sendiri!” Kata Thicka pergi sambil membawa laptopnya. Tapi tak berapa lama kemudian, Putrie dan Chandra datang.
“Yen! Thicka mau kemana tuh?” Tanya Putrie. “Pulang!” Jawab Ayulien. “Thicka!!!” Panggil Putrie dengan nada yang cukup keras.
Thicka kembali ke $ide $treet, ya kali aja ada something important.
“Thick! Loe masih marah sama gue?” Tanya Ayulien
Thicka terdiam, kemudian menatap Ayu dengan lekat, membalikan badan dan melangkah pulang.
“Sudah gue duga, loe nggak bakal mudah maafin gue!”. Lagi-lagi Thicka terdiam. “Kalo loe udah tau, ngapain bikin gue marah?” Tanya Thicka.
Ayu menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat.
“Gue minta maaf!” Kata Ayulien sambil menundukan kepalanya.
Thicka melangkahkan kakinya, tetapi Putrie mencegahnya.
“Thick! Mo kemana? Kalian ini kenapa sich?” Tanya Putrie. “Iya nich, inikan VD, so ngapain kalian ribut?” Tambah Chandra.
Semua terdiam untuk beberapa saat, dan... Thicka siap melangkah untuk pulang.
“Thick! Mau kemana loe?” Cegah Putrie. “Pulang...!” Jawab Thicka singkat “Ngapain pulang? Mending kita jalan, Gue sama yayang gue mau ke café Juliet, gimana kalo loe berdua ikut kita?” Kata Putrie panjang lebar. “Mmm, tapi sayang, apa mereka berdua nggak dicariin pacar mereka?” Tanya Chandra “Oh iya, aku lupa ngasih tau kamu, kalo mereka berdua itu masih jomblo, boleh ya mereka berdua ikut kita!” Rengek Putrie. (Eh inget! Gue juga ikut, nggak cuma mereka berdua aja!)
Chandra hanya mengangguk, sedangkan Thicka dan Ayulien langsung diculik Putrie dan disekap di rumahnya.
“Yen, loe ikut gue ke kamar sebelah, jangan pake nanya-nanya! Kalo Ayu udah selesai loe baru boleh masuk ke kamar sebelah, jadi loe disini pilih baju yang loe senengin!” Kata Putrie.
Setengah jam kemudian, Ayulien berubah menjadi cantik, dengan rambut yang dikeriting kecil pada bagian bawahnya, dan muka yang dipoles dengan make-up ala Putrie. Thicka nggak bisa menghindar dari cengkraman Putrie, ya terpaksa dech dia nurutin semua perintah Putrie, ya walaupun dia harus tersiksa selama setengah jam.
Rambut Thicka tidak bisa diapa-apakan lagi, soalnya udah pendek banget, tapi Putrie membuat poni pada Thicka, dan Putrie memakaikan jepit kupu-kupu di rambut Thicka, sedangkan mukanya dibuat serba pink, dari kelopak mata, pipi, sampai bibir. Bulu matanya juga dipertebal dan dilentikan. Thicka menolak saat Putrie akan mengerik alisnya, dan setengah jam kemudian, Thicka jadi cantik sama seperti Ayu.
Satu masalah telah terselesaikan, dan muncul masalah baru. Thicka sama Ayu belum mendapatkan baju yang disukainya, soalnya baju yang Putrie miliki, semuanya baju cewek, seperti gaun, rok mini, pokoknya serba rok dech. Putrie memilihkan Thicka gaun BIRU yang atasnya hanya kemben dan ditutupi rompi putih susu, sedangkan Ayu, mendapat kaos hijau yang bertuliskan “GIRL” dan rok mini berwarna abu-abu berbintik kecil-kecil berwarna putih. Mereka terbelalak dengan apa yang dipilihkan oleh Putrie, tapi mau nggak mau mereka harus memakainya.
“Ada something yang mau gue ambil!” Kata Thicka sambil pulang.
Jam di tangan telah menunjukan angka enam. Putrie, Ayu, dan Chandra sudah menunggu Thicka di $ide $treet. Tapi Thicka belum muncul juga. Beberapa menit kemudian, Thicka muncul dengan baju kaos berwarna hijau lumut, dengan jaket jeans dan celana jeans gobor, tak lupa juga dia membawa something di tangannya. Thicka yang awalnya cantik jadi tambah cantik dengan baju itu.
“Thick! Baju yang gue pinjemin kemana?” Tanya Putrie panik. “Kena kecap!” Jawab Thicka santai. “What! Baju itu tu harganya mahal tau! Belinya aja di Prancis, awas aja ya, kalo sampe noda kecap di baju gue nggak ilang, loe harus gantiin sama laptop loe, ngerti!” Kata Putrie marah “Sayang! Udah telat nich! Cepet berangkat!” Kata Chandra sambil membukakan pintu mobil buat pacarnya. Thicka dan Ayulien langsung masuk aja ke mobil strada berwarna biru metalik.
Dalam perjalanan menuju café Juliet, Ayulien sama Thicka diem aja, tapi Putrie sama pacarnya asyik ngobrol dengan mesra seolah-olah ada bentuk love yang berterbangan di sekitar Chandra dan Putrie. “Cang eh Chan, bisa nyalain lagunya nggak?” Tanya Ayu dingin. “Loe mau lagu apa?” Tanya Chandra “Terserah loe aja!” Kata Ayulien. Chandara langsung menyalakan vcd-nya, dan lagu yang berkumandang adalah Emotion yang dinyanyiin sama Destiny’s Child, terus dilanjutin dengan lagu Because Of You yang dinyanyiin sama Keith Martin, habis itu disambung lagi dengan lagu Don’t Phunk With My Heart, pasti taukan siapa penyanyinya? Yap betul banget, siapa lagi kalo bukan Black Eyed Peace. Pokoknya, lagu saat itu ada yang melo juga ada yang remix nggak ketinggalan sama R&B nya. Diantara lagu yang di puter tadi, Ayu paling suka lagu Because of you, lain lagi sama Thicka, dia suka sama lagunya Christian Bautista yang judulnya The Way You Look At Me.
Sampe di café Juliet, Thicka langsung narik tangan Ayu, dan muter-muter café cuma nyari toilet. Ayu bingung sama Thicka, dia mikir kalo Thicka nggak tau dia lagi marah, gara-gara Thicka nggak ngajak dia ganti baju. “Thick! Ngapain sich! Gue lagi marah sama loe, gue lagi nggak mau deket sama loe!”. Thicka tetep megang tangan Ayu, dan terus mencari toilet. “Thick!” Seru Ayu keras, dan dia bisa melepaskan tangannya dari genggaman Thicka yang membuat Thicka menghadap ke Ayulien. Ayu hendak kembali ke kursinya, tapi Thicka langsung memegang tangan Ayu lagi. “Thick! Apa-apaan sich loe!” Bentak Ayulien “Ikut gue!” Ajak Thicka “Nggak mau!” Tolak Ayulien “Ikut gue!” Balas Thicka “Hak gue dong, mau ikut loe atau nggak!” Tambah Ayulien “Ikut gue!” Ajak Thicka “Ogah!” Tolak Ayulien “Loe bakal nyesel!” Kata Thicka “Nyesel kenapa? Toh gue nggak…!” Kata Ayulien “Gue bawa baju!” Sahut Thicka keras. “Beneran?” Tanya Ayulien dan langsung meluk Thicka.
Hal itu malah menambah kecurigaan Putrie akan hubungan Ayulien dengan Thicka. Putrie langsung menyuruh Thicka untuk tunggu di mobil Chandra. Dengan muka bete Thicka langsung menuju ke parkiran, dengan tidak sengaja, Thicka bertemu dengan ketua OSIS siapa lagi kalau bukan Farid, keren banget. Dia pake baju putih dengan jaket jeans, terus bawahannya, dia memakai celana jeans berwarna hitam. Dia dateng sama cewek. Mungkin pacarnya atau hanya temen? Itu yang lagi berkecamuk dalam pikiran Thicka. Sedangkan Putrie lagi menghakimi Ayulien.
“Yen loe beneran sama Thicka?” Tanya Putri. “Beneran apaan?” Ayulien malah balik nanya. “Hubungan loe sama Thicka!” Tanya Putrie. ‘Hubungan? Mungkin Temen kale ya?’ Gumam Ayulien. Ayulien langsung jawab dengan muka yang berseri-seri. “Ya iya lah beneran! Emang loe pikir selama ini apa Put?” “Loe itu gimana seh? Ntar apa kata dunia?” Tanya Putrie.
Thicka kembali dari parkiran mobil, karena dia nggak betah nunggu di sana sendirian. Saat Thicka datang, Putrie menghentikan obrolannya dengan Ayulien.
“Gue sama Ayulien Pindah! Biar kita nggak jadi obat nyamuk!” Kata Thicka. “Eh, jangan-jangan! Loe berdua mending di sini aja!” Cegah Putrie. “Ya nggak enaklah Put! Kita disini cuma bengong liat loe sama Cangkir eh Chandra dua-duaan!” Tambah Ayulien. “Kalo nggak gini aja, Thicka tunggu di parkiran, trus Ayulien nunggu di meja itu!” Kata Putrie. “Loe nggak stress kan Put? Masa gue disuruh bengong sendirian seh?” Tanya Ayulien. “Please…! Sekali aja!!” Mohon Putrie. Sebenarnya Thicka itu paling nggak suka sama yang namanya MENUNGGU, karena bikin bete, sebel, gelisah, de el el. Yah tapi mau gimana lagi, Putrie udah mohon kayak githu, ya nggak enaklah buat di tolakan. Begitu juga dengan Ayulien, dia juga nggak bisa nolak kalo Putrie udah mohon kayak gitu. (Trus, gue nemenin yang mana?)
Semenit..., dua menit..., tiga menit..., sampai lima menit..., Thicka menunggu, tapi yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang juga, Ia tetap bersabar untuk menunggu. Dia buka kaca mobilnya dan mengkhayal tentang lanjutan cerita yang dibikinnya.
Lima menit..., sepuluh menit..., lima belas menit..., Thicka ngelamun, tapi dia dikejutkan dengan orang yang berada di samping pintu mobil Strada berwarna biru metalik.
“Hei! Ngapain loe disini? Lagi ngedate sama pacar loe ya!” Kata Farid ramah. Thicka menggeleng, “Loe sendiri?” Tanya Thicka “Biasalah! Loe kayak nggak tau gue aja!” Kata Farid santai. “Gue emang nggak tau loe!” Tambah Thicka “Masa sich! Baru satu lho yang nggak tau sama gue!” Kata Farid “Trus kenapa?” Tanya Thicka “Ya, nggak papa sich!” Kata Farid. Selama sepuluh detik, mereka berdua terdiam, dan didetik selanjutnya Thicka mulai bicara, padahal Thicka nggak bakal ngomong kalo belom ditanya. “Loe nggak takut, kalo pacar loe nunggu kelamaan?” “Tu tau kalo gue ke sini bareng pacar gue!” Kata Farid “Gue liat kok!” Kata Thicka “Ya udah dech! Gue masuk dulu ya!” Kata Farid. Thicka terus menatap Farid sampai, tubuh cowok itu tidak terlihat lagi. Pipi Thicka merona merah, hatinya berdebar-debar tidak keruan.
“Woi! Ngelamun aja! Thank’s ya udah mau nunggu disini?” Tanya Putrie. “Terpaksa!!” Kata Thicka sambil keluar dari mobil dan pindah ke belakang.
Ayulien masuk mobil dengan muka betenya. Thicka hanya menahan tawanya agar tidak membuat Ayulien tambah bete. “Yu! Muka loe kok di tekuk seh?” Tanya Chandra. “Tanya aja sama pacar loe!” Sahut Ayulien sambil melirik Putrie. “Sayang, kenapa sih kamu nyuruh Ayu duduk sendirian! Kan bikin bete!” Tanya Chandra. “Aku tau kalo itu bikin bete, tapi gue harus nyuruh Ayulien duduk sendiri!” Kata Putrie. “Iya! Tapi kenapa?” Tanya Chandra. “Sorry ya, itu rahasia!” Kata Putrie.
^__^
Breeem................... Breeem...............
“Mah! Berangkat dulu ya! Assalamualaikum!” Teriak Putrie dari dalam Honda Jazz hitam-nya. Putrie menuju $ide $treet, di mana Thicka sama Ayulien menunggu dirinya dengan seragam rapi. “Cepet masuk! Udah telat nich!” Suruh Putrie. Dengan cepat Ayu dan Thicka memasuki mobil.
Perjalanan diawali dengan menuju sekolah Putrie yaitu SMA 3 Banjarmasin. “Yen! Kok dari kemaren loe cemberut terus?” Tanya Putrie “Elo juga seh nyuruh gue duduk sendiri! Tau gitu mending gue nggak ikut!” Kata Ayulien “Ya maaf! Itu juga buat kebaikan kalian berdua kok!” Kata Putrie “Baik apaan! gondok iya!” Kata Ayulien “Gue cuma nggak mau aja kalo loe sama Thicka pacaran!” Kata Putrie “Hah!! Loe ngira kita pacaran?” Tanya Ayulien. “Iya!” Kata Putrie “Candaan Thicka aja ditanggepin!” Kata Ayulien “Jadi loe berdua nggak lesbian?” Tanya Putrie kaget dan langsung menginjak rem. Ayulien dan Thicka langsung terhentak maju. “Ya nggak lah!” Kata Ayulien sambil memegang dadanya kaget “Gue normal!” Tambah Thicka dengan sedikit tegang. Sampai di sekolahnya, Putrie langsung memberikan kunci mobilnya ke Thicka. Perjalanan ke-dua dilanjutkan ke sekolahnya Ayulien, yaitu SMP 7 Banjarmasin. Lima belas menit, sudah di jalani, dan kini mobil Putrie sampai di sekolahnya Ayu. Ayu langsung turun, sedangkan Thicka, memasukan mobilnya Putrie kedalam lapangan sekolah dan berputar, kemudian keluar lagi.
Perjalanan yang ke-tiga menuju sekolahnya Thicka, yaitu SMA 5 Banjarmasin. Pasti kalian bingungkan, dalam tiga sahabat ini, Putrie yang paling tua, dia kelas satu SMA, dia sama Thicka hanya beda satu tahun, Putrie lahir tahun 1990 sedangkan Thicka lahir tahun 1991 dan yang paling muda adalah Ayulien, dia kelas tiga SMP, umur Thicka dan Ayulien hanya beda delapan bulan.
Lima menit sebelum bel bunyi, Thicka sampai di sekolah, dia memarkir mobil Putrie di bawah pohon kesukaannya. Di pasangnya alaram, biar aman, kalo ada yang megang pintu mobilnya itu, lagu Britney Spears berkumandang, apa lagi kalau bukan Toxic. Suaranya, mungkin akan kedengaran ke seluruh kelas. Pernah ada siswa yang iseng, megang pintu mobil Putrie, langsung suara merdu Britney Spears, dengan alunan musik yang agak R&B itu berkumandang. (Emang ada ya, alaram yang bunyinya lagu Toxic? Berlebihan deh!)
Belum sampai sepuluh langkah, Thicka dikejutkan dengan suara ponselnya. Foto Putrie muncul di layar handphonenya.
“Apa?” Tanya Thicka “Loe udah nyampe belom? Mobil gue nggak apa-apakan?” Tanya Putrie “PENYOK!” Kata Thicka “Oh ya? Asyik dong! Eh udah dulu ya, gue mau ngobrol sama yayang gue dulu, dah Thicka!” Kata Putrie.
Clik suara disebrang. Thicka bergegas masuk ke kelasnya, dan langsung menuju tempat duduknya yang berada pada meja ke dua dari pintu, dan meja ke tiga dari depan. “Woi! Kabarnya biologi bakal ulangan dadakan nich!” Kata salah seorang siswa kelas sepuluh “D”, tentunya kelas Thicka juga. Thicka nggak menggubrisnya, karena dirinya lagi asyik dengan cerita yang di buat. “Thick! Loe nggak belajar?” Tanya teman sebelah Thicka. Thicka hanya menggelengkan kepalanya dan tetap asyik dengan laptopnya. Biologi itu sendiri ada pada jam pelajaran pertama dan kedua.
~x~
Teeeeeeeeeet........ Teeeeeeeeeeet.........
Bel di sekolah Putrie bunyi. Ngobrol dengan Chandra terpaksa diakhiri. Pak pertama adalah pelajaran yang amat membosankan bagi Putrie. Untuk mengatasi kebosanannya, Putrie ngesmsin Ayulien.
Alien! Gi ngaps! Gw bsn nich! Blz GPL!
SMS DIKIRIM..........
SMS DITERIMA..........
Alunan lagu Belive me berkumandang di kelas 3 D yang menurut guru disana adalah kelas paling ribut.
“Hp siapa itu!” Bentak Pak Hamid. Seluruh anak kelas 3 D tidak ada yang mengaku. “Hp siapa itu!” Kali ini bentakan Pak Hamid lebih keras, dan membuat Ayu mengaku. “Kenapa kamu masih mengaktifkan Hp mu!” Tanya Pak Hamid keras “Saya mengaktifkannya, kalau-kalau ada berita yang penting!” Jawab Ayulien “Tapi bisakan kalau hanya mengecilkan volume deringnya!” Kata Pak Hamid, masih dengan nada yang sama. Ayu menunduk, dia tidak berani menatap wajah Pak Hamid. “Sekarang...!”
Tiba-tiba ada suara lagu ring tone. “Kali ini siapa lagi yang masih mengaktifkan Hp!” Bentak Pak Hamid lebih keras dari pada sebelumnya. Semua tidak ada yang mengaku. “Nggak ada yang mau ngaku?” Tanya Pak Hamid lagi “Pak! Mungkin Hp bapak kali?” Sahut anak cowok yang benama Faisal. “Oh maaf-maaf! Kamu boleh kembali ke meja kamu!” Kata Pak Hamid “Huuuuuuuuuuuuuu..............!” Seru seluruh siswa kelas 3D.
Put! Gw hmpr jd ALIEN ASIN gr2 SMS dr LO! Mending lo SMSin Miss. COOL aj!
SMS DIKIRIM...........
SMS DITERIMA...........
Hp Putrie bergetar, dia segera melihat Hp-nya, dan terdengar bisikan tawa. Tanpa ngebales SMS dari Ayulien, Putrie langsung nge-SMSin Miss. COOL, siapa lagi kalau bukan Thicka.
Thick! Gw bsn nich! B’coz pljrn prtma BIOLOGI, lo kn tau kl gw plg g sk sm BIOLOGI! Mending kt smsn yuck!
SMS DIKIRIM........
SMS DITERIMA.........
Thicka langsung ngebales SMS itu tanpa sepengetahuan guru, kalau sampai ketahuan, pasti dia harus ninggalin kertas ulangannya.
Gw lg UL! Ntar aj SMSx!
SMS DIKIRIM.........
SMS DITERIMA.........
Thicka langsung ngelanjutin mengerjakan soal ulangan, yang harus memeras otak dirinya. ‘Huh susah banget sich!’ Gumam Thicka. (Mau gue kasih tau jawabannya? No 1.A 2.B 3.C 4.D Kalo loe ikutin, pasti salah semua!) Putrie yang nerima SMS Thicka, langsung bete berat. Untuk menghilangkan betenya, dia minta izin buat istirahat di UKS.
Sewaktu Putrie keluar dari UKS, terlihat siswa siswi yang asyik ngobrol di depan kelasnya, ada juga murid, yang berkerumun di koprasi, untuk membeli snack-snack. Itu tandanya, bel istirahat telah berbunyi, dan itu berarti juga, Putrie menghabiskan sembilan puluh menit di UKS. Saat itu juga, Putrie langsung menuju kelas, untuk mencari Chandra, tetapi Chandra tidak berada di kelas. Dimana dia? Itu yang ada di benak Putrie sekarang. Di carinya mulai dari kantin sampai koprasi, tetap tidak di temukan. Putrie juga sudah mencarinya di tempat parkir tetap tidak ada, tempat yang belum dicarinya tinggal toilet pria. ‘Masa gue harus cari kesitu juga sich?’ Gumam Putrie.
Putrie memilih menunggu di kelas saja, di banding harus mencarinya di toilet pria, hal itu sama saja dengan mencoreng nama baiknya sendiri. Berkali-kali ia melihat arloji di tangannya, berkali-kali pula ia melihat siapa yang datang ke kelasnya, tapi yang ditunggunya tidak datang-datang. Dimanakah Cangkir eh Chandra berada?
Lima menit lagi, istirahat selesai. Putrie merasa ada yang tidak beres, tapi dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi.
Dia jadi tambah bete, karena Chandra tidak kunjung datang. Saat ini, Putrie pengen punya temen ngobrol. Temen sekelas...? Nggak ada yang bisa ngerti dia, ya walau pun banyak temennya, tapi kalo masalah curhat, doi nggak bisa nyurahin ke temen sekelasnya. Sebenarnya, dia ingin ngesmsin Thicka, tapi apa yang mau dibicarain
Oke! Sekarang kita tinggalin Putrie dengan betenya, dan kita berangkat ke sekolahnya Thicka. Suasana ramai layaknya sebuah sekolah, ya iyalah, jelas-jelas ini sekolahan, kalau mau sepi di kuburan.
‘Mampus gue! Kalo sampe ketauan nyokap, uang jajan gue bakal di potong lima puluh persen!’ Gumam Thicka.
“Thick! Ulangan kimia loe, dapet berapa?” Tanya teman sebangku Thicka. Thicka menjawabnya dengan satu kata saja “BIASA” itu adalah kata yang sering di dengar teman sekelasnya. Nyebelin sich, tapi mau gimana lagi, udah dari sono’nya dia githu.
Jam pelajaran ke empat dan lima, Sosiologi, kebetulan gurunya lagi naik haji, jadinya pak kosong dech. Bagi Thicka sembilan puluh menit adalah waktu yang sebentar, kalau dia sudah memegang laptopnya. Tanpa melihat sekelilingnya, Thicka langsung melakukan kebiasaannya, kalau lagi nggak ada kerjaan, yang menjadi temannya di saat mengetik cerita adalah lagu MP3 yang udah ada dalam daftar IPOD nya. Thicka langsung memasang Headset di telinganya.
Di tengah keasyikan ia membuat cerita, ketua dan wakil OSIS masuk ke kelasnya Thicka. Ada apa ya? Itulah kalimat yang ada di batin para siswa kelas XD.
“Karena kami kekurangan satu anggota OSIS, maka kami mencari orang yang bisa memegang jabatan sebagai seksi acara! Jika ada yang berminat harap mendaftar kepada saya selaku ketua OSIS, atau dengan Fasha selaku wakil ketua OSIS! Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih!” Kata Farid.
Semua yang di katakan ketua OSIS tadi, tidak ada yang di dengar oleh Thicka. Ya diakan lagi asyik sama laptopnya. Tapi beberapa menit kemudian, Thicka di panggil oleh ketua OSIS lewat pengeras suara. Mau nggak mau, dia harus menghampirinya.
“Kenapa!” Kata itu yang keluar dari mulut Thicka. “Mmm..., loe udah gue daftarin menjadi calon anggota OSIS!” Kata Farid “Gue menolak!” Jawab Thicka “Sayangnya loe nggak bisa nolak atas perintah gue! Lagi pula ini sudah disetujui oleh kepala sekolah!” Kata Farid “Kenapa nggak langsung aja jadiin gue sebagai seksi acara?” Tanya Thicka sinis “Ya kalo kayak gitu nggak seru dong!” Kata Farid “Kapan?” Kata Thicka akhirnya “Tenang masih ada waktu kok! Ya sekitar satu minggu lagi! Jangan lupa, dan gue harap loe bisa kepilih jadi anggota OSIS!” Kata Farid “Udah?” Tanya Thicka.
Farid hanya mengangguk, “Buang buang waktu!” Kata Thicka. Kemudian Thicka langsung balik ke kelas, dalam hatinya pengen banget ngebanting ketua OSIS, kalo perlu dia dijadiin perkedel. Tapi biar pun gitu, tetep aja dia harus ngejalanin pemilihan itu.
Setelah kejadian tadi, Thicka nggak bisa mikir apa yang harus di lakukan. Akhirnya dia memilih kepengawas harian untuk meminta izin pulang, alasannya bisa dengan neneknya masuk rumah sakit, padahal neneknya sudah meninggal sejak lima tahun yang lalu. Tapi alasan itu sangat manjur, dia di perbolehkan untuk pulang.
Gw mo k MC, Lo mo ikt g?
SMS DIKIRIM..........
SMS DITERIMA..........
Mauuuuuuuu………! Gw izn k p’awas dl ye!
SMS DIKIRIM..........
SMS DITERIMA..........
Tanpa ngebales SMS dari Putrie, Thicka langsung memacu mobilnya ke sekolah Putrie. Tiga puluh menit, waktu yang cukup untuk menempuh jarak kira-kira tiga kilometer.
Sampai di sekolah Putrie, Thicka nggak perlu menunggu lama, karena Putrie sudah menunggu dirinya di depan gerbang.
Di Metro City, dilarang memakai seragam sekolah, oleh karena itu, Putrie, Ayulien, dan Thicka selalu memakai double baju. Soal bawahannya, bisa diganti di dalam mobil, mereka sudah menyimpannya, kalau-kalau mereka ingin jalan-jalan, tanpa harus pulang ke rumah terlebih dahulu.
“Loe udah kasih tau Alien?” Tanya Putrie.
Thicka hanya menggeleng, ia juga tidak menoleh ke arah Putrie. Ia tidak mau kalau konsentrasinya harus terbagi karena perhatiin perkataan Putrie. Padahal perkataan Putrie bisa di lakukan hanya dengan menggerakan kepala saja. Tanpa disuruh, Putrie langsung ngesmsin Ayulien.
Yen! Lo ikt k MC g? kl ikt, buruan izn k p’awas, trus tungguin kt d grbang skul!
SMS DIKIRIM..........
SMS DITERIMA..........
Gw ikt! Gw mah ngikut aj! Ok gw izn dl k p’awas!
SMS DIKIRIM..........
SMS DITERIMA..........
Dua puluh menit, cukup untuk menempuh jarak dari sekolah Putrie, ke sekolah Ayulien. Dan sama seperti tadi, ketika Honda Jazz hitam sampai, Ayulien langsung membuka pintu mobilnya dan masuk dengan cepat, dan tanpa menunggu lama Thicka langsung memacu ke Metro City.
Tiga puluh menit, telah terlewat. Putrie, Ayulien, dan Thicka sudah sampai di Metro City. Tempat yang di tuju pertama kali oleh Thicka dan Ayulien adalah Gramedia yang ada di lantai dua, sedangkan Putrie, dia langsung menuju toko baju. Putriekan paling suka sama yang namanya “SHOPING”. Selain komik dan novel, Thicka juga membeli kertas HVS, sama tinta printer. Sekali ke gramedia, Thicka bisa menghabiskan uang sebesar Rp. 150.000,-. Kalau Ayu, emang sich lebih sedikit dari Thicka, tapi kurang lebih sama, sekali keluar, sebesar Rp. 100.000,-. Dan Putrie, jangan ditanya, dia paling besar pengeluarannya, ya kira-kira bisa habis Rp. 500.000,-. Macem-macem yang mereka beli, hari ini, Putrie yang ngetraktirin Ayu dan Thicka, karena dia lagi banyak duit, maklum tanggal muda.
“Thick! Cerita loe udah sampe mana?” Tanya Ayulien. “Biasa!” Jawab Thicka singkat. “Kenapa nggak loe kirim ke redaksi aja? Siapa tau bisa di muat dalam majalah! Bahkan bisa di jadiin novel, kan hasilnya lumayan!” Kata Putrie panjang lebar. “Boleh juga tuch! Gimana kalo besok, habis pulang sekolah kita ke redaksi!” Sahut Ayulien. “Oke! Siapa takut!” Balas Putrie.
^__^
Keesokan harinya setelah pulang dari sekolah, mereka langsung pergi ke redaksi sebuah majalah cewek yang paling ngetop di Banjarmasin.
“Mbak saya mau cari pimpinan langsung redaksi majalah ini,kira-kira ada di tempat nggak ya?” Tanya Putrie “Adik sudah buat janji?” “Belum sich mbak! Tapi ini penting banget!” Tambah Putrie “Tapi adik-adik harus bikin janji dulu sebelum bertemu dengan pimpinan redaksi!” “Idih ngatur!” Ayulien angkat bicara. “Mank-nya kenapa? sO WHAT geTHO lho!”
Poethrie, Ayulien, dan Thicka jadi heran banget. (Gue juga herman lho! Eh maksudnya Heran!)
“Iiiiiiiiidich nggak etis banget sech loe!” Kata Putrie “Sssssssstt! Ini jadi nggak ketemunya?” Tanya Ayulien. “Ya jadi dong ah..!” Sahut Putrie. “Tapi adik-adik harus nunggu, ya kira-kira 1 jam lagi” “Nggak bisa lebih lama lagi ya mbak!”, Ujar Ayulien dengan gaya mengejek. “Ya udah lah,tunggu aja lagi!” Jawab Putrie santai.
Satu menit..., dua menit..., tiga menit..., empat menit..., bahkan lima menit telah berlalu, tapi pimpinannya belum juga nongol. Kemanakah kira kira sang pimpinan berada? Saatnya menebak petunjuk BLUE! Becanda kok.
Tiba-tiba ada sesuatu yang bergetar dan kayaknya itu berasal dari HP Putrie,eh ternyata bener, arahnya emang dari HP Putrie tepatnya baru aja ada satu SMS yang mampir di Hp-nya Putrie. (Mampir? Tamu kalee!)
Hai!blh knln g?
Itulah yang ada di layar handphone-nya Putrie.
“Bales nggak?” Tanya Putrie “Terserah loe aja! Kalo mau bales, ya bales, kalo nggak mau dibales, ya udah nggak usah dibales!” Kata Ayulien. “Gue mah udah tau! Thick, bales nggak?” Tanya Putrie “Terserah!” Ujar Thicka singkat “Udah, mending bales aja! Pasti loe penasarankan sama screet mayor loe!” Kata Ayulien.
Blh! Lo sp? Dpt no hp gw dr mn?
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
Gw Boy, ank SMAVEN, soal gw tau no hp lo, rhsia prshn donk! Kl lo?
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
Gw PUTRIE, ank SMAGHA! Nama lo unk jg!
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
Kls brp? Klo gw kls XI IS 2!
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
Gw msh kls X!
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
Msh kls X ya? Gw mst manggil lo ade donk!
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
Trsrh loe! Gw sich ikt az!
Sementara Putrie asyik SMSan sama Boy, Ayu malah bingung mau ngapain, ngobrol sama Thicka? Kayaknya nggak mungkin banget, tau kenapa? Dia-nya aja lagi asyik sama laptopnya, Ayu memutuskan untuk jalan-jalan, ya kali aja ada something yang seru.
“Mau kemana loe?” Tanya Putrie. “Jalan-jalan! Habis gue bosen sama kalian!” Kata Ayulien sambil pergi meninggalkan Putrie dan Thicka.
Ia dapat bertambah bete jika terus bersama dengan kedua sahabatnya itu. Belum lama dia berjalan, sudah ada kejadian yang seru.
“BRUK!” Ayulien menabrak orang di depannya, sehingga orang itu terjatuh. Ayu-nya juga jatuh, soalnya badan orang yang ditabraknya lebih besar dari pada dirinya.
“Loe punya mata nggak sich!” Tanya Ayulien marah. “Kalo punya kenapa?” Jawab Cowok itu “Loe taroh dimana mata loe?” Tanya Ayulien “Menurut loe?” Cowok itu malah balik nanya “Gue nanya, kok elo malah balik nanya?!? Udah dech, susah ngomong sama orang susah dari pada susah mending nggak usah jadi nggak susah! Gondok tau!!” Kata Ayulien sambil berlalu.
Baru mau melangkah, tangannya sudah di genggam oleh pemuda itu. “Sorry ya! Gue Aldo! Loe siapa?” Bisiknya di telinga Ayu. Dalam sekejap amarah Ayu hilang, dan marahnya itu berganti dengan merinding di sekujur tubuh Ayulien, dia segera menjauh dari Aldo. Ya kira-kira setengah meter dari Aldo, setelah itu, baru Ayulien menjawab pertanyaan Aldo. “Gue Ayulien dari planet Pluto!”
Aldo mengeluarkan ekspresi bingungnya. “Aneh ya? Nama gue Ayu, tapi gue suka banget sama Alien and Pluto, jadi gue gabungin dech! Ya jadinya Ayulien!” Kata Ayulien panjang lebar. “Nggak aneh kok! Cuma unik aja! By the way, loe ngapain ke sini?” Tanya Aldo “Gue nganterin temen gue, dia pengen ngirim cerita-nya ke redaksi ini! Ya sebenernya atas saran gue juga sich!” Kata Ayulien “Oh! Gue mau liat temen loe dong! Ya itu kalo loe mau!” Kata Aldo “Ya udah yuk!” Kata Ayulien.
Sampai di ruang tunggu, Ayu langsung menghampiri Thicka dan Putrie, kemudian di ikuti oleh Aldo.
“Thick! Put! kenalin, ni Aldo!” Kata Ayulien “Aldo!” “Putrie!” “Aldo!” “Thicka!” Balas Thicka tanpa ekspresi. “Yu! Yang mana yang mau ngirim ceritanya?” Tanya Aldo ramah. “Thicka!” Kata Ayulien “Mending kita ke ruang pimpinannya aja!” Kata Aldo “Tapi katanya kita harus nunggu satu jam dulu! Baru bisa ketemu sama pimpinannya!” Kata Putrie. “Tenang aja! Semua bisa diatur kok!” Kata Aldo.
Ke-tiga cewek itu mengikuti kemana Aldo pergi, jadinya kayak Charlie’s Angel yang di kasih tugas sama pimpinannya. Tak lama kemudian, mereka sampai di ruang pimpinan.
“Pah! Temen Aldo pengen mengajukan ceritanya supaya ceritanya bisa dimuat dalam majalah kita!” Kata Aldo “Papah?” Kata Ayulien dan Putrie kaget.
Aldo hanya mengangguk dan kembali pada topik yang di bicarakannya dengan papahnya. “Gimana Pah?” Tanya Aldo “Mana ceritanya, kalo bagus ceritanya bakal dimuat dalam majalah kami!”. Thicka memberikan lembaran kertas yang berisi cerita-cerita yang dikarangnya. “Ini dibikin cerita bersambung aja, soalnya ceritanya terlalu panjang kalo dimuat sekaligus!” Kata Thicka “Oke! Besok hasilnya bisa diketahui! Tapi sebelumnya, saya ingin menanyakan kenapa kamu suka menulis?” Kata Pak Meneger “Alasannya, saya ingin menyenangkan hati para pembaca dengan karangan saya!” Kata Thicka “Itu aja?” Tanya Pimpinan Thicka hanya mengangguk. Putrie sama Ayulien bengong, soalnya mereka baru denger sekali, Thicka ngomong lebih dari satu kata. “Oke kita liat hasilnya besok!” Kata sang Pimpinan “Baik! Kami permisi dulu, sudah sore! Terima kasih atas waktunya!” Kata Putrie. “Do! Pulang dulu ya! Thank’s!” Kata Ayulien.
^__^
Pagi yang cerah, dimana Putrie telah siap di mobilnya, ia sibuk berdandan, lengan baju seragamnya dilipat, panjang roknya pas se-dengkul. Putrie tersenyum, ketika melihat dua sobatnya datang.
“Sorry lama!” Kata Ayulien singkat.
Putrie langsung menghidupkan mobilnya, dan melaju ke jalan raya yang telah dipenuhi dengan alat transportasi lain. Walaupun jam telah menunjukan angka tujuh, mobil Putrie melaju dengan tenang, tanpa terkena macet.
“Gue penasaran banget sama hasilnya!” Kata Putrie memulai. “Gue juga! Kapan kita ke redaksinya?” Sahut Ayulien. “Gimana kalau habis pulang sekolah?” Usul Putrie. “Oke! Gimana Thick?” Tanya Ayulien Thicka hanya mengangguk, tanpa mengeluarkan suara. “Ye! Dingin lagi! Kemaren elo kok bisa ngomong sich, lebih dari satu kata lagi!” Protes Ayulien. “Iya! Loe kenapa sich! Sakit ya? Kalo sakit, mending loe di rumah aja!” Saran Putrie.
Thicka tidak memberi respon sama sekali, dia malah asyik dengan laptopnya, terpaksa Ayu dan Putrie cari topik lain, yang nggak perlu dibahas dengan Thicka.
^__^
“Saya putuskan untuk memuat cerita kamu di majalah kami! Selamat ya!” Kata pimpinan redaksi.
Tiga sahabat tersebut langsung berangkulan gembira, yang paling bahagia saat itu adalah Thicka, dia nggak nyangka kalau ceritanya itu dimuat dalam majalah. Sejak saat itu, Thicka harus lebih aktif dalam membuat cerita. Gaji pertama yang didapat lumayan banyak bagi siswa SMA, walaupun hanya Rp. 200.000,-. Putrie, Ayulien, Thicka, dan Aldo keluar dari ruang pimpinan.
“Thank’s ya Do!” Kata Ayu. “Friends?” Kata Aldo sambil mengulurkan tangannya. “Friends!” Kata Ayu sambil menjabat tangan Aldo.
“Thick! Habis ini, loe harus traktirin kita!” Kata Putrie. “Put! Boy gimana?” Tanya Ayulien tiba-tiba. “Sudah di tangan, tinggal di lahap aja!” Kata Putrie “Elo... elo... nggak cannibalkan?” Tanya Ayulien “Ya nggak lah! Kalo gue cannibal, loe berdua udah gue makan!” Kata Putrie.
Putrie, Ayulien dan Aldo tertawa lepas, dan Thicka hanya tersenyum, senyumnya amat manis, tapi sayang Ayu dan Putrie tidak melihat peristiwa yang langka itu. (Gue liat lho!)
^__^
Besoknya...........
“THICKA........!” Teriak mamanya.
Thicka langsung menghampiri mamanya.
“Apa ini!!” Bentaknya sambil menunjuk kertas yang di pegang. Astaga itukan kertas ulangan kimia Thicka, yang dapet nilai jeblok, dari mana ya mamanya Thicka bisa tahu?
“Sesuai perjanjian, uang jajanmu akan mama potong 50%!”. Dengan langkah gontai, Thicka balik ke kamarnya.
‘Uang bulanan gue cuma 130.000 trus separohnya..., hah masa gue cuma dapet uang jajan 65.000 doang sich!’ Gumam Thicka.
Mondar-mandir dia di dalam kamarnya. Dia mikir, apa yang harus dia lakukan, supaya dia nggak kekurangan duit. Cukup lama dia mondar-mandir di dalam kamar, tapi ampuh juga, Thicka mendapatkan sebuah ide yang cukup cemerlang. Bukan menjual narkoba, mencuri, atau malak orang. Ide-ide itu tidak terlintas sedikit pun di kepala Thicka. Tapi yang jelas ide yang Thicka miliki jauh lebih halal, dan nggak perlu takut ketahuan polisi.
^__^
Bagi yang mempunyai masalah tentang LOVE,
dapat kirim keluhan kamu-kamu ke nomor 05117609196.
DIJAMIN, nggak bakalan nyesel. Semua masalah bakal terselesaikan. Setiap masalah di kenakan bayaran sebesar Rp.20.000,-
BURUAN…………! SMS sekarang juga!
Selebaran itu tersebar di sekolah-sekolah, dari SMP sampai SMA. Siapa lagi yang bikin kalo bukan Thicka. Dalam waktu nggak kurang dari 1 jam, Thicka mendapat banyak problem. Masalahnya pun bermacam-macam, mulai dari pacarnya selingkuh sampai mau di putusin gara-gara hal sepele.
Di balesnya satu persatu, yang isinya:
Gw bkl bantuin lo, tp lo mst taroh duitx di loker SMA 5 baris ke 3 dr kanan n baris ke 3 dr ats! Hbs gw dpt duitx, br gw mau bantuin lo!
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
Semua pasien Thicka setuju atas permintaan Thicka.
Besoknya saat istirahat pertama, loker Thicka sudah di penuhi dengan uang dua puluh ribuan. Dan saat itu, Thicka langsung memberi solusi yang sesuai dengan problemnya.
Memberi problem about love sangat mudah bagi Thicka, walaupun dia sendiri belum pernah merasakannya, tapi masalah-masalah yang ada nggak beda jauh dengan masalah yang sering ada di sinetron.
^__^
“Coy! Gue dapet selebaran di sekolah! Coba baca!” Saran Ayulien. Putrie dan Thicka membaca selebaran tersebut sesuai saran Ayulien. Ternyata selebaran itu adalah selebaran yang dibuat Thicka. “Oh ini! Di sekolah gue juga ada!” Kata Putrie “Kita coba yo’!” Ajak Ayulien “Boleh juga, siapa tau aja problem kita selesai!" Kata Putrie “Tapi tunggu! Kayaknya gue pernah liat ni nomor deh!” Kata Ayulien. “Ya iya lah loe pernah liat, barusankan loe liatnya?” Tanya Putrie “Ye loe malah becanda! Gue tuh serius!” Kata Ayulien “Loe serius? Gue dua rius!” Tambah Putrie “Ah elo!” Kata Ayulien “Gue smsin duluan ya!” Sahut Putrie.
Hand phone Thicka bergetar, untung nggak ketauan sama Ayu dan Putrie. Kalo nggak... berabe dech!!! Dan Thicka ngebales sms Putrie sama seperti pasien lainnya.
Setelah mendapat balasannya, wajah Putrie langsung cerah. “Thick! Gue nitip duit, trus duitnya taroh di locker ke tiga dari kanan dan baris ke tiga dari atas! Jangan sampe lupa!” Kata Putrie panjang lebar “Buat?” Tanya Thicka “Guekan minta, supaya dia bisa menyelesaikan problem gue, trus dia minta imbalan 20.000 perak dan duitnya itu di taroh di loker SMA 5 tepatnya di locker ke tiga dari kanan dan baris ke tiga dari atas!” Tambah Putrie. Thicka hanya ber“OH” saja dan mengambil uang Putrie.
“By the way, cakwe, onde-onde, any way, bus way, Thick! Loe tau nggak siapa yang bikin selebaran gini?” Tanya Ayulien. Thicka menjawabnya dengan satu kata saja “BIASA” itu adalah kata yang sering di dengar oleh mereka, yang artinya aja mereka nggak tahu. “Maksud loe?” Sahut Putrie dan Ayulien. Thicka hanya menaikan bahunya, dan membuat Ayulien tidak menanyakan lagi tentang siapa orang yang membuat selebaran itu.
“Thick! Kita ke redaksi yo’!” Ajak Putrie. “Ngapain?” Tanya Ayulien. “Ya terserah, kali aja kita bisa dapet cowok! Trus loe bisa PDKT sama Aldo!” Kata Putrie “Gila loe! Kayak nggak ada kerjaan lain aja! Mending loe urusin tu Boy! Gue kasih tau ya jangan sampe ketahuan sama Cangkir eh Chandra!” Sahut Ayulien “Ih kok larinya jadi ke situ sich! Thick ayo!” Ajak Putrie. Putrie masuk ke mobilnya, kemudian diikuti oleh Thicka. Putrie membuka kaca mobilnya. “Ikut nggak?” Tanya Putrie.
Tanpa menjawab pertanyaan Putrie, Ayu langsung masuk ke mobilnya Putrie, dan Putrie langsung menjalankan mobil kesayangannya itu.
^__^
Semua sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, ada yang lagi baca Koran, ada juga yang lagi baca mading, tanda tangan kontrak, dan lain-lain. Didalam kesibukannya, Aldo masih bisa tersenyum, sepertinya dia sangat menikmati pekerjaannya. Mata Putrie, Ayulien, dan Thicka terpaut pada sebuah mading, yang membosankan. Isinya cukup menarik, tapi yang membuat mading tersebut sangat membosankan adalah suasanannya, juga backgroundnya. Kalau membosankan, jadinya pembaca males untuk ngebaca mading itu, trus apa gunanya mading kalo nggak dibaca.
“Woi! Serius banget!” Kata Aldo mengagetkan ketiganya. “Do! Siapa yang ngurusin mading sich?” Tanya Putrie. “Emang kenapa?” Tanya Aldo “Jelek banget!” Jawab Thicka jelas, singkat, padat, dan berisi. “Thick! Harusnya basa-basi dulu dong, jangan to the point! Kasiankan yang udah capek-capek bikinnya!” Kata Ayulien. “Kelamaan!” Tambah Thicka “Jelek ya? Sorry dech!” Kata Aldo “Do! Kok elo sich yang minta maaf, harusnyakan orang yang bikin mading!” Kata Putrie “Gue yang bikin lagi!” Tambah Aldo.
Putrie dan Ayulien langsung gelagapan, tapi Thicka tetep nyantai. Thicka duduk di kursi yang terletak di samping mading itu dan mulai mengetik lagi. Kayaknya nggak ada kerjaan lain selain bikin cerita. Tak berapa lama kemudian, Handphone Thicka berbunyi, ada sebuah sms yang masuk di Hp-nya.
Hei! Msh ingt sm gw kn? Thank’s ya ats bntuan lo! Gw sm pcr gw, jd tmbh dkt! Lain X, kl gw ad problem lg, gw mnt bntuan lo ya!
Thicka langsung ngebales sms dari salah satu pasiennya itu.
Sm2! Blh aj kok! Jgn smp brantm lg y!
SMS DIKIRIM.............
SMS DITERIMA.............
“Thick! Siapa?” Tanya Ayulien. Thicka hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Ayulien dan menyimpan kembali handphone-nya. “Thick! Loe kok santai banget sich! Harusnya loe minta maaf sama Aldo!” Kata Putrie. “Kenapa?” Tanya Thicka “Ya elah! Loe kena amnesia ya? Barusan loe bilang madingnya Aldo jelekkan!” Sahut Ayulien “Trus?” Tanya Thicka lagi “Loe nggak takut kalo cerita loe nggak dimuat di majalah lagi?” Tanya Putrie. Thicka hanya menggeleng, dan jawaban itu membuat Aldo tertawa. “Do! Kok elo ketawa? Perasaan nggak ada yang lucu!” Tanya Ayulien.
Pertanyaan Ayu malah membuat tawa Aldo semakin keras, dan setelah Aldo puas tertawa, ia mengajak Thicka untuk membuat mading bersama, gajinya lumayan, Rp. 20.000,- setiap bikin mading.
“Mmm...! Kayaknya ada yang cembokur nich!” Kata Putrie. “Siapa?” Tanya Aldo. Mata Putrie mengarah ke Ayulien, Ayu yang merasa mendapat lirikan yang tidak menyenangkan langsung menyangkal.
“Gue? Cembokur? Nggak banget dech!” Kata Ayulien “Udah dech! Nggak usah nyangkal lagi! Nggak ada yang marah kok!” Kata Putrie “Awas loe! Nggak gue bantuin bikin PR Biologi!” Balas Ayulien “Kalian boleh ikut kok!” Aldo menengahi.
Putrie, Ayulien, dan Aldo tertawa gembira. Mereka pergi ke ruang mading, dan disusul oleh Thicka. Mereka Asyik menyusun berita-berita yang akan dimuat di mading. Thicka dan Ayulien membuat background yang bertemakan remaja banget. Thicka menggambar cowok yang lagi baca buku di kursi taman di bawah sebuah pohon, sedangkan Ayu membuat hiasan-hiasan seperti hati, kupu-kupu, dan lebah yang imut banget. “Imut bangetkan kayak yang bikin!” Kata Ayulien. “PD!” Kata Thicka “Sama kebo aja masih imutan kebo!” Ejek Putrie. “Ah sialan loe!” Kata Ayulien.
Tak terasa hari sudah sore, waktu telah menunjukan pukul 18.30 WITA. Putrie, Ayulien, dan Thicka pamit pulang. “Besok ada acara nggak?” Tanya Aldo. “Loe tanya ke siapa nich?” Putrie balik nanya. Wajah Aldo memerah, dan cepat-cepat ia menyembunyikan wajahnya, tapi terlambat wajah Aldo yang merah itu diketahui oleh Putrie.
“Lho muka loe kok merah? Loe tanyanya ke siapa nich? Ke kita, atau hanya ke Ayu?” Tanya Putrie “Mmm..., ya ke kalian bertiga!” Sahut Aldo “OH...! Gue kira cuma ke Ayu aja! Kalo nggak ada acara, emang kenapa?” Tanya Putrie “Ya gue mau ngajak kalian makan!” Kata Aldo “Makan? Gue sich tergantung mood! Nggak tahu kalo Ayu sama Thicka!” Kata Putrie.
Thicka menggeleng, menandakan dia nggak ikut makan bareng Aldo, sedangkan Ayu lagi bingung. Dan dia memutuskan untuk...
“Gue tergantung Putrie, kalau dia ikut berarti gue ikut juga, kalau dia nggak ikut berarti gue juga nggak ikut!” Kata Ayulien “Lho kenapa harus tergantung sama gue?” Tanya Putrie “Ya iya lah, gue kesananya naik apa? Naik angkot?” Tanya Ayulien “Gimana kalo loe dijemput sama Aldo? Jadinya loe bisa makan, tanpa harus tergantung sama kepergian gue! Lagi pula mungkin besok gue kencan sama Chandra! Nich alamatnya Ayulien! Kita balik dulu ya Do!” Kata Putrie.
Dimalam yang dingin, Thicka sibuk cari ide supaya dirinya nggak kepilih jadi anggota OSIS, tapi setelah dipikir-pikir lagi, siapa tahu aja dapet bahan cerita di aktiviasnya selama menjadi anggota OSIS. Dan dia mulai berfikir bagaimana caranya supaya dia kepilih jadi anggota OSIS.
^__^
Tiba hari pemilihan anggota OSIS yang menjabat sebagai seksi acara. Semua peserta yang mengikuti pemilihan itu pada gugup dan tegang, tapi tidak begitu bagi Thicka, dia yakin akan terpilih menjadi anggota OSIS. (PD bener! Tapi itu bagus lho!)
Cukup lama menunggu, akhirnya giliran Thicka muncul juga. Dimulai dengan memperkenalkan diri dan dilanjutkan dengan alasan mengikuti pemilihan itu. Thicka mengatakan sejujurnya, alasan Thicka mengikuti pemilihan itu karena disuruh oleh Ketua OSIS, dan agar mendapat bahan untuk membuat cerita. Selesai sudah pemilihan anggota OSIS. Besok baru diketahui siapa yang menjadi anggota OSIS yang menjabat sebagai seksi acara, jadi besok merupakan hari yang menegangkan bagi seluruh peserta.
Lantunan lagu Endless Love yang lembut berkumandang menandakan ada yang nelpon Thicka. Ternyata telpon itu dari Ayulien.
“Apa?” Tanya Thicka “EH, loe nggak belajar?” Ayulien malah balik nanya “Nggak!” Jawab Thicka “Kok nggak? Lagi kelas meeting ya?” Tanya Ayulien “Nggak!” Jawab Thicka “Trus?” Tanya Ayulien lagi “Ada pemilihan!” Kata Thicka “Pemilihan? Pemilihan ketua kelas, OSIS, atau pengurus kebun baru? He… he… he…!” Kata Ayulien “Bukan!” Jawab Thicka “Trus?” Lagi-lagi Ayulien bertanya “Nggak usah dibahas!” Kata Thicka “Eh, elo disuruh ke sekolah Putrie, soalnya Putrie mau jalan!” Kata Ayulien “Iya!” Jawab Thicka.
Klick. Komunikasi terputus. Thicka segera mengambil tasnya, dan minta izin pulang ke pengawas harian. Perasaan waktu nelpon Ayulien terus ya yang nanya, Cape deh!!
Sampai di sekolah Putrie, Thicka harus menunggu karena Putrie belum keluar dari sekolahnya. Tak lama kemudian, handphone Thicka berbunyi, ternyata pemimpin redaksi yang menelpon dirinya. Ada apa ya? Ternyata, Thicka disuruh ke redaksi sekarang juga, karena ada sesuatu yang penting yang harus dibahas sekarang juga. Setelah komunikasi antara Thicka dan pemimpin redaksi terputus, Thicka segera menghubungi Putrie.
“Napa Thick?” Tanya Putrie “Gue udah ada di depan sekolah loe!” Kata Thicka “Sorry Thick! Di sini gue lagi banyak masalah! Loe masuk dech!” Suruh Putrie “Gue harus ke redaksi sekarang! Gue udah di tunggu sama bos!” Kata Thicka “Ya udah, loe ke sana aja!” Suruh Putrie.
Giliran disini, Putrie terus yang nyuruh Thicka. Cape lagi deh. Thicka langsung mematikan handphonenya dan segera meninggalkan sekolah Putrie. Tiga puluh menit, Thicka sudah sampai di redaksi. Karena terburu-buru, Thicka lupa membawa handphonenya. Ternyata pimpinan hanya memberi saran, supaya dirinya tidak bersifat dingin lagi, karena itu akan mempengaruhi ceritanya. Mau nggak mau Thicka harus menghilangkan sifat dinginnya.
^__^
Teeeeeeeennn......... Teeeeeeeennn.........
Putrie menekan klaksonnya, supaya Thicka dan Ayulien segera masuk ke mobilnya. Dan Putrie segera menjalankan mobilnya. Thicka terlihat gelisah, karena hari ini adalah pengumuman siapa yang menjadi seksi acara, dalam OSIS.
“Thick! Loe kenapa? Kok gelisah banget!” Tanya Putrie. “Nggak papa!” Jawab Thicka.
Putrie dan Ayulien kaget, karena Thicka memberi respon dengan kata-kata, kan biasanya hanya dengan gerakan kepala.
“Thick! Kayaknya loe sakit dech!” Kata Ayulien. “Nggak kok!” Jawab Thicka lagi “Tadi pagi loe minum obat apa?” Tanya Putrie. “Gue nggak minum obat!” Kata Thicka “Loe pasti mabok!” Tambah Ayulien. “Nggak! Mang kenapa?” Tanya Thicka “Sifat cool elo udah ilang?” Tanya Putrie. “Gue disuruh sama bos, supaya gue ngilangin sifat cool gue!” Tambah Thicka “Dia tau dari mana loe punya sifat cool!” Tanya Ayulien. “Maybe Aldo! Put kita ke sekolah gue dulu ya!” Suruh Thicka “Oke bos!” Jawab Petrie.
^__^
Saat sampai di sekolahnya, Thicka segera berdiri di depan mading sekolah dan terlihat jelas di sana, terpampang nama dirinya, yang artinya dia menjadi seksi acara dalam OSIS. Hatinya begitu gembira, orang pertama yang dihubungi adalah sahabatnya Putrie.
“Eh Thicka nelpon! Kenapa ya?” Tanya Putrie ke Ayu. “Meneketeng teng! Angkat dech, pake loudspeaker ya!” Kata Ayulien.
“Napa Thick?” Tanya Putrie “Di situ ada Ayu nggak?” Thicka malah balik nanya “Nggak ada! Yang ada Ayulien!” Jawab Ayulien “Gue kepilih!” Kata Thicka “Kepilih?” Kata Putrie dan Ayulien bingung. “Iya gue kepilih!” Kata Thicka lagi “Woi ngomong yang jelas dong! Kepilih jadi apa?” Tanya Putrie “Seksi acara dalam OSIS!” Jawab Thicka “Congratulation dech! Tapi loe kok nggak bilang sebelumnya?” Tanya Ayulien “Biar surprice! Kalo gue kasih tau bukan kejutan lagi namanya!” Kata Thicka “Malem ini kita mesti ngerayain!” Kata Putrie “Siapa takut!” Seru Thicka “Udah dulu ya! See you again in the night!” Balas Putrie.
Klik. Komunikasi terputus. Thicka segera masuk ke kelasnya, dan Thicka kembali membisu. Ia ingin tetap terlihat cool dimata teman sekolahnya.
^__^
Di Malam yang dingin, tepat pada malam yang dijanjikan tiba, Putrie, Ayulien, dan Thicka tidak tampak seperti orang yang akan pergi ke suatu restoran. Yah memang, mereka tidak berniat merayakan terpilihnya Thicka, di restoran mewah. Karena toh mereka punya $ide $treet yang lebih nyaman di bandingkan restoran terkenal sekali pun. Emang sich, makanannya cuma biasa aja dibandingkan dengan makanan yang ada di restoran, tapi mereka merasa lebih nyaman berada di $ide $treet. Party di mulai, dengan ditemani sebotol minuman bersoda dan beberapa bungkus snack.
Bulan dan bintang yang bersinar, turut menemani mereka, kegembiraan terpancar dari setiap wajah, dan disaat itu tak ada yang sedang merasakan kesedihan.
Karena besok hari minggu, mereka memutuskan untuk begadang di markas mereka. Putrie, Ayulien, dan Thicka kembali ke rumah untuk mengambil segala sesuatu yang di perlukan. Putrie mengambil pembersih wajah, kapas, sisir, jaket, boneka, beberapa majalah, dan tidak lupa juga dia membawa hand phone yang selalu menemani kesehariannya. Ayulien mengambil jaket, boneka, senter, beberapa komik, Hp, dan sebotol air mineral. Sedangkan Thicka mengambil jaket, Hp, laptop, IPOD, bantal kecil, syal dan senter. (Kalo gue bawa buku catatan!)
“Oke! Hari ini kita kemah tanpa tenda!” Kata Putrie senang. “Kemah sich kemah! Tapi ngapain loe bawa-bawa pembersih wajah? Kitakan nggak bakalan tidur sampe besok pagi!” Kata Ayulien. “Walau pun kita nggak tidur, wajah harus tetap bersih!” Tambah Putrie.
Semua gembira, dan dalam sekejap mereka telah menyibukan diri sendiri. Thicka sibuk dengan laptopnya, Ayulien sibuk dengan komiknya, dan Putrie sibuk dengan Hp dan majalahnya.
Lagu Endless Love berkumandang, yang membuat Putrie, Ayulien, dan Thicka kaget. Padahal lagunya sudah lembut. Di Hand phone Thicka terpampang jelas sebuah nama, yang nggak lain dan nggak bukan adalah nama sang Ketua OSIS. Yap Farid. Kenapa ya malem-malem gini dia nelepon? Pada saat itu, Thicka lagi bad mood untuk menerima telepon, so Ayu dech yang disuruh angkat tu telepon.
“Hai! Ganggu nggak?” Tanya Farid “Mau ngobrol sama siapa nich?” Tanya Ayulien “Mmm… Thickanya ada?” Tanya Farid “Oh! Tapi sorry ya Thickanya lagi bad mood untuk nerima telepon dari siapa pun!” Kata Ayulien “Kalo githu, bilangin ke dia, kalo tadi Farid telepon!” Kata Farid “Oke! Tunggu! Apa hubungan loe sama Thicka?” Tanya Ayulien “Harus dijawab ya?” Tanya Farid “Nggak dijawab juga nggak papa sich!” Kata Ayulien “Ya udah! Gue milih nggak jawab! Bye-bye!” Kata Farid.
Klik. Lagi-lagi komunikasi terputus. Thicka tetap asyik dengan laptopnya, sedangkan Ayulien memilih untuk mengotak-atik hand phone Thicka sebentar. Sambil tetap mendengarkan lantunan lagu dari IPOD yang dibawa Thicka. Tanpa sengaja Ayulien membaca pesan yang ada pada sent item. Ayulien kaget berat. “Thick! Jadi elo yang bikin brosur problem cinta?” Tanya Ayulien. “E…e…! Mmm… Gimana ya?” Tanya Thicka “Udah bilang aja!” Kata Putrie. “Iya sih!” Kata Thicka akhirnya. “Kok loe nggak bilang ke kita sih?” Tanya Ayulien “Ya sorry, gue nggak bermaksud buat ngerahasian dari kalian!” Kata Thicka “Kalo bukan ngerahasian, trus namanya apa?” Kata Ayulien mulai kesal. “Loe marah sama gue?” Tanya Thicka. “Gue nggak marah kok! Gue cuma kesel, soalnya loe nggak bilang kalo loe yang bikin brosur itu!” Kata Ayulien “Emang kenapa yen? Kan nggak pa-pa, toh nggak bikin rugi!” Kata Putrie “Bagi gue sih rugi, soalnya gue harus ngeluarin pulsa 350 perak!” Kata Ayulien “Gila! Pelit banget loe! Cuma ngeluarin pulsa 350 perak aja kaga mau!” Kata Putrie. Sedangkan Thicka hanya tersenyum melihat tingkah laku Ayulien.
Waktu telah menunjukan pukul 00.00 WITA. Udara mulai dingin, ketiga sobat itu segera mengenakan jaket yang sudah dibawanya. Thicka menghentikan aktivitasnya dari membuat cerita, Ayulien dan Putrie menghentikan membacanya. Kini mereka sama-sama lagi bengong. (Cuma gue yang nggak bengong!)
“Kok pada diem semuanya sich?” Kata Ayulien mengagetkan. “Iya-ya! Kok kita jadi pada diem sich?” Lanjut Putrie. “Barusan malaikan lewat kali!” Jawab Thicka singkat.
Semua tertawa. Kini mereka asyik menceritakan pengalaman menarik, yang pernah mereka alami.
“Awalnya gimana ya kita bisa jadi deket kayak gini?” Tanya Putrie tiba-tiba. “Iya ya!” Kata Ayulien dan Thicka.
Hening sementara menyelimuti (Anget nggak diselimuti sama hening?), ketiganya berusaha mengingat, bagaimana mereka bisa menjadi akrab seperti sekarang.
^__^
Satu tahun yang lalu, Thicka baru pindah ke rumahnya yang sekarang. Waktu itu, Thicka langsung jalan-jalan. Nah! Secara nggak sengaja, Thicka ngeliat suatu tempat yang enak banget buat istirahat. Thicka memutuskan, bahwa tempat itu akan menjadi tempat dimana ia menulis ceritanya.
Matahari sudah separuh menenggelamkan badannya, burung juga kembali ke sarangnya, Thicka malah terkesima pada pemandangan sore tersebut, dan saat itu pula datang sesosok perempuan. Rambutnya terurai panjang se-pinggang, wajahnya begitu manis, yang dihiasi dengan senyum kecil. (Ah gue kira setan!)
“Hai! Loe anak barukan?” Tanya Putrie.
Itu kalimat pertama yang dikeluarkan cewek itu. Untuk membalas sapaan cewek itu, Thicka hanya menganggukan kepalanya.
“Kenalin, gue Putrie! Loe siapa?” Tanya Putrie “Thicka!” Jawab Thicka “Lagi ngapain?” Tanya Putrie “Seperti yang elo liat!” Kata Thicka “Boleh ikutan?” Tanya Putrie “Silahkan!” Kata Thicka “Oh ya! Sebelum disini, loe tinggal dimana?” Tanya Putrie “Boleh, kalo gue nggak ngejawab pertanyaan loe?” Thicka balik bertanya.
Putrie terdiam. Dia kembali menikmati pemandangan sore yang begitu menyejukan mata.
Jam telah menunjukan pukul enam tiga puluh. Thicka berdiri dan melangkah pulang. Putrie cepat-cepat menyusul Thicka. Putrie mencoba menyejajarkan langkahnya dengan langkah Thicka, tapi tetap tidak berhasil.
Tiba di suatu rumah yang begitu asri. Disana sini banyak tertanam bunga. Dari mawar sampai anggrek. Emang sich nggak ada bunga bangkainya.
“Ini rumah loe?” Tanya Putrie. Thicka hanya mengangguk. “Ternyata deket ya! Rumah gue beda satu rumah sama loe! Dari sini keliatan kok! Besok kita ngobrol lagi yuk! Tapi sekarang gue harus balik dulu! See you tomorrow!” Kata Putrie sambil melambaikan tangannya. Namun Thicka mengacuhkan lambaian tangan Putrie. Putrie jadi bete akan hal itu, tapi dia juga senang soalnya dia dapet temen baru.
^__^
Dua minggu kemudian...
Thicka mulai berangkat sekolah bareng sama Putrie. Putrie begitu menikmati lagu yang diputarnya di mobil kesayangannya. Saking menikmati lagunya, Putrie hampir nyerempet anak orang. Inget bukan anak monyet. Untungnya dia nggak papa.
“Sorry-sorry! Loe nggak papa?” Tanya Putrie “Gue nggak papa! Untung aja yang loe serempet itu gue, coba kalau yang lain, belum tentu dia selamat!” Kata Ayulien “Sorry dech! Kalo githu, gue anter dech! Loe mau berangkat sekolahkan, sekolah loe dimana?” Tanya Putrie “SPENSEV!” Jawab Ayulien “Kalo githu sama kayak Thicka! Dia juga SPENSEV! Loe kelas berapa? Kalau Thicka kelas tiga!” Kata Putrie “Kelas dua! Tawaran loe gue terima! Lumayan ngirit ongkos! Mmm...! Kalo bisa PP ya!” Tambah Ayulien.
Sejak saat itu mereka bersahabat sampai sekarang. Itulah ringkasan cerita bersejarah yang berjudul “Awal Persahabatan”
^__^
Disore yang dingin, diiringi oleh suara rintik hujan. Honda CRV berwarna hitam berhenti di depan $ide $treet. Disana tampak sunyi senyap. Yang ada hanya suara angin yang berhembus menambah suasana tampak angker dan tak bernyawa (Waduh bikin merinding neh!). Aldo memutuskan untuk kembali ke mobil dan menghubungi Ayulien.
Sementara itu, Ayulien sedang berselimut ria di depan televisi dengan menikmati secangkir coklat panas. Di sekeliling Ayulien berserakan bantal dan guling yang menambah kehangatan pada dirinya. Saat itu pula terdengar lantunan lagu “I Believe My Heart” yang menandakan seseorang menghubungi dirinya. Walaupun Hp-nya berada di sebelah cangkir coklat yang Ayulien letakan di dekatnya, tetap saja dia tak mau mengeluarkan kedua tangannya dari selimut, bahkan untuk satu jari saja dia enggan.
Ternyata yang di seberang juga tak mau menyerah, dia mencoba dan mencoba untuk menghubungi Ayulien yang sedari tadi tidak mau menyentuh Hp-nya, dan hal itu membuat Ayulien berkata “SIAPA SECH YANG NELPON! MAKSA BANGET!”
Perlahan-lahan Ayulien mendekati Hp-nya, walaupun akhirnya diraih juga, tapi itu TERPAKSA. Nama Aldo terpampang jelas di layar Hp.
“Apa Do?” Tanya Ayulien “Kok telepon gue dari tadi nggak diangkat?” Aldo balik nanya “Mank napa sich?” Tanya Ayulien lagi “Makan yu’!” Ajak Aldo “Males!” Jawab Ayulien “Mie ayam lho!” Bujuk Aldo “Mie ayam? Mmm… Bungkus dech!” Kata Ayulien “Lho kok githu sich? Gue jauh-jauh dateng, loe nya malah nggak mau!” Kata Aldo “Siapa suruh nggak bilang dulu!” Kata Ayulien.
Tuutt... Tuutt... Tuutt... Komunikasi diputuskan Aldo. Dia juga memutuskan untuk beranjak pulang. Dengan marah, dia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia tidak peduli dengan jalanan licin yang dapat mengakibatkan kehilangan nyawa. (Kalo githu nyawa loe buat gue aja deh! Biar nanti gue punya dua nyawa! Kayak kucing, tapikan kucing punya sembilan nyawa, berarti masih kurang 7 lagi dong! Ayo siapa yang mau nyumbangin nyawanya buat gue?)
Ayulien bingung, kenapa Aldo memutuskan komunikasi itu, padahal sebelumnya dia nggak mau memutuskan komunikasi sebelum disuruh. Ya iyalah, sebelumnyakan, Aldo nggak pernah nelpon Ayulien. Hmm, aku jadi bingung, apakah kamu juga bingung? Ayulien merapikan duduknya seperti sedia kala, dan dia kembali menonton televisi, akan tetapi pikirannya tertuju pada ALDO. ‘Gue jadi nggak enak sama Dodo! Kalo dia kenapa-napa gimana?’ Gumam Ayulien.
Ayulien menatap Hp-nya yang berada di sampingnya. Tangannya mengambil Hp-nya dan mulai mencari nomor Hp Aldo. Aldo sepontan kaget saat melihat Hp-nya.
“Ngapain nie anak nelpon gue!” Seru Aldo, Aldo mengendarai mobil dengan perlahan. Aldo mulai mengatur suaranya menjadi acuh.
“Hallo!”, Suara cetus, males dan kecewa. “Do, sorry ya tadi. Kalo besok gimana? Tapi kalo nggak ujan!” Usul Ayulien “Besok!! Em… oke deh. Siang sampe malem.” Usul Aldo lagi “Apa!!” Kata Ayulien “Gue tunggu jam 2” Kata Aldo.
Tuutt… tuutt… tuutt… Aldo memutuskan komunikasi seenaknya. Ayulien berkerut kening dan kembali mengatur posisinya. Aldo membawa mobil seperti biasa. Tapi senyuman di wajahnya membuat hari ini menjadi berbeda dari hari biasa. (Apanya yang beda ya? perasaan sama aja deh!)
^__^
Jam 01.30 WITA Aldo udah dateng. Lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Setelah sampai di $ide $treet, Aldo menghubungi Ayulien. Ternyata Ayuliennya belum siap-siap.
“Loe kan kemaren bilang jam dua! Bukan jam setengah dua!” Kata Ayulien “Tapi…”, Aldo tak tau tau bilang apa. “Oke, gue nunggu deh!”, sambung Aldo.
Ayulien mulai bersiap-siap. Sedangkan Aldo hanya menunggu di depan $ide $treet. Yah, kira-kira 15 menit Ayulien menghampiri Aldo yang melamun sambil melihat pohon kelapa yang melambai-lambai padanya seolah-olah pohon itu hendak pergi jauh dari tempatnya semula.. Penampilan Ayulien sangat sederhana. Hanya dengan kaos berkerah, celana gobor, jam tangan hitam beserta cincin hitam di kedua jari tengahnya dan sandal jepit hitam pekat yang membuat kakinya tampak putih dan bercahaya. Walaupun begitu penampilan Ayulien tampak keren, simple dan enak dipandang mata.
“Gile! Cepet banget!” Kata Aldo “Inget ya, gue ini bukan kayak Putrie!” Kata Ayulien.
Di sepanjang jalan Double “A” alias Ayulien dan Aldo menikmati lagu dan tak lupa dengan gaya Azep-Azep mereka yang GaJeBo banget. Mereka berdua menikamati hari kebersamaan dengan bahagia. Tak pernah mereka rasakan perasaan senang itu sebelumnya. Tapi hanya untuk berlawanan jenis. Kalo yang sesama jenis sich mereka sering. Gaya mereka berdua berbeda-beda. Ayulien azep-azep ala Koboy dengan lagu Heaven (Remix). Sedangkan Aldo azep-azep ala Indian. Kira-kira gimana ya ganyanya? Penasaran neh!
Suara musik yang membuat badan mereka bergoyang itu mulai mengecil dan hilang. Karena mobil Honda CRV berhenti di depan depot yang terkenal akan Mie ayam yang enak. Dan dapat di pastikan, pengunjungnya banyak. Sebagian besar pengunjungnya adalah anak muda. Bisa di bilang depot itu adalah tempat langganan Ayulien. Mereka memesan dua mangkok Mie ayam. Ayulien kalo udah ngeliat Mie ayam nggak bisa nahan. Begitu Mie ayam udah terhidang di hadapanya dan baunya telah mengundang hidungnya, lahaplah Ayulien menghabisi santapannya itu. Aldo dengan seksama dan tanpa berkedip melihat Ayulien makan. (Buset deh, kayak nggak pernah dikasih makan 1 minggu!)
“Yen, udah baca Bismillah blom?” Tanya Aldo “Ups, lupa! Udah setengah loe baru bilang!” Kata Ayulien “SETENGAH!!”, Aldo histeris kaget dan membuat orang-orang di sekeliling meliriknya sinis. Aldo menyadari hal yang diperbuatnya. Aldo berbisik pada Ayulien yang dari tadi baca do’a makan. “Gue baru megang sendok garpu, sedangkan elo… udah ngabisin setengah mangkok! Setan Loe!” “Bukan, DEVIL!!”, Bales Ayulien yang membuat Aldo terherman-herman. Ups, maksudnya terheran-heran.
Aldo males mengulanginya dan ikut memakan santapan di depannya dengan lahap. Kuah Mie ayam berserakan di mana-mana. Mereka berdua tak peduli.
‘Yang penting, kenyang!’, Itulah yang ada di pikiran mereka berdua. Tak kalah pula dengan kuah yang terdapat di sekitar mulut mereka.
Setelah habis, Keduanya saling menatap dan tertawa bersama. Mereka tertawa karena noda yang menempal di kedua wajah mereka. Mereka segera mengambil tissue. Tangan Ayulien yang memegang Tissue ditahan oleh Aldo. Tiba-tiba aja Aldo membersihkan noda di pipi Ayulien dengan lembut. Tak lupa tatap Aldo yang membuat Ayulien luluh. Ayulien terdiam dan terhanyut dalam sungai yang di buat Aldo. (Hati-hati ya tenggelam, kan udah hanyut tuh!) Tak lama Ayulien tersadar atas perbuatan Aldo yang membuatnya panas dingin.
“Eh, Apaan sich loe!” Tanya Ayulien “Biar ada romantis-romantisnya donk!” Kata Aldo “Mesum loe!” Ejek Ayulien “Tapi terhanyutkan!” Tebak Aldo “Udah ah! Kita jalan yo’!”, Ayulien mengalihkan pembicaraan. “Tapi sekitar bibir gue masih kotor nih!”, Aldo menyondongkan pipinya dengan maksud “Lapin pipi gue donk!” “Makan toh tissue!”, Ayulien melempar tissue kewajah Aldo dan beranjak pergi.
Aldo secepat mungkin bayar dan masuk ke mobil. Aldo menghidupkan mobil secepat mungkin. Tapi, tiba-tiba Aldo mematikan mesin mobil.
“Habis ini kita kemana?”, Tanya Aldo masih dengan kuah Mie ayam yang berserakan di sekitar bibir Aldo yang mungil dan merah karena kepedesan.
Ayulien mengangkat pundaknya dengan maksud tidak tahu. Ayulien melirik tissue yang berdempetan dengan tangan kanannya. Ayulien mengambil selembar tissue dan menawarkan pada Aldo yang asyik mendengarkan lagu R&B yang membuat kepalanya angguk-angguk geleng-geleng tunduk-tunduk tunjuk-tunjuk. Duh jadi kayak lirik lagu.
Aldo hanya melirik tissue itu sinis dan kembali menatap ke depan dengan mata malas.
“Ih… dasar cowok manja+genit=mesum.”, Ayulien mulai mengelap noda-noda di wajah Aldo. (Dasar Ayu-Ayu, marah sih marah tapi tetep aja mau ngelapin)
Aldo hanya tersenyum licik.
“Yang lembut donk! Ntar kulit gue ngelupas lagi!” Kata Aldo “Dasar cerewet. Untung-untung di lapin.” Ayulien menjalankan tugas seperti yang disuruh Aldo. “Jadi loe sama cewek-cewek laen kayak gini juga?”, Ayulien mengalihkan pembicaraan. “Nggak. Ini yang pertama kalinya kok.” Kata Aldo “Iya. Untuk yang pertama kalinya sama gue!” Tambah Ayulien “Ye… elo! Nggak percaya toh!”, Nada Aldo lantang. “Percaya sama BUAYA kayak ELO! Bukan gue banget!” Kata Ayulien.
Malam kira-kira jam 08.00 WITA Aldo mengantar Ayulien ke $ide $treet setelah jalan-jalan ke MC dan muter-muter kota Banjarmasin.(Muter-muter Banjarmasin? Bilang aja ngukur jalan!).
“Thank’s ya Mie ayamnya”, Sebelum Ayulien ingin membuka pintu mobil. “Untuk Mie ayamnya doank?”, Aldo menghentikan Ayulien membuka pintu. “Oh, Thank’s ya atas tumpangannya.” Kata Ayulien “Loe nggak ngerti-ngerti juga ya!”, Aldo cemberut. “Em… Yen, thank’s ya yang tadi.” Sambung Aldo “Yang mana?” Tanya Ayulien “Ah lupain deh”, Aldo kesal.
Perasaan tak nyaman dan takut hinggap pada kedua anak itu. Perasaan tak nyaman itu berasal dari depan mereka. Perasaan takut untuk melihat itu ada banget. Dan akhirnya Ayulien dan Aldo menatap kedepan mobil.
“AAAAAAaaaaaaAAAAAA!!!”, Kedua anak itu berteriak kencang. Sehingga mengejutkan kedua makhluk di depan. Duh, tak disangka-sangka kedua makhluk itu juga ikut berteriak. Tempat itu seakan-akan menjadi tempat berlangsungnya paduan suara. (Yak semuanya coba ambil suara do…!)
Ternyata dua makhluk itu adalah Thicka dan Putrie. Keempat anak itu duduk-duduk di $ide $treet dengan menikmati angin malam.
“Cie… yang malem mingguan! Kemana aja toh! Pasti malam mingguan di hotel berbintang. Trus…”, Putrie ngaco. “Putrie!! Jangan ngaco deh!” Kata Ayulien “Rencananya sich gitu!” Tambah Aldo “DODOOO!!!”, Teriak Ayulien kaget banget. “Kok nggak jadi?” Tanya Putrie “Pengennya sich kawin dulu, baru bikin momongan!” Kata Aldo “Sekongkol ya loe!”, Ayulien mengejar Aldo keliling-liling mobil Honda CRV. Kayak anak TK rebutan permen.
^__^
1 minggu kemudian...
Di suatu meja sebuah restoran, tampak seorang lelaki bertubuh tinggi, rambut belah pinggir, berkaca mata, pokoknya dia toh culun banget. Bisakan ngebayanginnya. Kerjaannya dari tadi hanya membolak-balikan kartu Tarot, dengan ditemani segelas air mineral.
Beberapa menit kemudian, datang tiga cewek yang berbeda penampilan. Yang satu pake rok mini, yang satu pake celana gobor panjang dan yang satu lagi pake celana gobor selutut, mendatangi sebuah meja di sebelah meja si peramal. Masing-masingnya memesan makanan dan minuman sesuai selera masing-masing.
Putrie memesan hamburger dan jus mangga. Kalo Ayulien seperti biasa, Mie ayam didampingi es jeruk manis. Sedangkan Thicka memesan Soup ayam dan jus alpukat. Biasanya Ayulien kalo makan, pasti cincin dan jam tangannya dilepas. Tapi tak sengaja cincin kesayangannya jatuh dan menggelinding ke kaki meja sang peramal. Mau nggak mau Ayulien mengambil cincin hitam kesayangannya. Dan saat berdiri... “Eh, loe peramal!” Tanya Ayulien.
Secara refleks, Putrie dan Thicka menatap ke arah Ayulien. Kemudian keduanya mendekati Ayulien. Ayulien segera duduk di sebelah sang peramal, Putrie juga segera duduk di depan sang peramal, mau nggak mau Thicka harus duduk di samping Putrie dan berada di depan Ayulien.
“Loe bisa ngeramal?” Tanya Putrie bersemangat. Sang peramal itu hanya mengangguk. Dengan wajah yang berseri-seri, Putrie meminta peramal itu untuk meramalakan dirinya, dari kesehatan, keuangan, jodoh, de el el. Dia memang suka diramal, tapi dia nggak percaya sama yang namanya ramalan.
“Loe harus rajin jogging! Kalau perlu jaraknya diperpanjang!” Kata peramal itu memulai. Putrie menunggu kelanjutannya. “Loe harus rajin nabung, karena beberapa bulan kedepan, banyak keperluan yang mesti loe penuhi!” Lanjutnya “Kalo jodoh?” Tanya Putrie. Peramal itu terdiam, wajahnya penuh keringat, dengan cepat ia menegukan air mineral. Putrie, Ayulien, dan Thicka jadi penasaran dengan sikap sang peramal tadi. “Kenapa?” Tanya Putrie. “Nggak papa!” Peramal itu menarik nafas sejenak, kemudian berbicara lagi.
^__^
Keluar dari restoran itu, Putrie menjadi BETE berat, makanan yang dia sukai aja nggak mau dimakan, terpaksa Ayulien yang ngabisin makanan Putrie, toh dia juga nggak keberatan buat ngabisin. Mmm… kalo githu, BETEnya Putrie udah kronis banget. Tinggal nyiapin kuburannya deh. Gimana nggak, masa jodohnya Putrie, orangnya culun abis, walaupun orang itu tajir, tapikan tetep aja nggak nyenengin. Putrie bukan cewek matre yang menilai segala sesuatunya dari uang. Inisial orang itu “O”, dan nama panggilannya berjumlah empat huruf. Putrie dan cinta sejatinya akan bertemu pada saat adanya acara yang cukup meriah yang diselenggarakan sendiri oleh temennya. walaupun Putrie nggak percaya, tapi ada rasa cemas, kalau-kalau hal itu jadi kenyataan. “Put! Gue aja yang bawa mobilnya!” Kata Thicka. “Bener! Thicka aja yang bawa mobilnya, kalo elo bisa-bisa nyawa gue sama Thicka bisa habis ditangan loe!” Tambah Ayulien.
Sore itu Thicka yang bawa mobil Putrie keliling Banjarmasin. Thicka juga ngajak Putrie ke MC, tapi Putrie menolak. Biasanya Putrie paling suka kalo diajak ke MC. Dia memilih untuk menghabiskan sorenya di Jembatan Barito. “Yang bener loe Put? Apaan yang bisa diliat?” Tanya Ayulien dengan nada menolak. “Pokoknya sekarang gue mau ke jembatan Barito titik!” Kata Putrie “Koma!” Tawar Ayulien “Kalo titik ya titik, nggak pake koma-komaan!” Kata Putrie. “Kalo githu tanda tanya deh!” Ayulien masih menawar. “Tanda tanya juga nggak ada, pokoknya semua tanda baca nggak di pake kecuali titik!” Kata Putrie keras. “Udah deh Yen, kali aja pemandangannya bagus waktu sore!” Kata Thicka menengahi. Mungkin juga dengan melihat keindahan Sungai Barito, rasa cemasnya akan hilang.
Banyak pasangan yang asyik menikmati pemandangan Sungai Barito. Disana juga banyak tukang foto keliling, dan pedagang kaki lima yang mondar-mandir menawarkan dagangannya. Setelah menemukan tempat parkir yang pas, Putrie segera turun dari mobil, dan disusul oleh Thicka dan Ayulien.
“AAAAAAaaaaaaAAAAAA............!”. Teriakan Putrie tadi mengubah suasana santai menjadi tegang. Seluruh orang menatap ke arahnya, tapi Putrie tidak menggubris tatapan mereka. “Wah leganya!” Kata Putrie “Sekarang gimana?” Tanya Ayulien. “Gimana apanya?” Putrie kembali bertanya kepada Ayulien. “Put! loe tetep mau cari cinta sejati elo?” Tanya Thicka santai. “Iya donk! Walaupun dia culun, guekan bisa ngerubah dia jadi keren!” Kata Putrie “Trus kenapa loe Bete githu?” Tanya Ayulien. “Habis peramal itu pake bilang kalo dia itu tajir! Gue ngerasa peramal itu menilai gue sebagai cewek matre!” Kata Putrie.
Kini mereka bertiga menikmati pemandangan di sana, mereka juga foto bertiga, kata orang-orang kalau foto bertiga, pasti yang di tengah mati duluan, tapi mereka nggak percaya sama mitos, kan mati kita ada di tangan Tuhan. Mereka menikmati pemandangan sungai itu sampai matahari menenggelamkan dirinya di ufuk barat.
^__^
Seperti biasa, Putrie menjemput Ayulien dan Thicka di $ide $treet, dan seperti biasa pula Thicka yang membawa mobil itu.
Dipagi yang cerah, Thicka melangkah dengan santai tanpa memperdulikan sekitarnya. Sepasang mata selalu memperhatikan dirinya mulai sejak dia datang sampai dia mulai memasuki kelasnya.
Disaat istirahat, Thicka menghabiskan waktunya di perpustakaan, tempat dimana para siswa tidak mau menghabiskan waktu istirahatnya disana. Apalagi yang dilakukan Thicka selain membuat cerita. Kini sepasang mata itu juga mengamati gerak gerik Thicka sampai istirahat selesai. Thicka belum menyadari akan tatapan mata itu.
“Kepada seluruh pengurus OSIS harap berkumpul di ruang OSIS, sekali lagi kepada seluruh pengurus OSIS harap berkumpul di ruang OSIS.”
Mau nggak mau Thicka terpaksa ikut. Supaya dia tidak bosen, maka ia membawa laptopnya. Saat Thicka masuk ke ruang OSIS, disana sudah ada Farid sang Ketua OSIS, Fasha sang Wakil Ketua OSIS, dan Tasya cewek genit yang selalu mementingkan penampilan. Dia mantan pacar Farid, dia juga menjabat sebagai Bendahara.
“Mana yang lain?” Tanya Thicka dingin. “Sebagian ada yang ulangan, ada juga yang lagi nggak bisa ikut rapat alasannya guru yang ngajar galak!” Kata Tasya. ‘Tau gitu gue juga nggak bakal mau dateng!’ Gumam Thicka.
Thicka segera mengambil bangku dan menaruhnya dengan posisi menghadap ke jendela. Dari sana, Thicka dapat melihat bentuk awan yang nggak tau menyerupai bentuk apa. Yang jelas awan itu sangat cocok berada disana.
Rapat kali ini membicarakan tentang acara yang akan diadakan pada saat perpisahan anak-anak kelas III. Semuanya bingung, untuk memikirkan acara apa yang akan diselenggarakan.
“Sebagai seksi acara, acara apa yang bagus untuk melepas siswa kelas III?” Tanya Farid. “Berapa uang yang masih terkumpul?” Thicka malah bertanya pada Tasya. “Sisanya tinggal Rp. 500.000,- doang!” Kata Tasya “Kalo githu, kita mesti cari sponsor untuk menutupi kekurangannya!” Kata Thicka “Trus masalah acaranya gimana?” Tanya Fasha “Biar gue aja yang ngurus! Kalian tinggal cari sponsor! Gue balik dulu!” Kata Thicka. Tanpa menunggu respon dari ketiga anggota yang lain, Thicka segera meninggalkan Ruangan OSIS.
^__^
Hari yang sangat panas, membakar seluruh kulit warga sekolah SMAN 5 Banjarmasin. Pukul 14.00 kegiatan belajar mengajar telah selesai. Thicka segera masuk dalam mobil dan melepaskan seragam sekolahnya. Diturunkan separuh kaca mobilnya, dan segera menancap gas ke sekolah Putrie dan Ayulien.
Dengan kaos hijau dan rok sekolah di atas lutut, Thicka bersandar di depan mobil untuk menunggu kedatangan Putrie. Para siswa yang keluar, selalu melihat ke arah Thicka, tapi Thicka tidak mengubrisnya.
Lima menit telah berlalu, Thicka memutuskan untuk mengambil hand phonenya dan segera menghubungi Putrie.
“Apa Thick?” Tanya Putrie “Apa apa! Loe ngapain sich! Gue udah lima menit nunggu loe! Kalo sampe dalam waktu kurang dari tiga menit elo nggak keluar juga, gue bakal ninggalin elo!” Kata Thicka
Thicka langsung memutuskan komunikasi, dan dilihatnya stopwatch yang ada di handphone-nya. Tiga menit kurang sepuluh detik, Putrie sudah ada di depan Thicka. Dia terengah-engah karena dia berlari dari kelasnya sampai di tempat ia berdiri sekarang.
“Sepuluh detik lagi, loe bakal gue tinggal!” Kata Thicka. “Ah tega loe!” Kata Putrie. “Bodo!” Kata Thicka “Enak banget loe nyuruh orang! Siapa elo?!” Tanya Putrie dengan maksud mengejek. “Kita belom kenalan ya, ya udah kenalin gue Thicka!” Kata Thicka sambil mengulurkan tangan. Uluran Tangan Thicka di sambut oleh Putrie dengan wajah yang terherman-herman eh terheran-heran.
Thicka melempar kunci mobil ke Putrie tapi Putrie malah kembali melempar kunci mobil itu ke Thicka, dengan maksud menyuruh Thicka untuk mengemudikan mobilnya sampai ke rumah. Waktu sampai di SMPN 7 Banjarmasin, Ayulien langsung melompat ke dalam mobil. Tanpa singgah terlebih dahulu, Thicka langsung menjalankan mobilnya sesuai rute jalan menuju komplek yang hijau.
Sore hari, Putrie, Ayulien dan Thicka, lagi ngumpul di $ide $treet. Putrie dan Ayulien asyik ngobrol, sedangkan Thicka lagi mikirin acara apa yang cocok buat melepas kepergian anak kelas III.
“Put! acara apa yang paling cocok buat ngelepas anak kelas III?” Tanya Thicka “Ya acara yang paling berkesan buat yang meninggalkan dan yang ditinggalkan!” Jawab Putrie “Itu gue juga udah tau!” Kata Thicka “Kalo band-band githu udah sering!” Kata Ayulien. “Tumben loe nyambung! Biasanyakan Oon!” Ejek Putrie “Ah gue tau!” Kata Thicka tiba-tiba.
^__^
Saat istirahat, Thicka tidak ke perpustakaan, tapi dia ke kelas XI IPS 4, kelas itu adalah kelas sang ketua OSIS berada.
“Rid! Ada yang nyari tuh!” Kata Reza salah satu anggota genk Farid. Farid segera menghampiri Thicka dan mengajaknya ke kantin, tapi dia menolak.
Thicka segera menjelaskan acara apa saja yang akan ada dalam perpisahan kelas III. Setelah menjelaskan secara terperinci, Thicka segera kembali ke kelasnya. Acara sudah terselesaikan, tinggal mengatur setting panggung. Kalau masalah setting, ia harus melibatkan ke-dua sahabatnya itu, karena perpaduan antara ide Putrie, Ayulien, dan Thicka menjadi sangat menakjubkan.
Satu minggu sebelum perpisahan diadakan, Thicka, Farid dan Tasya menyeleksi band siapa aja yang berhak mengisi acara di perpisahan nanti. Setelah seharian mendengarkan musik dari segala aliran, akhirnya mereka mendapatkan lima group band.
Keesokan harinya, Thicka, Farid, dan Tasya menyeleksi anak kelas III yang bisa acting. Alhasil, terpilih enam belas orang anak kelas III yang semuanya itu cowok.
^__^
Siangnya di $ide $treet.
Seperti biasa Ayulien membaca komik, yang nggak biasa Putrie dan Thicka. Putrie tumben nggak telpon-telponan sama pacarnya, ternyata dia mulai menghindar dari Chandra. Sedangkan Thicka, tumben dia nggak bikin cerita kayak kemaren-kemaren. Itu dikarenakan dia udah capek dengan aktivitas sebelumnya.
“Gue mau ngomong sama kalian berdua!” Kata Thicka memulai. “Tentang apa?” Tanya Putrie “Hari Jum’at besok ada acara nggak?” Tanya Thicka lagi.
Keduanya hanya menggelengkan kepala. Dan keduanya menunggu lanjutan cerita dari Thicka.
“Gue minta, kalian bantuin gue bikin setting panggung!” Kata Thicka “Gampang! Apa sich yang nggak bisa dari Putrie!” Kata Putrie membanggakan diri. “Kalo githu kita gambar dulu sketsanya!” Kata Ayulien. “Tumben elo nyambung!” Kata Putrie “Ye guekan nggak lemot-lemot amat! Amat aja nggak lemot!” Kata Ayulien.
Kini ketiganya sibuk dengan gambar sketsa setting panggungnya masing-masing. Dan hasilnya sangat luar biasa, lebih dari bayangan ketiganya. Nantinya sketsa itu akan di tunjukan pada Farid.
Diluar dugaan...
“Gue nggak setuju kalau panggungnya...!” Kata Farid “Enak banget loe ngomong kayak githu, gue sama temen gue udah capek-capek bikin itu, tapi elo malah bilang nggak setuju segithu gampangnya!” Kata Putrie marah. “Guekan belum selesai ngomong! Gue nggak setuju kalau panggungnya kelihatan jelek karena nggak sesuai dengan sketsa panggung ini!” Lanjut Farid.
Karena Farid menetujui sketsa itu, maka hari Jum’at besok, Putrie, Ayulien, dan Thicka harus kerja keras. Farid memberikan Rp. 500.000,- untuk keperluan panggung.
Setelah pulang sekolah, Putrie, Ayulien, dan Thicka pergi ke toko TAAT untuk membeli perlengkapan, seperti karton warna-warni, pita plastik dan pita kain dengan berbagai macam warna, beberapa plastik balon yang polos, tanpa ada tulisannya, beberapa buah cat warna biru, hijau, kuning, coklat, hitam, dan putih dan tak lupa lem castolnya.
Mereka tinggal mencari beberapa kardus, beberapa gelas plastik bekas air mineral, kain yang panjangnya kurang lebih lima meter dan lebarnya kurang lebih tiga meter dan gabus.
Besoknya, mereka pergi ke pasar untuk membeli barang-barang yang di perlukan, seperti kardus, gelas plastik, dan kain. Mereka juga mencari pohon yang sudah mati, tetapi ukurannya harus besar, paling tidak tingginya harus seratus delapan puluh centimeter. Setelah mendapatkan barang tersebut, yang pertama mereka lakukan adalah membuat sketsa di atas kain berwarna putih. Sketsa yang mereka buat adalah Gunung Fuji, walaupun mereka belum pernah melihat yang aslinya, tapi mereka bisa menggambarnya dengan mencontoh gambar Gunung Fuji yang pernah mereka lihat di film Ditective Conan. Walaupun tidak mirip dengan yang asli, mereka tetap puas dengan gambar mereka. Mereka juga membuat bentuk bunga, rumput, kupu-kupu, angsa, dan burung.
Besok mereka akan melanjutkan pekerjaan mereka yang belum selesai. Akibat dari aktivitas itu, Thicka terlambat menyelesaikan ceritanya.
Hari Jum’at pun tiba, habis pulang sekolah Putrie, Ayulien, dan Thicka langsung berangkat ke gedung property. Tak lupa mereka membawa pohon yang telah mati, dan bahan-bahan lain yang sebelumnya telah dibuat. Putrie, Ayulien, dan Thicka, sibuk dengan gabus yang sudah mereka rendam di cairan yang berwarna pink. Gabus itu diambil partikelnya, kemudian diberi lem dan direkatkan pada ranting pohon yang telah mati. Pohon itu terlihat bagaikan pohon sakura.
Putrie, Ayulien, dan Thicka menggantung burung yang terbuat dari kertas. Mereka juga menyusun rumput-rumput yang sudah mereka bikin sebelumnya. Alhasil, panggung tersebut merupakan perpaduan antara Indonesia dan Jepang.
“KEREN!!!!!” Kata Putrie histeris.
Kerja keras mereka membuahkan hasil yang lebih dari bayangan mereka sendiri. Tapi setelah melihat panggung itu dengan seksama, panggung itu masih ada kekurangan, tapi mereka tidak mengetahui dimana letak kekurangan tersebut. Sekali lagi mereka mengamati panggung itu agar mereka dapat menemukan kekurangan yang ada pada panggung tersebut. Yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil, mereka tetap tidak menemukan kekurangan itu.
“Gue nyerah!” Kata Putrie pasrah. “Kok githu sich! Kita harus bantu Thicka sampe tuntas! Bertahan dong, tinggal dikit lagi!” Kata Ayulien.
Ayulien berusaha membangkitkan semangat Putrie kembali, sementara itu Thicka menatap panggung itu, sambil memegangi dagunya dan mengerutkan keningnya. Putrie dan Ayulien sangat kagum dengan keseriusan Thicka dalam menyelesaikan suatu masalah. Di detik selanjutnya, Thicka hanya tersenyum puas. Itu tandanya Thicka sudah menemukan kekurangan yang ada pada panggung itu.
“Kalian ada yang bisa bikin rumah gubuk atau ayunan dari bambu nggak?” Tanya Thicka “Buat apa?” Tanya Putrie dan Ayulien berbarengan. “Ada dech!” Kata Thicka “Gimana kalo kita beli aja!” Saran Ayulien. “Udah dech, lemotnya keluar lagi!” Kata Putrie. “Duit yang tersisa cuma Rp. 50.000,- lagi!” Sahut Thicka.
^__^
Putrie, Ayulien, dan Thicka pergi ke toko yang menjual barang seperti rumah gubuk atau ayunan dari bambu. Tiba disebuah toko yang dimaksud. Tapi tidak berapa lama mereka keluar lagi dari toko tersebut, karena barang yang dimaksudkan terlalu kecil.
“Nggak ada jalan lain, kita mesti mesen dulu!” Kata Putrie. “Tapi nggak keburu! Waktunya tinggal dua hari lagi!” Kata Thicka. “Gampang! Put sekarang anter kita ke tempat pemesanan barang yang diinginkan Thicka!”
Tiba di tempat yang dimaksud, Ayulien langsung berbicara kepada pimpinan tempat itu. Hal itu juga menyebabkan Ayulien harus mengeluarkan duit lebih.
“Nah sekarang sudah beres semuanya! Minggu malem kita sudah bisa ambil!” Kata Ayulien saat menemui kedua sahabatnya itu. “Beres gimana?” Tanya Putrie bingung. “Pokoknya itu nggak usah di pikirin lagi!” Kata Ayulien “Loe mesen apaan? Rumah atau ayunan?” Tanya Thicka.
“Ayunan dong! Oh ya nich duit yang lima puluh ribu! Loe balikin dech ke...?” Kata Ayulien tersendat “Farid?” Sambung Thicka. “Ya!” Kata Ayulien “Lho bukannya duit itu buat bayar ayunan yang elo beli! Ya walaupun bakal uang muka!” Kata Putrie “Nggak perlu! Tapi sebagai gantinya loe berdua ngutang sama gue!” Sahut Ayulien “Kok bisa…!” Teriak Putrie dan Thicka. “Soalnya tu ayunan bakal gue taroh di $ide $treet!” Tambah Ayulien.
^__^
Satu hari sebelum perpisahan, para panitia perpisahan menjual tiket masuk seharga Rp. 5000,- per lembar. Disana sudah disediakan snack-snack plus minumannya, jadi nggak perlu takut kelaperan atau kehausan. Panitia diizinkan masuk gratis, tetapi tidak dapat kursi, oleh karena itu Thicka membeli tiga tiket masuk. Satu untuk dirinya sendiri dan yang dua lagi untuk Putrie dan Ayulien. Dalam perpisahan kali ini diperbolehkan mengajak orang luar asal punya tiket, tetapi bangku khusus orang luar hanya terbatas. Ternyata, tiket yang disediakan habis terjual. Waktu sudah menunjukan pukul 20.00 WITA.
“Hari ini cukup sampe sini dulu! Besok pasti acaranya seru banget!” Kata Farid. “Besok gue ikut loe ya Rid!” Rengek Tasya. “Nggak bisa! Gue aja nebeng sama Fasha!” Kata Farid “Kenapa sich sama Fasha terus! Gimana kalo gue aja yang jemput loe?” Usul Tasya “Nggak usah repot-repot! Lagian gue udah janji duluan sama Fasha! Yakan Sha?” Farid minta persetujuan Fasha. Fasha tersenyum dan menganggukan kepalanya. Disaat Tasya, Farid dan Fasha asyik ngobrol, Thicka segera ke gerbang sekolahan. Ngapain lagi, ya nunggu Putrie sama Ayulien dong!
Kurang lebih lima menit Thicka menunggu Putrie dan Ayulien. Selanjutnya di menit yang ke enam, dari kejauhan terlihat mobil Honda Jazz warna hitam mendekati gerbang sekolah SMAN 5 Banjarmasin. Nggak lain dan nggak bukan itu adalah mobilnya Putrie. Thicka langsung masuk ke mobil Putrie.
“Nich!” Kata Thicka sambil menyerahkan dua lembar kertas kepada Putrie dan Ayulien. “Apaan nich?” Tanya Putrie “Tiket masuk perpisahan besok!” Kata Thicka “Besok kita pake baju apa?” Tanya Ayulien “Terserah!” Jawab Thicka “Kita ambil Ayunan itu dulu, trus kita taruh di panggung! Kuncinya loe bawakan?” Tanya Ayulien.
^__^
Hari yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Terlihat ceweknya kebanyakan memakai gaun, dan cowoknya kebanyakan memakai kaos oblong warna hitam dengan celana jeans.
Saat itu, mobil Putrie memasuki area parkir. Mereka langsung turun dari mobil. Putrie merapikan rambutnya, sedangkan Thicka merapikan kausnya, memasukan tangan kanannya ke kantong celana, dan tangan kirinya memegang laptop, sedangkan Ayulien membetulkan celananya yang kedodoran. “Kenapa Yen?” Tanya Putrie. “Biasa mama!” Kata Ayulien “Elo malu-maluin aja!” Balas Putrie. Thicka bergegas masuk ke gedung property, dan diikuti oleh Putrie dan Ayulien.
“Thick! Nggak salah? Loe pake kaos cowok sama celana jeans gobor! Masih mending panjang, ini cuma selutut! Pake sandal gunung pula!” Kata Putrie panjang lebar. Tapi Thicka tidak menggubrisnya, hal itu membuat Putrie jengkel. Tapi kejengkelannya hilang, karena ia teringat akan pesan si peramal, bahwa dirinya akan bertemu jodohnya pada saat ada acara yang cukup meriah, dan acara itu diselenggarakan oleh temannya sendiri. Jantungnya berdetak sangat keras, sampai-sampai dia sendiri dapat mendengar detak jantungnya. ‘Kok gue jadi deg-degan gini ya?’ Gumam Putrie.
“Put! Mau sampe kapan loe diem disitu?” Tanya Ayulien.
Putrie bergegas menghapiri Ayulien. Setelah mengambil snack dan minuman, Putrie, Ayulien, dan Thicka mencari bangku yang kosong. Semua mata tertuju pada mereka. Dari yang merasa kagum sampai yang merasa benci sama mereka, semuanya ada disana, tapi mereka tidak menggubrisnya. Dengan nggak sengaja Putrie melihat seseorang yang berpenampilan culun, Putrie kaget banget, karena setelah dilihat dengan seksama ternyata orang itu adalah si peramal yang pernah ia temui di restoran langganannya. Putrie belum mau memastikan kalau dia adalah jodohnya, karena masih banyak orang yang penampilannya culun. Lima menit lagi acara dimulai, tapi tidak ada satu pun orang culun yang datang.
“Put! Loe kenapa sich? Dari tadi ngeliat kebelakang terus!” Tanya Ayulien. “Nggak! Nggak ada apa-apa kok!” Kata Putrie “Gue ke atas panggung dulu ya!” Kata Thicka.
Thicka ingin memeriksa keadaan panggung sebelum kain yang menutupinya terbuka, agar panggung itu dinikmati dengan maksimal.
Beda dengan acara perpisahan yang pernah diadakan, awal acara dimulai dengan lagu “Indahnya Hari Ini” oleh salah satu siswi yang memiliki suara yang super merdu.
Dengan panggung masih tertutup kain hitam, Sandriya menyanyikan lagu itu, saat memasuki bait ke dua, kain mulai terbuka perlahan, saat panggung terlihat seluruhnya, para siswa dan siswi bertepuk tangan, karena melihat suasana Jepang dan Indonesia.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Ketua OSIS, Mantan Ketua OSIS, Putri SMALIE, Perwakilan Siswa yang meninggalkan, dan Perwakilan Siswa yang ditinggalkan.
Sementara para murid dan para undangan asyik menyaksikan acara perpisahan, Putrie mendekati sang peramal, kebetulan bangku yang ada di sebelah peramal itu kosong, langsung saja Putrie menduduki bangku tersebut.
“Ngapain loe kesini?” Tanya Putrie tanpa menatap wajah sang peramal. Sang peramal itu tidak menjawab, ia terus menatap ke arah panggung.
Satu menit... Dua menit... Tiga menit... Empat menit... Lima menit..., dan dimenit yang ke-enam Putrie kembali menanyakan pertanyaan yang sama, dan lagi-lagi peramal itu tidak mau menjawab, Putrie memutuskan untuk kembali kebangku semula, saat hendak berdiri, Presenter menyebutkan salah satu acara.
“Kepada seluruh hadirin, diharap tetap duduk dibangku masing-masing, karena kita akan memanggil seseorang ke atas panggung! Orang tersebut akan meramalkan orang yang beruntung pada hari ini! Kita sambut sang peramal kita OBIE!”
Putrie terduduk, dan menatap ke arah sang peramal, dan orang yang ditatapnya itu berdiri kemudian berjalan menuju panggung. Kemudian ia teringat kembali akan perkataannya.
‘Inisialnya O! Tapi...! Mungkin jumlah hurufnya cuma tiga!’ Gumam Putrie.
Untuk memastikannya, Putrie menemui sang presenter yang berada dibelakang panggung. Ayulien menyaksikan Putrie yang berlari ke belakang panggung, tapi dia memutuskan untuk tetap dibangkunya. Sementara itu, dari atas panggung Obie menyuruh para hadirin untuk melihat ke bawah bangku yang didudukinya. Jika terdapat kertas, maka orang itu berhak untuk mendapat ramalan.
Obie telah menyelesaikan tugasnya, sebelum menuruni panggung, Obie berpesan agar jangan terlalu bergantung pada ramalan. Turunnya Obie berbarengan keluarnya Putrie dari belakang panggung. Putrie tidak memperdulikan sekitar, ia begitu shock.
‘Kenapa dia nggak jujur aja?’ Gumam Putrie. Putrie berjalan menuju bangku semula dengan langkah gontai. Disana Ayulien telah menunggu dengan wajah cemas.
“Put! Loe ngapain ke belakang panggung?” Tanya Ayulien.
Putrie hanya menggeleng. Nggak biasanya Putrie ketularan sama sikap Thicka yang cool. Ayulien bingung menghadapi sikap Putrie, akhirnya dia memutuskan untuk nelpon Thicka.
“Apa Yen?” Tanya Thicka “Buruan loe kesini! Putrie kesambet hantu cool!” Kata Ayulien.
Thicka langsung memutuskan komunikasi dan bergegas ke bangku penonton. Thicka langsung duduk di depan Putrie, dan melihat keadaannya.
“Put! Loe kenapa?” Tanya Thicka. Lagi-lagi Putrie hanya menggeleng. “Tuhkan bener! Putrie kesambet hantu cool!” Kata Ayulien ngaco “Yen! Loe ngomong apa sech? Mending loe diem aja!” Kata Thicka.
Ayulien cemberut, pipinya digembungkan. Jadinya pipi Ayu kayak bakpao, tapi satu detik kemudian muka dia kembali normal.
Thicka mengajak Putrie keluar, sedangkan Ayulien ingin tetap di dalam, karena ia ingin melihat aksi band-band SMALIE. Di luar pun Putrie tidak mau bercerita juga. Lima menit berdiam diri akhirnya Putrie tersenyum.
“Thick! Gue nggak pa-pa kok! Nggak perlu cemas lagi!”. Putrie menunjukan senyum yang manis ke Thicka, dan kembali masuk ke gedung property, kemudian dilanjutkan dengan Thicka. Putrie duduk di tempatnya semula, dan Thicka duduk di antara Putrie dan Ayulien. Ayulien berbisik kepada Thicka “Putrie beneran kesambet hantu cool kan?” “Sekali lagi loe ngomong kayak gitu, gue bakal nyuruh hantu cool buat nyambet loe!” Ancam Thicka “Emang loe kenal sama hantunya!” Tanya Ayulien “Ya kenal dong, gue kan bekas kesambet hantu cool!” Kata Thicka ngaco. “Siapa namanya? Hantunya cakep nggak? Kalo cakep, kenalin ke gue dong!” Kata Ayulien. “Loe pikir sendiri aja sendiri!” Suruh Thicka.
Kecemasan Putrie hilang, Kebingungan Thicka pun lenyap. Hal itu dikarenakan adanya sebuah drama musikal yang berjudul “ANUGRAH MUSISI ANCUR AWARD”
“Yak! Sekarang kita saksikan penampilan dari Ian Radja!”
Lagu berkumandang, sang vokalis Radja belum terlihat di atas panggung, yang ada hanya suaranya saja. Tampak seseorang yang berjalan menuju panggung. Sosok itu ternyata Ian Kasela! Tapi tunggu dulu, ternyata dia bukanlah Ian Kasela, tetapi anak kelas III yang menyamar jadi Ian Kasela, suara-nya pun hanya berupa kaset. Dua bait lagu Radja yang judulnya “Benci Bilang Cinta” telah selesai dikumandangkan, tape pun harus dimatikan.
“Tadi kita telah saksikan Ian dari Radja, sekarang kita saksikan Bams sang vokalis Samsons!”
Seluruh penonton melihat ke belakang, karena si Ian datangnya dari belakang. Tapi yang ditunggu tunggu tidak keluar juga. Terdengar alunan lagu Kenangan Terindah, penonton masih mengharapkan dia datang dari belakang.
“Yang dibelakang jangan diharap lagi! Bams-nya ada di depan!”. Para penonton bersorak riang. “Oke! Masih mau nyaksiin kehebatan bintang tamu yang lain?”. Penonton memberi respon setuju kepada sang pembawa acara. “Oke! Sekarang kita saksikan...! musik yang mau lewat!”. Satu musik telah berlalu... Dua musik telah berlalu... dan berakhirnya musik ke-tiga berakhir pula musik yang menjeda drama itu.
“Sekarang saatnya kita tampilkan Radja kita! Tapi ini bukan band Radja ya, ini dia Radja dangdut kita Rhoma Irama!”
Masuknya Rhoma Irama dalam panggung, terdengar pula lagu yang sudah kita kenal sebelumnya. Ini dia salah satu bait lagu itu.
Begadang jangan begadang...
Kalau tiada artinya...
“Oke! Sekarang, untuk menentukan siapa pemenangnya, saya minta anda semua memberi tepuk tangan kepada salah satu vokalis yang terkeren! Yang pertama Ian Kasela...!”
Presenter menyebutkan satu-satu Vokalis tersebut, and The winner is... RHOMA IRAMA
Setelah mendapat satu juara, Presenter kita berganti. Kali ini dia di gantikan oleh Evi Tamala, Evi yang satu ini bukan sembarang Evi. Evi yang satu ini lebih kuat dari pada Evi yang sebenarnya. Lengannya berotot, kakinya juga berbulu. Tentu saja Evi nggak sendirian, dia di temani oleh Rhoma Irama.
Presenter kita menyebutkan sebuah nama yang sudah nggak asing lagi ditelinga kita. Artis Bollywood yang sudah sering kita lihat wajahnya di layar kaca, siapa lagi kalau bukan Sharukh Khan. Itu baru pertama, masih ada yang lebih seru. Presenter kita menyebutkan satu nama lagi. Dia seorang Penyanyi terkenal baik di luar negeri maupun di negerinya sendiri. Dia berasal dari Malaysia. Bener banget dia Siti Nurhaliza, dia tak kalah kekarnya dengan Evi Tamala, karena tertutup gaun yang panjang kekekarannya jadi tidak terlihat. Kali ini masih ada lagi yang lebih heboh, tanpa basa basi lagi presenter kita menyebutkan sebuah nama yaitu F4.
Seperti sebelumnya, Presenter meminta penonton untuk menilai, siapa yang berhak menjadi pemenang. And the winner is... F4.
Periode dua telah berakhir, berganti pula presenter kita. Terdengar alunan lagu Madona yang judulnya Hung Up. Ternyata presenter kita kali ini adalah Madona. Seperti biasa dia selalu tampil seksi dan enerjik, sampai-sampai saat dia joged, roknya melorot. Terlihat lapisannya, bukan hanya lapisannya saja, pahanya yang kekar juga terlihat. Roknya pun bukan rok biasa. Roknya terbuat dari sarung yang dilipat memanjang, dan dililitkan sehingga menyerupai rok. Madona menyebutkan peserta kali ini. Suaranya yang merdu sudah diakui Indonesia, dia adalah Tiga Diva. Peserta selanjutnya sudah nggak asing lagi bagi Indonesia. Glenn Fredly. Dan peserta terakhir adalah, seorang cewek belia yang cantik. Bukan hanya dunia tarik suara yang digelutinya, ia juga bintang sinetron. Ia pernah main film di Taiwan. Siapa lagi kalau bukan Agnes Monica.
Presenter kembali meminta penonton menilai, siapa yang akan menjadi pemenangnya. And the winner is...
AGNES MONICA
Drama musical tersebut di tutup dengan seluruh peserta bintang. Mereka menyanyikan lagu Indahnya Hari Ini yang di populerkan oleh Project Pop. Lagu tersebut di rubah liriknya, hingga sesuai dengan suasana pada saat itu.
“Berakhirnya drama musikal tadi, maka berakhir pula acara perpisahan kali ini! Jika tua nanti kita hidup masing-masing ingatlah hari ini!”
Seluruh siswa dan siswi kelas III, menyalami seluruh guru. Air mata mulai membasahi pipi mereka. Tanpa terduga, musik yang mengalun tadi berganti. Terdengar alunan lagu Samsons yang judulnya Kenangan Terindah. Kali ini nadanya lebih lembut dari pada yang aslinya. Penyanyinya juga bukan cowok.
Terlihat tiga orang cewek mulai memasuki panggung. Mereka adalah Putrie, Ayulien dan Thicka. Lagu tersebut menambah haru suasana dalam gedung property.
^__^
Tiga hari kemudian...
Honda Jazz hitam parkir di sebuah restoran yang sudah biasa menjadi tempat parkirnya. Putrie memasuki restoran itu, sebelum duduk, ia melihat sekitarnya, sampai ia menemukan tempat duduk yang menurutnya nyaman. Matanya terpaut pada sebuah meja, namun meja tersebut sudah di tempati oleh seorang cowok. Putrie menghampiri meja tersebut.
“Hei! Sering kesini ya?” Sapa Putrie duluan.
Sapaan Putrie tidak dihiraukannya. Ia tetap asyik membolak balikan kartu tarotnya.
“Bie! Loe mau nggak jadi cowok gue?” Tanya Putrie “Kenapa? Apa gara-gara nama gue diawali huruf O, apa gara-gara nama gue ada empat huruf, atau hanya gue orang culun yang dateng ke acara yang dibikin temen loe?” Obie malah balik nanya.
Putrie menggeleng sambil tersenyum.
“Loe pendiem sich!” Kata Putrie.
Obie terdiam, ia tak sanggup berkata-kata.
“Diem artinya mau lho!” kata Putrie sambil mengeluarkan senyum yang manis. Obie tetap diam, senyum Putrie mengembang. “Gue seneng loe mau nerima gue!” Kata Putrie.
^__^
Siang hari, cuaca nggak panas, tapi juga nggak hujan. Tiga sahabat itu lagi ngumpul-ngumpul di $ide $treet. Tapi tak berapa lama kemudian, hujan membasahi mereka dan $ide $treet. Dengan secepat mungkin mereka berteduh di teras rumah yang berada di depan $ide $treet. Rumah tersebut sudah lama ditinggal oleh pemiliknya, sedangkan kuncinya dipegang oleh ketua RT.
“Aha! Gue ada ide!” Kata Putrie tiba-tiba.
Hujan masih mengguyur kota Banjarmasin, tapi kali ini tidak sederas yang tadi. Walau pun awalnya bertentangan dengan kedua sobatnya, tapi Putrie tetap memutuskan untuk mendatangi rumah ketua RT. Karena Putrie begitu ngotot ingin melaksanakan ide itu, mau nggak mau Ayulien dan Thicka juga ikut ke rumah ketua RT.
“Put! Loe yakin, mau ngelaksanain ide loe yang gila itu?” Tanya Ayulien.
Putrie hanya mengangguk sambil tersenyum. Ayulien masih belum percaya pada apa yang akan dilakukan Putrie, begitu juga dengan Thicka. Walau pun ide Putrie cukup menarik, tapi tetap saja ide itu sangat konyol.
“Put! Gue nggak salah dengerkan?” Tanya Ayulien “Nggak kok!” Jawab Putrie sambil tersenyum. “Tapi Put, rumah itu punya orang!” Kata Thicka. “Dari pada didiemin gitu aja, mending kita pake buat markas kita!” Kata Putrie.
Kalau sudah begini jadinya, Ayulien dan Thicka nggak bisa lagi berbuat apa-apa. Kini mereka hanya mampu melihat apa yang akan dilakukan oleh Putrie.
Yang pertama kali dilakukan Putrie adalah meminjam kunci rumah itu, dan dia harus minta izin sama ketua RT untuk memakai rumah tersebut. Kali ini, Ketua RT malah mengizinkan Putrie memakai rumah tersebut. Dia bilang ‘Mending di pakai Putrie dari pada dibiarin gitu aja’. Mendengar hal itu, Thicka dan Ayulien jatuh di tempat. Mereka kira Ketua RT nggak bakalan ngizinin nempatin rumah itu.
Kali ini Putrie melihat-lihat keadaan rumah, tentu saja dia tidak sendirian, dia ditemani oleh dua sahabatnya itu. Tidak ada barang yang tertinggal disana, yang ada hanyalah kotoran dan debu yang menempel pada lantai rumah itu. Rumah itu cukup luas, memiliki satu buah ruang tamu, dua buah kamar mandi, tiga buah kamar, dan satu buah dapur.
“Kali ini gue minta bantuan kalian!” Kata Putrie.
Akibat dari mau membantu Putrie, Ayulien dan Thicka harus berkerja keras untuk membersihkan rumah itu. Putrie menyapu rumah, Ayulien mengepel lantai yang sudah disapu Putrie, sedangkan Thicka membersihkan jendela dan sarang laba-laba yang ada di flapon.
Satu jam kemudian, rumah itu belum juga bersih. Tapi Putrie, Ayulien dan Thicka sudah kecapekan.
“Put! Gue nyerah! Gue capek banget!” Kata Ayulien dengan nafas yang terengah-engah. “Kok nyerah sich? Gue juga capek! Ini tinggal sedikit lagi kok!” Kata Putrie “Kita istirahat dulu aja!” Kata Thicka sambil bersandar pada dinding.
Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak, tapi tidak ada tempat untuk duduk. Gerimis yang masih mengguyur kota Banjarmasin, menyebabkan mereka tidak bisa beristirahat di $ide $treet. Mau nggak mau, mereka harus membersihkan rumah itu lagi.
Satu jam kemudian, rumah itu sudah bersih seperti semula. Putrie, Ayulien dan Thicka langsung merebahkan diri. Padahal lantainya belum di beri alas. Mereka sudah tak mampu untuk berdiri. (Cape deh!)
^__^
Di Minggu pagi yang cerah, waktu menunjukan pukul 05.50 WITA. Putrie, Ayulien, dan Thicka sudah bersiap untuk jogging. Mereka sama-sama memakai kaos oblong, celana gobor selutut, dan kaus kaki putih. Hanya sepatu mereka yang berbeda. Putrie memakai sepatu berwarna putih, sedangkan Ayulien dan Thicka memakai sepatu berwarna hitam. Thicka juga memasang headset di telinganya untuk menemaninya ber-jogging ria
Sebelum jogging, mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu. Rute yang dilaluinya pun sama saja seperti rute sebelumnya. Bukan hanya mereka bertiga yang melakukan jogging, banyak juga orang yang melakukan jogging. Dari anak-anak sampai orang yang sudah berumur berbaur jadi satu.
Tempat peristirahatan sesudah jogging yang paling mengasyikan adalah jembatan komplek. Dari sana, mereka dapat melihat cowok-cowok yang jogging. Selain melihat para cowok ber-jogging ria, mereka juga asyik ngobrol dan melantunkan lagu.
“Kita mesti beli barang-barang untuk mengisi rumah baru kita!” Kata Putrie semangat. “Duitnya darimana non?” Tanya Thicka. “Urunan dong!” Jawab Putrie “Gue sama Thicka bakal nyumbangin separoh dari duit sangu gue sebulan!” Kata Ayulien seenaknya. “Sisanya biar gue yang tanganin!” Kata Putrie.
Mereka segera mengambil uang jajan mereka, dan langsung pergi ke pasar. Jarak pasar dari komplek mereka sekitar lima ratus meteran, jadi mereka nggak perlu mobil untuk pergi kesana, cukup dengan jalan kaki.
Ketika sampai di pasar, mereka langsung mencari barang-barang yang di perlukan, seperti termos, ceret, kompor, gelas, sendok, lampu, karpet plastik, bantal duduk, jam, sapu, kemoceng, serbet, cermin, de el el.
“Put! Gue nggak bisa nyalain kompor minyak lho!” Kata Ayulien. “Gue juga!” Sahut Thicka. “Terpaksa! Duit kita nggak cukup buat beli kompor gas!” Kata Putrie “Bukan itu masalahnya! Loe bisa nggak make kompor minyak?” Tanya Ayulien “Jangan salah! Gini-gini gue pernah kursus sama nenek gue!” Kata Putrie “Belajar masak?” Tanya Ayulien “Bukan masak tapi nyulam!” Kata Putrie “Ye…! Kalo githu nggak usah ngomong!” Kata Ayulien. “Lagian buat apa kompor?” Tanya Thicka “Buat masak air lah!” Kata Putrie “Mending pake water dispenser aja!” Usul Thicka “Kan udah gue bilang, duitnya nggak cukup buat beli githuan!” Kata Putrie. “Ya udah, beli termos aja dulu! Airnya kan bisa ngambil dari rumah!” Kata Thicka “Ntar kalo duitnya ke kumpul baru deh kita beli!” Tambah Ayulien.
Pulang dari pasar, Putrie, Ayulien dan Thicka langsung ke markas utama. Mereka berpikir sejenak, dan setelah dipikir-pikir mereka masih memerlukan banyak uang buat beli barang-barang lain. “Oke! Sekarang kita pulang dulu, ambil barang-barang kalian yang nggak pernah lepas dari kalian! Jangan lupa bawa jaket!” Saran Putrie.
^__^
Sore harinya, Putrie pergi ke restoran langganannya. Seperti biasa, Obie selalu ada pada saat itu, dia juga duduk di meja yang sama, dia juga selalu membolak-balikan kartu tarotnya. Tanpa pikir panjang lagi, Putrie langsung menghampiri Obie.
“Hei! Ngapain nich? Ngeramal ya?” Tanya Putrie “Ya!” Jawab Obie “Ajarin dong! Kalo nggak mau juga nggak apa-apa!” Kata Putrie “Pertama-tama loe harus kenal apa itu ramalan!” Kata Obie “Caranya?” Tanya Putrie.
Obie begitu asyik mengajari Putrie meramal. Kadang-kadang mereka tertawa. Lama kelamaan, Obie tidak lagi mengeluarkan sikap coolnya pada Putrie.
Saat berpisah, Putrie mengundang Obie ke markas utamanya yang baru. Diberi kartu namanya, disana bukan hanya tercantum alamat markasnya, tapi nomor hand phone Putrie, Ayulien dan Thicka turut tercantum disitu. (Nomor Hand phone gue ada nggak ya di situ?)
“Oke aku tunggu kamu besok jam tiga!” Kata Putrie.
^__^
Pukul 14.00 WITA sekolah Putrie, Ayulien, dan Thicka sudah bubar. Dengan terburu-buru, Thicka memasukan buku paket Bahasa Inggrisnya ke dalam tas. Tidak sesuai yang diharapkannya, buku itu bukan masuk ke dalam tas, melainkan jatuh di pintu kelas X.D.
“Aduh! Besok ada ulangan Bahasa Inggris nich!” Kata salah satu teman sekelas Thicka. “Bahannya apa aja?” Balas teman yang berada di sampingnya. “Direct, indirect, sama passif voice!” Sahutnya lagi.
Saat hendak pulang, mereka menemukan sebuah buku paket Bahasa Inggris, mereka membuka sampulnya dan disana tertera sebuah nama. “ThicKa ^_<” begitulah kira-kira tulisannya. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, mau mengembalikan, tapi tidak tahu alamatnya, mengembalikan besok pagi, kasihan Thickanya, jadi nggak bisa belajar. Duh jadi serba salah. Kebetulan Farid lewat depan kelas X.D, dan mendengar percakapan kedua siswi itu. Dia juga melihat sebuah buku yang dipegang oleh siswi. Ia melihat adanya sebuah nama yang tidak asing baginya. Ia langsung mangambil buku tersebut dengan cepat. Kedua siswi itu bingung dengan tingkah laku Ketua OSIS, tapi mereka percaya pada Ketua OSIS kalau ia akan mengembalikan buku tersebut pada Thicka.
Dibukanya buku itu lembar demi lembar. Tanpa disengaja sebuah kertas berukuran layaknya sebuah kartu nama terjatuh dari buku tersebut. Farid tersenyum puas. Ia memutuskan akan pergi ke alamat tersebut setelah makan siang.
^__^
Siang itu Putrie, Ayulien, dan Thicka sedang berkumpul di markas utama. Mereka asyik dengan kegiatannya masing-masing. Putrie asyik dengan HP nya, Ayulien asyik dengan komiknya, sedangkan Thicka asyik dengan Laptop nya.
“Gue punya surprise yang bakal bikin kalian kaget banget!” Kata Putrie antusias. “Apaan…?” Tanya Ayulien dengan penuh penasaran. “Yang pasti bikin loe kaget setengah mati lho…!” Kata Putrie. “Bentuk barang atau makhluk hidup…?” Tanya Thicka dengan penuh kebingungan. “Makhluk hidup dan yang lebih tepatnya adalah manusia.” Kata Putrie “Gue tahu pasti CANGKIR eh CHANDRA kan…!” Kata Ayulien. Putrie menggeleng dengan cepat. “BOY…?” Tebak Ayulien. Lagi-lagi Putrie menggelengkan kepalanya. “Emang loe punya cowok lagi selain Chandra sama Boy?” Tanya Ayulien. “Ada dong!” Kata Putrie. “Kalo nggak mereka berdua, terus siapa donk?” Tanya Ayulien “Ada dech…!Tunggu aja sampai doi dateng.” Kata Putrie. Hal itu membuat Ayulien dan Thicka penasaran banget. (Gue nggak tuh! kan gue udah tahu siapa yang bakal dateng!)
^__^
Thicka tidak begitu penasaran dengan orang yang akan diundang Putrie, tapi tidak begitu dengan Ayulien. Ia begitu penasaran dengan siapa yang diundang oleh Putrie, dia juga begitu antusias dengan orang yang akan mengunjungi markas utama PAT 3 CLUB’e.
Berkali-kali Putrie melihat ke arah jam. Terlihat wajah Putrie begitu cemas. Mungkin ia merasa takut, kalau-kalau Obie tidak jadi datang. Saat waktu menunjukan tepat jam 15.00 WITA, terdengar suara sepeda motor. Putrie, Ayulien, dan Thicka bergegas menuju pintu. Ayulien dan Thicka tak dapat berkata apa-apa.
“Kenalin pacar baru gue!” Kata Putrie “Obie!” “Ayulien!” “Obie!” “Thicka!” “Duduk dulu Bie! Sorry tempatnya masih berantakan! Mau minum apa?” Tanya Putrie. “Terserah! Tapi yang dingin ya!” Kata Obie.
Putrie bergegas menuju dapur, disusul dengan Ayulien dan Thicka. Ayulien masih bingung dengan kejadian yang baru terjadi, tetapi dengan penjelasan yang cukup singkat, Putrie dapat menghilangkan bingung yang ada pada diri Ayulien. Setelah mendapat penjelasan tersebut, Ayulien dan Thicka meninggalkan Putrie di dapur. Mereka kembali dengan kesibukan semula.
Sesaat kemudian, terdengar suara mobil yang membuat Ayulien dan Thicka berlari menuju pintu masuk.
‘Ngapain Farid kesini? Kayak nggak ada kerjaan lain aja!’ Gumam Thicka.
Thicka kembali melakukan aktivitasnya, tanpa menggubris Ayulien dan Farid. Ayulien menyambut baik kedatangan Farid, ia juga menyapa Farid dengan ramah, dan Farid membalasnya dengan senyum yang amat sangat manis. Farid segera menghampiri Thicka yang berada di ruang tengah. Ia langsung memberikan buku paket Bahasa Inggris Thicka yang terjatuh di depan kelasnya.
“Besok ulangan Bahasa Inggriskan!” Kata Farid ramah.
Thicka menatap Farid dengan tatapan bingung, tapi Farid tetap tersenyum. Thicka mengambil bukunya, dan kembali mengetik. Karena Ayulien nggak ada kerjaan, ia menawarkan diri untuk membuatkan Farid minum. Tentu tawaran baik itu tidak ditolaknya. (Kalo gue, pasti gue tolak mentah-mentah)
Biasanya Ayulien tidak pernah mau membuatkan minuman, soalnya dia itu nggak bisa bikin minuman. Bikin teh aja dia nggak bisa. Jangan-jangan dia juga nggak bisa membedakan yang mana gula dan yang mana garam. Bener aja, waktu minuman yang dibikin Ayulien diminum sama Farid, Faridnya langsung menumpahkannya. Dia bilang rasanya aneh, ternyata Ayulien bukan menuangkan gula, tetapi menuangkan garam. Sirupnya juga kebanyakan. (Kira-kira rasa sirupnya gimana ya? Mau mencobanya?) Karena merasa nggak tega dengan Farid, akhirnya Thicka mengambil air untuk Farid, yah walaupun hanya segelas air putih.
“Duh! Mesranya? Enak ya kalian ada yang nemenin, coba gue? Sendirian nich!” Kata Ayulien “Kata siapa loe sendiri! Kan ada gue yang nemenin loe disini!” Kata Aldo dari ruang tamu.
Sekarang, semuanya udah punya pasangan. (Tinggal gue yang belom! Hiks… Hiks… Hiks…! Sedih deh!) Putrie dengan Obie asyik membolak-balikan kartu tarotnya, Farid asyik ngajarin Thicka Bahasa Inggris, tapi Thicka-nya malah asyik bikin cerita. Sedangkan Ayulien dan Aldo asyik ngobrol di $ide $treet.
“Thick! Loe ngerti kan sama apa yang udah gue jelasin?” Tanya Farid “Iya!” Kata Thicka tanpa memperhatikan Farid “Loe paham semua?” Tanya Farid “Iya!” Jawab Thicka “Awas ya kalo nanti loe dapet nilai merah!” Ancam Farid “Iya!” Kata Thicka. Lama-lama Farid sadar, kalau sebenarnya Thicka itu nggak merhatiin Farid. “Hmm…! Loe tuh nggak merhatiin gue kan?” Tanya Farid “Iya!” Jawab Thicka “Thick! Gue suka sama loe! loe mau ya jadi cewek gue?” Tanya Farid “Iya!” Kata Thicka “Serius loe?” Tanya Farid “Iya! Dari tadi loe nanya terus!” Kata Thicka sambil melihat wajah Farid yang super amat sangat aneh banget. “Kenapa muka loe? Kok aneh gitu?” Tanya Thicka “Gara-gara loe!” Sahut Farid “Gue? Emang gue kenapa?” Tanya Thicka “Ada deh!” Sahut Farid.
“Put! tiga detik lagi hujan!” Kata Obie “Apa!” Kata Putrie.
Setelah Putrie mengatakan “APA” hujan turun dengan derasnya, terlihat Ayulien dan Aldo berlari menuju markas utama. Ayulien dan Aldo berdiri di depan pintu, mereka ingin sekali kembali kemasa kanak-kanak, dimana mereka sering main hujan.
“Yen kita hujan-hujanan yu’!” Ajak Aldo “Oke! Siapa takut!” Kata Ayulien “Gue do’a dulu biar hujannya nggak bikin kita sakit!” Kata Aldo “Gue ngajak Putrie sama Thicka, elo ngajak Obie sama Farid ya!” Kata Ayulien, Aldo hanya mengacungkan jempolnya. Mereka segera melaksanakan misi mereka. Alhasil saat Ayulien mengajak Putrie, Putrie nggak bisa menolak, dan saat Ayulien mengajak Thicka, lagi-lagi Thicka pun nggak bisa menolak. Aldo pun berhasil mengajak Obie dan Farid. Sebelum Ayulien hujan-hujanan, ia menyalakan tape dan memasukan kaset yang isinya lagu-lagu remix. Diatur volume-nya sekeras mungkin. Ya udah dech, mereka asyik nge-dance sambil hujan-hujanan.
Cukup lama mereka hujan-hujanan, ya ada sekitar setengah jam-an. Putrie, Ayulien, dan Thicka memutuskan untuk menyudahi permainan tersebut. Thicka bergegas masuk ke kamar, untuk mengambil baju ganti dan handuk. Setelah itu, ia langsung masuk kamar mandi, untuk membersihkan diri. Begitu juga dengan yang lainnya. Yang menyusahkan itu para cowoknya, masalahnya mereka tidak membawa baju ganti. Tapi untungnya, Farid membawa tiga buah boxer dan tiga buah kaos. Kaos itu padahal untuk anggota OSIS, tapi biarlah. Coba kalo Farid nggak bawa baju, pasti Putrie, Ayulien, dan Thicka nyuruh para cowoknya pake baju cewek. (Gue nggak bisa ngebayangin Obie, Aldo, dan Farid pake baju cewek!).
Setelah mereka semua sudah bersih, Putrie, Ayulien dan Thicka mengambil selimut kesukaannya. Untung masih ada tiga lembar selimut, ya sisanya itu dipakai sama para lelaki. Putrie dan Obie menawarkan diri untuk membuat minuman. Ayulien dan Aldo minta cokelat panas, dan sisanya minta dibuatkan capucino. Tidak cukup lama untuk membuat empat gelas capucino dan dua gelas cokelat panas.
Mereka segera menyeruput minuman mereka masing-masing, tapi tidak begitu dengan Thicka, ia begitu asyik membuat cerita. Tapi Farid langsung menyodorkan gelas Thicka ke mulut Thicka, yang membuat Thicka harus meminum capucino-nya. Saat Thicka minum capucino-nya, selimut yang menutupi dirinya melorot. Tanpa basa-basi lagi, Farid langsung membetulkan selimut itu seperti sedia kala. Sekujur tubuh Thicka menjadi merinding, tapi ia dapat mengendalikan perasaannya. Keakraban sesaat yang diberikan oleh Aldo, Farid, dan Obie, mengubah tindakan Putrie, Ayulien, dan Thicka terhadap mereka.
Hari sudah sangat sore, hujan pun sudah cukup reda, yah walaupun masih ada rintik gerimis. Aldo, Farid dan Obie pamitan untuk pulang. Putrie, Ayulien, dan Thicka juga akan meninggalkan markas utama mereka, tapi tunggu ketiga orang itu menghilang.
^__^
Seperti yang telah dijanjikan, pada hari ini dilaksanakan ulangan Bahasa Inggris. Yang diajarkan oleh Farid keluar semua, ya walaupun Thicka tidak begitu memperhatikan Farid. Tapi ada aja yang nyangkut di kepala Thicka.
Diwaktu istirahat, Thicka bergegas menuju perpustakaan, waktu berjalan kesana, ia berpapasan dengan Farid. Dia hanya melontarkan senyuman, dan senyuman Thicka dibalas dengan senyuman pula.
Thicka sampai di perpustakaan, sedangkan Farid sampai di kantin. Ternyata di kantin sudah menunggu teman-teman Farid, seperti Reza, Opeck, Andre, dan Hilman.
“Hei bos! Gimana perkembangannya?” Tanya Reza. “Ya githu dech!” Sahut Farid dengan tawa. “Kapan loe mau nembak dia?” Tanya Hilman. Farid hanya terdiam. “Jangan bilang kalo loe suka beneran sama Thicka!” Sahut Andre. “Inget bos kita cuma taruhan!” Tambah Opeck.
^__^
Putrie, Obie, Ayulien, Aldo, Thicka, dan Farid sedang asyik ngobrol di $ide $treet. Saat itu malam telah datang, tapi kayaknya mereka tidak begitu memikirkannya. Bintang bertaburan di atas mereka. Bulan juga turut menyinari pada malam itu. Begitu asyiknya mereka ngobrol. Tiba-tiba…
“Eh! Ada bintang jatuh! Make a wish!” Kata Ayulien.
Mereka segera menyebutkan satu permintaan, para cowoknya sudah selesai terlebih dahulu. Dan saat para ceweknya sudah selesai meminta permohonan, ketiga cowok itu menanyakan hal yang sama.
“Lo minta apa?” Tanya Obie, Aldo, dan Farid. “Ih bareng!” Sahut Putrie.
Pertanyaan tadi tidak digubris oleh Putrie, Ayulien, dan Thicka. Ayulien malah menyanyikan lagu Bintang Jatuh yang pernah didengarnya waktu di sekolahan.
 Sebutkan satu permintaan…
Bila kau melihat bintang jatuh…
Diakan kabulkan keinginan…
Seindah yang kau rasakan…
♫ Ku ingin dapat satu bintang…
Dimalam kita duduk bercinta…
Pastikan seru malam dan keinginan…
Untuk selalu bersama…
^__^
Di suatu malam yang diselimuti oleh bintang dan disinari oleh bulan. Disebuah restoran yang romantis dengan hiasan lilin-lilin, tampak sepasang kekasih yang dari tadi hanya saling menatap dan membisu. Sudah lima belas menit mereka terdiam. Tak ada yang berani memulainya dan tak ada yang ingin mengakhiri. Pada saat itu suasananya sangat canggung, padahal hubungan mereka sudah cukup dekat.
“Emm…!” Keduanya bersamaan. “Duluan dech!” Kata Obie. “Nggak dech! Kamu aja yang duluan!” Sahut Putrie. “Ladies first lagi!” Kata Obie.
Sebelum memulai pembicaraan, mereka memesan makanan. Seperti biasa Putrie memesan salad buah dan lemon tea, sedangkan Obie memesan steak dan jus jeruk. Sambil menunggu makanan mereka dihidangkan, mereka begitu asyik ngobrol.
“Kamu nggak malu jalan sama aku? Kamu tau kan gimana penampilan Aku?!” Kata Obie “Kenapa harus malu?! Yang pentingkan hatinya.” Jawab Putrie.
Perkataan Putrie tadi membuat Obie tersipu malu. Melihat Obie yang tersipu malu, Putrie jadi ikut-ikutan malu. Sesaat setelah itu makanan yang dipesan mereka datang, kini malu mereka telah menghilang.
“Mending kita makan! Ntar makanannya dingin lagi!” Kata Putrie. Sesuai dengan perintah Putrie, mereka memutuskan untuk menyantap hidangan yang telah tersedia di meja. Mereka begitu menikmati hidangan tersebut, sehingga mereka tidak menyadari adanya seseorang yang menatap mereka dari luar restoran.
Setelah selesai makan, mereka segera ke kasir untuk membayar, baru mereka keluar dari restoran. Putrie terkejut dengan apa yang ada di depannya.
Putrie tak dapat berkata apa-apa, ingin rasanya dia pergi dari hadapannya. Dengan cepat Chandra menarik tangan Putrie, tapi Obie menepis tangan Chandra dengan kasar. “Eh…jangan kurang ajar ya! Siapa loe!” Sahut Chandra dengan kasar. “Pacarnya!!” Jawab Obie. Amarah keduanya sudah sampai puncaknya. Tak dapat terelakan lagi, keduanya saling beradu tinju. Putrie berusaha melerai keduanya, tapi upaya Putrie tidak membuahkan hasil ‘Coba kalo disini ada Thicka, pasti dia bisa bantu gue!’ Gumam Putrie. Obie tak sanggup lagi melawan amarah Chandra. Obie hanya bisa menerima pukulan-pukulan Chandra yang di setiap pukulannya membuatnya sesak nafas. Obie sama sekali tak menyangka ini terjadi dan mengapa harus terjadi.
Putrie dari tadi berteriak-teriak meminta bantuan, tapi tak ada seorangpun yang mau melerai. (Coba kalo aku boleh bantuin, pasti bakalan ku bantu. Tapi sayangnya, aku nggak boleh bantuin. Kalo ku bantuin, ceritanya jadi lain dong! Sorry ya Bie, Put!) Orang-orang hanya bisa melihat wajah mereka yang babak belur. Tak lama pertengkaran itu selesai dengan sendirinya. Terlihat dari kondisi tubuh mereka, Chandra lah yang memenangkan pertandingan itu. Obie terkapar dilantai dengan kacamata yang pecah di injak Chandra. Sedangkan Putrie hanya bisa menangisi keadaan itu. Hal ini tak pernah terpikirkan oleh Putrie. Semua ini tidak seperti yang mereka harapkan. Kalau saja, waktu bisa terulang. Kalau saja Chandra nggak ada di situ. Kalau saja Putrie nggak ngajak Obie ngedate. Hah semuanya kalau saja.
“Put! Ikut aku!”, Chandra menarik Putrie dan menahan sakit di perutnya. Putrie tak bisa berkutik lagi. Tubuhnya lemas melihat kejadian tadi. Semakin lama Putrie semakin jauh dari Obie. Rasanya Ingin sekali ia menghampiri Obie dan membantunya berdiri.
Di dalam mobil Chandra, Putrie menahan tangisnya. Chandra masih belum bisa berkata. Chandra menghentikan mobilnya di tempat yang belum pernah dilihat Putrie sebelumnya.
“Put! ngapain loe sama si culun!” Tanya Chandra marah “Chan, namanya Obie!” Kata Putrie “Ngapain loe sama dia!” Tanya Chandra “Makan!” Jawab Putrie singkat “Kenapa pake acara mesra-mesraan segala?” Tanya Chandra “Trus kenapa?” Putrie balik bertanya “Kenapa? Put, kita masih pacarankan?” Tanya Chandra memelas. Putrie hanya terdiam. Karena tidak ada respon, Chandra memutuskan untuk melihat ke arah Putrie. Melihat wajah Putrie yang murung, Chandra semakin marah. “Oh jadi githu! Gara-gara cowok culun itu, kamu nggak mau nge-date sama aku,nggak mau angkat telepon aku, bahkan bales sms aku aja nggak! Kamu sengaja ngindarin aku!” Bentak Chandra.
Putrie tetap diam. Melihat orang yang disayanginya bertambah murung, Chandra jadi tak tega. “Aku tuch khawatir banget sama kamu, aku takut kalo kamu kenapa-napa. Selama ini aku cari kamu kemana-mana, tapi kamu slalu nggak ada, ternyata kamu milih cowok culun itu dari pada aku!” Kata Chandra.
Putrie menatap tajam wajah Chandra yang bengkak karena kena pukul Obie. “Chan, gue nggak suka loe ngejelek-jelekin Obie, asal loe tau Obie itu jauh lebih baik dari pada elo!” Kata Putrie keras.
Putrie langsung keluar dari mobil, Chandra berusaha mengejar Putrie, tapi terlambat Putrie sudah menyetop taxi dan masuk kedalamnya.
^__^
Siang yang sangat cerah dan membuat sekujur tubuh Ayulien serta Thicka berkeringat. Keduanya masih gelisah menunggu Putrie. Putrie sulit sekali dihubungi. Thicka sudah mulai bosan. Mulailah Thicka membuka laptopnya sambil menunggu Putrie. Sedangkan Ayulien masih saja duduk dan memulai hobinya. Yaitu Melamun. Setelah lama kemudian, Putrie datang dengan mata bengkak setelah semalaman menangis. Ayulien dan Thicka sangat terkejut melihat keadaan Putrie seperti itu. Karena sebelumnya, Putrie tak pernah mengalami hal itu. ‘Apa yang terjadi? Siapa yang membuatnya seperti ini?!’ Itulah yang sekarang ini ada dalam pikiran mereka. Wajah mereka kebingungan, sehingga Putrie menceritakan semua yang terjadi kemarin malam.
Cukup lama Putrie bercerita di ikuti dengan isak tangisnya. Walaupun sedikit tidak jelas, Ayulien dan Thicka mencoba memahami apa yang terjadi dan memutuskan untuk membantu memecahkan masalah Putrie. (Kalian bisa ngerti, pasti pake kamus orang nangiskan?)
Putrie mencoba untuk menghubungi Obie dan meminta maaf. Tapi, Hp-nya Obie tak aktif. Di datanginya kerumah Obie, Obienya malah nggak ada. Rencana Ayulien dan Thicka tak berhasil. Putrie merasa bersalah dan putus asa.
Untuk menghilangkan sedih Putrie, kedua sobatnya mengajak Putrie ke MC. Biasanyakan Putrie akan langsung terhibur dengan berbelanja. Dengan tak sengaja, Putrie, Ayulien dan Thicka melihat seseorang yang mirip dengan Obie. “Put! cowok itu kayaknya familiar banget deh!” Kata Ayulien. “Bener! Kayaknya gue pernah liat tuh cowok deh!” Tambah Thicka. “Bentar, gue pikir dulu!” Kata Putrie. “Obie! Ya cowok itu mirip Obie!” Kata Ayulien mengagetkan Putrie dan Thicka. “Ya nggak mungkin lah! Obie kan culun sedangkan dia, keren! Beda jauh lagi!” Kata Putrie dengan tawa. “Tapi bener kata Ayulien, itu cowok emang mirip banget sama Obie!” Tambah Thicka. “Kan udah gue bilang, kalo itu nggak mungkin banget!” Kata Putrie sambil meninggalkan dua sahabatnya. Sebenarnya dalam hati Putrie terdapat pendapat yang sama dengan Ayulien dan Thicka, tapi entah kenapa dirinya tidak mengakui kebenaran itu. Ayulien dan Thicka kemudian menyusul Putrie tanpa menghiraukan cowok itu lagi.
Ternyata jalan-jalan seharian di Metro City tidak membuat Putrie bahagia. Thicka memutuskan untuk makan malam di restoran biasa. Ternyata disana ada Obie yang sedang membolak-balikan kartu tarot dengan wajah memelas. Dari kejauhan saja wajah Obie yang babak belur itu terlihat. Dengan segera Putrie mnghampiri Obie. Putrie duduk di depan Obie dan memanggilnya beberapa kali. Obie sama sekali tak menggubrisnya. Perlakuan Obie membuatnya tak sanggup menahan butiran-butiran air matanya. Obie langsung luluh. Tangan Obie tiba-tiba menghapus air mata Putrie dengan lembut. Putrienya terkejut dan memegang tangan Obie yang berada di pipinya.
“Bie, sorry ya… aku udah bikin kamu babak belur gini!” Kata Putrie “Put, jujur ya, aku pacar kamu yang keberapa?”, Ujar Obie lembut. Putrie tersentak. Dia tak menyangka Obie akan bertanya seperti itu. Agar tidak terjadi kesalah pahaman, Putrie menceritakan semuanya pada Obie.
Kedua sobat Putrie membiarkan Putrie dengan Obie, mereka ingin kalau Putrie dapat mengambil hikmah dari semua yang telah terjadi. Dan mereka ingin Putrie dapat bertanggung jawab atas seluruh perbuatannya.
Obie tak dapat berkata setelah mendengar cerita Putrie. Menurutnya, semua orang akan melakukan hal yang sama untuk menemukan cinta sejatinya. Tapi, ia tak dapat mengatakannya. Putrie menunggu respon dari Obie, kecemasan yang ada pada wajah Putrie, membuat Obie ingin menghilangkan cemas itu. “Put! udah nggak usah dipikirin!” Kata Obie sambil tersenyum “Maunya gitu. Tapi, aku harus bilang apa sama Chandra? Lagian ini semuakan gara-gara aku. Pastinya aku harus tanggung jawab donk!” Kata Putrie cemas.
Seseorang mendekati Obie dan Putrie. Setelah sampai pemuda itu memukul meja mereka dengan telapak tangannya. Obie dan Putrie secara otomatis kaget.
“CHANDRA!!”, teriak Putrie tak menyangka. “Heh! Loe ngerti nggak sich! Tonjokan-tonjokan yang kemaren itu belum cukup ya!” Bentak Chandra. Thicka dan Ayulien sempat terkejut dengan kedatangan Chandra. “Chan, Obie nggak salah! Gue yang nyamperin Obie, bukan Obie yang nyamperin gue, jadi loe nggak berhak marahin Obie!” Kata Putrie. Chandra menatap Putrie dengan tajam, dia sangat marah karena Putrie lebih membela Obie daripada dirinya. Dia mengayunkan tangannya dan bersiap untuk menampar Putrie. Dengan sigap Thicka memegang tangan Chandra. “Cowok gentle nggak bakal mau nampar cewek!” Kata Thicka dingin. (Gila! Keren banget kata-katanya. Gue kagum sama loe Thick)
“Put! Sekarang kamu harus milih!” kata Chandra keras. Putrie dipenuhi kebingungan, disatu sisi dia masih sayang sama Chandra, tapi disisi lain dia juga sayang sama Obie. Melihat Putrie yang bingung Obie menjadi tak tega. Sebetulnya, Chandra juga merasa nggak enak sama Putrie, tapi dia harus tegas dengan Putrie.
“Put, aku tau kamu masih sayang sama dia, mending kamu kembali aja sama dia, siapa tau dia lebih baik dari aku!” Kata Obie.
Setelah beberapa menit terdiam, Obie memutuskan untuk meninggalkan restoran. Ia menganggap keputusannya sudah tepat. Cinta tak harus miliki. Kadang kalimat itu harus terjadi, tapi kadang kalimat itu salah besar. Dalam suatu waktu, seseorang harus mengalah demi kebahagiaan orang yang dicintainya. Itulah yang dirasakan Obie pada saat ini. Tak ada rasa sesal yang melanda Obie walaupun rasa sakit itu menyayat hati Obie, ia berpendapat bahwa keputusan yang diambilnya merupakan jalan yang membuat Putrie lebih mudah memutuskan apa yang akan dipilihnya.
“Chan, gue milih sama Obie, gue harap loe bisa cari pengganti yang lebih baik dari gue!” Kata Putrie pasti. “Tapi, Obie udah ninggalin kamu!” Kata Chandra “Yah! Biarpun dia udah ninggalin gue, gue tetap masih sayang sama dia, dan gue nggak bisa sama loe lagi! Maafin gue!” Putrie terdiam sejenak, “Terima kasih atas semuanya!” Lanjut Putrie, kemudian dia langsung meninggalkan Chandra sendirian di restoran disusul dengan Ayulien dan Thicka. Chandra duduk tersandar dengan raut wajah yang… ah terlalu sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Chandra masih belum bisa menerima keadaan ini.
^__^
Disuatu sore, di markas utama. Disana hanya ada Ayulien, Aldo, dan Thicka. Thicka menyuruh mereka ke luar, karena mereka akan mengganggu konsentrasi dirinya, lagi pula saat ini dia memerlukan tempat yang tenang. Ya mau gimana lagi, mereka pun menurut untuk keluar, lagi pula lebih enak kalau berada di alam terbuka dibandingkan berada di tempat yang tertutup.
“Yen, gue mau curhat nich!” Kata Aldo memulai “Tentang?” Tanya Ayulien “Cewek!” Sahut Aldo.
Aldo memulai ceritanya. Tadi siang saat ia makan bersama temannya di kantin, dia ditembak oleh seorang cewek yang sudah dikenalnya dengan baik. Dia juga cewek yang paling dekat dengannya di sekolah. “Yen, apa yang mesti gue lakuin?” Tanya Aldo “Kok tanya-nya ke gue sich?” Ayulien malah balik bertanya “Pendapat kitakan selalu sama, jadi gue minta pendapat elo! Gue terima nggak tu cewek?” Tanya Aldo “Gue nggak tau, gue kan belum liat tu cewek!” Balas Ayulien “Gimana kalo loe ketemuan sama dia!” Kata Aldo. Ayulien hanya menggeleng, menandakan dia tidak mau bertemu dengan cewek yang naksir sama Aldo. “Menurut loe dia gimana?” Tanya Ayulien “Dia tu cantik, baik, pengertian, pokoknya dia termasuk tipe cewek ideal gue!” Jawab Aldo “Ya udah loe terima dia aja!” Usul Ayulien “Kalo githu, gue ke rumahnya dulu ya!” Kata Aldo.
Aldo langsung melesat menuju rumah cewek yang pernah menyatakan cinta padanya. Tinggalah Ayulien sendiri di $ide $treet yang berada di seberang markas utama. Hatinya terasa seperti tertusuk duri, padahal ia tidak pernah merasa sesakit ini sebelumnya, karena dia lebih suka kalau cintanya bertepuk sebelah tangan dari pada cintanya bersambut. “Ternyata Aldo udah nyuri hati gue!” Kata Ayulien lirih.
Ayulien langsung kembali ke markas utama, dan dia mengajak Thicka untuk jalan-jalan. Tumben banget Thicka mau diajak jalan-jalan sama Ayulien. Mumpung lagi ada mobil nganggur, kenapa nggak dimanfaatin. Pikir Thicka seperti itu. Ayulien menyuruhnya untuk ke Time Zone. Thicka langsung mengetahui perasaan Ayulien. Biasanya kalo lagi bete, suntuk, kesel, Ayulien selalu ke sini.
Disana begitu banyak orang yang sedang asyik main, tak lama kemudian Ayulien pun juga asyik dengan permainannya. Thicka hanya menggelengkan kepala dan tersenyum melihat kelakuan Ayulien. Namun tiba-tiba, seseorang merampas tas laptop Thicka. Tanpa menghiraukan yang lain, Thicka langsung mengejar copet itu. Tanpa sadar dirinya menabrak Farid, namun dia tetap mengejar copet itu. Dan Farid malah mengejar Thicka. Thicka berhasil menangkap copet itu, sang copet juga sudah melepaskan tas laptop Thicka, namun sang copet terus melawan Thicka. Dilancarkannya tinjuan-tinjuan ke muka Thicka, namun Thicka berhasil mengelak. Pada saat ada kesempatan, Thicka memukul bagian ulu hati sang pencopet. Ternyata sang pencopet itu masih bisa bertahan. (Hebat juga tuh copet). Copet itu mengarahkan tinjunya ke wajah Thicka, tapi Thicka bisa mengelak. Sekali lagi copet itu melancarkan tinjunya ke wajah Thicka, dan tinjunya berhasil mengenai bagian sudut bibir Thicka.
Saat Farid sampai, Thicka masih saja berkelahi dengan sang pencopet. Dengan segera Farid membantu Thicka, namun belum sempat Farid membantu, Thicka sudah berhasil melumpuhkan sang pencopet itu.
“Thick, Loe hebat juga!” Kata Farid kagum. Thicka hanya terlihat sedikit lelah. “Bibir loe?” Tanya Farid. “Oh ini, nggak papa kok, tadi cuma kena tonjok aja!” Kata Thicka “Yakin nggak papa?” Tanya Farid Khawatir. “Iya!” Balas Thicka. Thicka dan Farid kembali ke Time Zone, Farid kembali ke temannya dan Thicka kembali ke Ayulien yang lagi serius untuk menghabiskan koin yang sudah dibelinya.
^__^
Hari ini, tepatnya waktu istirahat pertama sedang berlangsung, Thicka dan Farid terlihat semakin akrab, banyak siswa mengira, kalau mereka pacaran, tapi tidak begitu kenyataannya. Memang Thicka menyukai Farid, tapi Faridnya sendiri…? Thicka tidak mengetahui kalau Farid mendekati dirinya, hanya karena TARUHAN, sampai kapan Farid menyimpan rahasia itu? Tentu sampai Farid berhasil menjadi pacar Thicka. (Jahat banget sih! Cowok apaan toh!)
Disaat istirahat ke-dua, Thicka menolak saat diajak Farid ke kantin, dia memilih menulis cerita di perpustakaan. Terpaksa Farid ke kantin bersama temannya, dan mau nggak mau dia harus memperbincangkan soal taruhan itu. Waktu lima belas menit tidak cukup untuk membahas tentang taruhan. Untuk kembali ke kelasnya, Farid harus melewati lorong yang berada di sebelah kelas XE.
Sebelum bel masuk berbunyi, Thicka sudah kembali ke kelasnya, tapi sial bagi Farid, temannya membicarakan tentang taruhan itu di lorong, saat itu Thicka harus kembali ke perpustakaan, untuk mengambil bukunya yang ketinggalan, dan jalan menuju perpustakaan itu melewati lorong dimana teman-temannya begitu asyik membicarakan soal taruhan.
Dengan nggak sengaja Thicka mendengar nama dirinya disebut-sebut, dan dikaitkan dengan taruhan. Awalnya dia tidak percaya, tapi setelah Farid menyetujui suruhan temannya, untuk mengakhiri semuanya satu minggu kemudian. Thicka memutuskan untuk segera mengambil buku itu dan kembali ke kelasnya.
^__^
Dalam minggu ini, ke-tiga sahabat itu dilanda kesedihan, Putrie sedih karena Obie sudah meninggalkan dirinya, Ayulien sedih karena Aldo sudah menjadi milik orang lain, dan Thicka sedih karena Farid mendekatinya hanya untuk taruhan. (Kalo gue sedih, karena semuanya sedih. Hiks… Hiks… Hu… Hu… Hua… Hua…!)
Walaupun sedih, mereka tetap berkumpul di markas utama, tapi mereka lebih banyak diam dibandingkan berbicara. Saat itu terdengar suara mobil, dan tepat sesuai dengan dugaan Ayulien, itu adalah mobil Aldo. Ternyata Aldo tidak datang sendiri, dia datang bersama pacarnya. Dia cantik, anggun, rambutnya panjang seperti Putrie, tingginya sama seperti Thicka, mungkin beratnya sekitar 54 kilogram. Tubuh yang flexible.
Putrie dan Thicka dapat menyembunyikan kesedihannya, tetapi tidak dengan Ayulien, kesedihannya yang sudah dipendam, kini meluap setelah melihat Aldo memeluk cewek itu. Dia memutuskan untuk tidak menemui Aldo.
“Thick, ALIEN mana?” Tanya Aldo “Di kamar!” Jawab Thicka singkat. Sial bagi Ayulien, padahal Thicka sudah disuruh untuk tidak memberitahukan ke Aldo kalau dirinya berada di kamar, bahkan sudah dikasih uang tutup mulut. “Kenapa nggak keluar?” Tanya Aldo lagi “MATI kali!” Sahut Thicka ngaco. Aldo hendak ke kamar dimana Ayulien berada, tapi segera dicegah oleh Thicka dengan alasan ‘Ayulien nggak mau diganggu’ cukup untuk membuat Aldo kembali ke tempat semula.
Putrie keluar dengan dua gelas air di tangannya. Sepertinya cewek Aldo tidak terlalu betah berlama-lama di markas PAT 3 CLUB’e, minuman yang disediakan Putrie juga tidak diminumnya. Ia meminta Aldo untuk mengantarnya pulang. Aldo tidak menolaknya, setelah meneguk minuman yang dihidangkan Putrie, Aldo langsung mengantar pacarnya pulang.
“Thick! Gue sebeeeel banget sama toh cewek! Gayanya udah kayak miss univers aja! Tau githu gue nggak bakal bikinin minuman buat dia!” Kata Putrie jengkel. “Nggak ada yang nyuruh elo bikinin minuman buat tu cewekan?” Kata Thicka. “Iya sih! Tapi bisakan kalo cuma hargain perbuatan baik gue?” Tanya Putrie dengan nada yang masih kesel. “Udah! Gue hargain kok perbuatan baik loe!” Kata Thicka sambil meminum minuman yang dibuat Putrie untuk ceweknya Aldo. Emang bener kata Putrie. Toh cewek amat sangat nyebelin. Sama Amat aja masih nyebelin dia. (Kok lari nya jadi ke Amat ya? kasian tuh Amat di omongin!) “Kenapa Aldo bisa suka sama toh cewek! Padahalkan nggak ada bagus-bagusnya, emang seh dia toh cantik, tapikan ngeselin!” Tambah Putrie. “Aldo dipelet sama toh cewek kale!” Kata Thicka asal. “Pelet? Emang Aldo ikan! Biasanyakan ikan kalo di pancing pake pelet!” Kata Putrie. “Oh gue kira pelet itu nama belakangnya Didi!” Kata Thicka “Yee… Itu mah Didi Petet dodol!” Kata Putrie.
^__^
Thicka masuk ke kamar, dimana Ayulien juga ada disana. Thicka menebak-nebak, kenapa dia tidak mau menemui Aldo, tetapi dia tidak mau menanyakannya pada Ayulien, dia takut nantinya Ayulien malah nangis, kan disini nggak ada yang jual balon atau es krim, ntar bisa gawat. (Emang Ayulien anak kecil). Mungkin saat ini yang terbaik adalah membiarkan dia sendiri, tapi Thicka tidak akan membiarkan Ayulien mengunci pintu kamar, takutnya Ayulien akan bunuh diri. Kayaknya Thicka kelewet cemas dech.
Dari tadi Putrie menghubungi seseorang, tapi kayaknya yang di seberang tidak kunjung mengangkatnya. (Kacian deh loe, cacingan deh loe, cucian deh loe!)
“Nelpon siapa Put?” Tanya Thicka. “Obie!” Jawab Putrie “Nggak diangkat-angkat ya?” Tanya Thicka. Putrie hanya mengangguk, lagi-lagi Thicka memutuskan untuk membiarkannya sendiri. Thicka membayangkan lagi kejadian tadi siang, saat Farid ngobrol bersama teman-temannya. Tanpa sadar Thicka mengarahkan tinjunya pada boneka kesayangan Putrie. “Kenapa loe? Boneka gue nggak salah apa-apa kok ditonjok?” Tanya Putrie. “Sorry, gue cuma lagi kesel!” Kata Thicka. “Kesel sama cewek Aldo?” Tanya Putrie. “Bukan!” Kata Thicka. “L… A… L… U…!” Tanya Putrie. “Ah…! males bahas kayak gituan!” Kata Thicka. “Ayolah…! Kitakan temen!” Rayu Putrie. “Kan udah gue bilang males!” Kata Thicka. “Sekali aja!” Bujuk Putrie. “Mau bonekanya gue tonjok lagi?” Tanya Thicka sambil mengangkat boneka tersebut. Putrie menggeleng dan memutuskan untuk tidak meneruskan pertanyaannya. Thicka memutuskan untuk tidak akan menemui Farid lagi.
^__^
Malam hari masih dihari yang sama, Ayulien berdiri di depan kolam yang ada di sebelah $ide $treet. Ayulien mengambil batu yang ada dan melemparnya sejauh mungkin ke arah kolam. (Kasian toh ikannya, ketimpuk batu) Berkali-kali ia melakukannya, tapi tetap saja sakit yang ada di hatinya tidak kunjung pulih. Seandainya saja pada saat itu ada bintang jatuh, pasti yang akan dia minta adalah Aldo tetap berada di sampingnya jika diperlukan. (Kasian Aldonya, masa waktu diperluin aja Aldo di samping Ayulien)
Kini ia hanya bisa menangis, ia juga selalu melihat bulan purnama yang ada di air. Sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Aldo menghampirinya. Ia baru sadar ketika Aldo duduk di sampingnya.
“Sendiri? Mana ceweknya?” Tanya Ayulien tegar “Lagi di rumah, dia nggak mau diajak ke sini!” Jawab Aldo.
Ayulien kembali menatap kolam, Aldo baru menyadari kalau mata Ayulien sembab, dan dia mengambil kesimpulan kalau Ayulien habis nangis. Aldo merasa bersalah, biasanya dia selalu ada saat Ayulien memerlukan dirinya. Sekarang dirinya sudah berada di dekatnya, tapi entah mengapa, dia tidak bisa menanyakan apa yang terjadi. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengatakannya.
“Yen, loe kenapa? Loe habis nangiskan?” Tanya Aldo.
Ayulien tersentak kaget, ia tidak menyangka kalau Aldo cepat tanggap dengan keadaannya. “Gue nggak apa-apa kok! Gue tadi kelilipan, jadi kayak habis nangis!” Kata Ayulien.
Kemudian, keduanya tidak berbicara lagi. Ayulien kembali menatap kolam, sedangkan Aldo menatap langit yang dipenuhi bintang. Suasana malam itu sangat romantis bagi sepasang kekasih.
“Oh ya, loe ngapain kesini?” Tanya Ayulien. “Gue cuma khawatir sama loe! Habis tadi siang loe nggak keliatan sich!” Jawab Aldo.
“Oh!” Ayulien terdiam sebentar “Gue ngantuk nih! Gue balik dulu ya!” Lanjut-nya. “Gue anter!” Kata Aldo “Nggak usah, rumah gue deket kok! Mending loe balik, siapa tau loe dicari sama cewek loe!” Balas Ayulien.
Setelah mobil Aldo menghilang di kegelapan malam yang mencekam, baru Ayulien kembali ke rumahnya. Tangisnya pun meledak, ia menyesali seluruh perbuatannya, kenapa dirinya tidak bisa jujur. Itu sebuah kesalahan yang sangat besar, dan akibatnya pun juga sangat besar. Seandainya waktu dapat diulang, ia ingin sekali mengulang kejadian pada saat itu, tapi sayangnya hal itu tidak akan terjadi. Jika waktu dapat diulang sesukanya, pasti semua orang tidak akan menyadari kesalahan yang pernah dibuat.
^__^
Tepat dihari yang dijanjikan Farid dan kawan-kawan. Hari ini Farid akan mengungkapkan perasaannya kepada Thicka, untuk mengakhiri taruhan itu. tapi sayangnya di waktu istirahat Farid tidak bertemu dengan Thicka, tidak seperti biasanya Thicka tidak ke perpustakaan. Ia memutuskan untuk membuat cerita di dalam kelas saja. Dia tahu, kalau nanti dirinya ke Perpustakaan, dirinya akan bertemu dengan Farid.
Sesuai dengan apa yang dipikirkan Thicka, pada saat itu Farid telah menunggunya di perpustakaan. Tapi yang ditunggu-tunggu juga tidak datang. Dan akhirnya dia memutuskan untuk mengunjungi kelas Thicka. Saat itu dia duduk di bangku paling belakang, dekat dinding. Disana ia begitu serius membuat cerita. Sampai-sampai ia tidak menyadari kalau Farid telah berada di sebelahnya. Ia menyadari hal tersebut setelah bel masuk berbunyi.
“Kok loe ada di sini? Sejak kapan loe di sini!” Tanya Thicka tegas. “Udah dari tadi! Jadi loe baru sadar sekarang?” Tanya Farid. “Iya!” Jawab Thicka “Ampun deh!” Kata Farid “Ngapain loe ke sini?” Tanya Thicka. “Tumben loe nggak ke perpus! Biasanyakan selalu disana!” Kata Farid “Gue lagi nggak minat, lagi pula gue sibuk! Oh ya, bentar lagi guru bakal masuk, jadi loe mending cepet pergi deh dari sini!” Kata Thicka.
Tanpa disuruh dua kali, Farid meninggalkan kelas Thicka. Lagi pula kayaknya Thicka lagi bad mood untuk ngobrol, dan Farid harus menunda pernyataannya.
Pulang sekolah, Thicka segera pulang. Tapi sayang dirinya belum dijemput oleh Putrie. Akibatnya, dia harus menunggu dan harus bertemu dengan Farid.
“Thick! Lagi nunggu jemputan ya?” Tanya Farid. Thicka tidak menggubris perkataan Farid. Ia tetap melihat ke jalan raya, tapi Farid selalu bertanya, yang membuat Thicka kesel, jengkel, bete, gondok, plus dongkol.
“Bisa nggak, kalo loe diem! Cerewet banget seh!” Kata Thicka marah “Thick, loe kenapa sich! Kok marah githu!” Tanya Farid “Nggak pa-pa kok!” Kata Thicka. “Thick! Ada yang mau gue omongin sama loe!” Kata Farid. “Ngomong aja!” Kata Thicka. “Sebenernya…, gue… gue… su…!” Kata Farid. “Suka sama gue!” Sahut Thicka dengan cepat, tepat dan pasti. Farid terkejut dengan perkataan Thicka barusan. “Loe…!” Kata Farid. “Loe apa Rid?” Thicka terdiam sejenak sambil menghembuskan nafas. “Gue harap, gue korban terakhir yang loe jadiin bahan taruhan! Loe harus tau Rid, cewek itu juga punya perasaan, dan loe nggak berhak ngancurin perasaan para cewek yang sudah dibangun dengan susah payah!” Kata Thicka.
(Duh dalem banget kata-katanya) Farid merasa bersalah karena telah menjadikan Thicka sebagai bahan taruhan. Kata terakhir Thickalah yang membuat hati Farid menjadi cair. Thicka tidak lagi memperdulikan Farid, ia segera masuk ke mobil saat Honda Jazz-nya Putrie telah bertengger di depannya.
^__^
Beberapa hari kemudian…
Putrie tidak pernah lagi bertemu dengan Obie, ia begitu rindu dengan Obie, ingin rasanya ia mengunjungi rumahnya, tapi sayang saat Putrie ke sana, Obie selalu tidak ada di tempat.
Lain dengan Ayulien, ia juga tidak pernah bertemu lagi setelah pertemuannya di kolam sebelah $ide $treet. Ia ingin bercanda kembali dengan Aldo, seperti dulu.
Tapi tidak bagi Thicka, rasanya ia ingin pindah sekolah agar tidak bertemu lagi dengan Farid. Ia tidak tahu lagi apa yang terjadi pada Farid, karena ia tidak pernah melihatnya lagi.
Siang hari sekitar pukul 14.00 WITA, Putrie dan Ayulien sudah berada di markas, tapi Thicka masih ada di sekolah, ia bilang tidak usah dijemput karena, dia membawa mobilnya sendiri. Ayulien hendak naik ke atas menara, ia juga mengajak Putrie, tetapi dia menolak, alasannya karena panas. Jadinya Ayulien naik ke atas menara sendiri. Disana ia begitu menikmati suasana.
Saat itu pula, Aldo datang, kali ini ia tidak membawa pacarnya. Ia langsung masuk ke markas utama. Tetapi ia hanya menemukan Putrie. Putrie memberi tahu dimana Ayulien berada. Aldo langsung naik ke atas menara.
Karena sudah lama tidak bertemu, Ayulien langsung meluk Aldo dengan eratnya. Aldo bingung akan hal itu. Ia pikir Ayulien telah disakiti sama orang yang disayanginya. Yang dipikirkan Aldo memang benar. Selain karena lama tidak bertemu, Ayulien juga sedih karena Aldo sudah jadi milik orang lain. Ingat akan hal itu, Ayulien segera melepas pelukannya dan kembali berdiam diri.
“Lho, kenapa dilepas?” Tanya Aldo.
Perkataan Aldo tadi membuat harapan baru bagi Ayulien, tapi dengan segera ia buang jauh-jauh harapan itu. Ia tidak ingin kalau orang lain terluka karena dirinya.
“Perlu ini lagi?” Tanya Aldo sambil memegangi bahu kanannya. Ayulien segera menggeleng. “Ngapain loe ke sini?” Tanya Ayulien. “Gue khawatir sama loe!” Jawab Aldo. “Dari dulu loe khawatir mulu, nggak ada kerjaan laen!” Tanya Ayulien. “Habisnya setiap ketemu sama loe, loenya sedih mulu seh!” Kata Aldo. Ayulien terdiam. Satu sisi hatinya begitu senang, tapi di sisi lain, hatinya juga takut. Takut kalau khawatirnya itu hanya sebatas teman. “Mana cewek loe?” Tanya Ayulien. Kali ini Aldo yang terdiam. Sebenarnya tujuan Aldo menemui Ayulien bukan hanya khawatir, tapi juga ingin bercerita tentang apa yang terjadi. “Mmm…, Yen!” Aldo terdiam sejenak. Ayulien menunggu lanjutan kata-kata Aldo dengan rasa bingung. “Sebenernya perbuatan gue ini salah atau bener?” Tanya Aldo. Ayulien semakin bingung. Belum cerita apa-apa, Aldo sudah nanya-nanya. Gimana Ayulien bisa jawab? “Perbuatan loe yang mana?” Tanya Ayulien. Aldo menceritakan semuanya tentang pacarnya. Dia juga menceritakan soal berakhirnya hubungan dengan pacarnya. Dia putus karena dia tidak suka sama sikap pacarnya yang nggak boleh terlalu akrab sama Putrie, Ayulien, dan Thicka. Ia juga tidak boleh terlalu sering mengunjungi markas PAT 3 CLUB’e. Pokoknya pacarnya itu ingin kalau dia itu untuknya. Maka dari itu, Aldo segera memutuskan hubungan dengannya.
“Loe masih sayang sama dia?” Tanya Ayulien dengan berharap kalau jawabannya adalah NGGAK. “Sedikit!” sahut Aldo. “Loe udah yakin sama keputusan loe?” Tanya Ayulien. “Gue… gue juga nggak tau!” Kata Aldo “Menurut gue, kalau itu yang terbaik buat loe, ya jalanin aja! Mungkin dengan begitu loe bisa dapet cewek yang lebih baik dari dia! Toh masih banyakkan cewek di dunia ini!” Kata Ayulien panjang lebar. “Bener sih, tapi…!” Kata Aldo. “Do, dengerin gue, kalo dia emang jodoh loe, dia nggak akan lepas dari loe, dan dia pasti kembali sama loe, jadi loe jalanin aja semuanya!” Kata Ayulien. Perkataan Ayulien tadi membuat Aldo menemukan cinta yang baru. “Thank’s ya! oh ya, gue udah dapet pengganti cewek gue!” Kata Aldo.
Lagi-lagi Ayulien terdiam. Rasanya ia ingin menangis, tapi tidak mungkin di sini, karena akan ketahuan oleh Aldo. Ia mencoba untuk tegar. “Cepet banget dapetnya! Siapa dia?” Tanya Ayulien getir. “Rahasia! Yang jelas, dia itu imut, mungil, simple, nggak suka dandan, riang dan selalu ceria!” Kata Aldo panjang lebar. “Kayaknya dia itu cocok banget buat loe!” Kata Ayulien. “Gitu ya, tapi yang jelas kalo gue nembak dia, gue nggak akan ngebiarin dia untuk nolak gue!” Tambah Aldo. ‘Cewek itu beruntung banget!’ Gumam Ayulien.
Sementara itu, disaat yang bersamaan, markas PAT 3 CLUB’e kedatangan tamu, dia seorang cowok. Cakep, tinggi, keren, yah pokoknya dari segi penampilan, dia sempurna. Di markas hanya ada Putrie.
Saat melihat cowok itu, jantung Putrie langsung berdetak keras. Ternyata itu cowok adalah cowok yang pernah dilihat Putrie, Ayulien, dan Thicka waktu mereka ke Metro City. Penampilan oke, kalau dibandingkan dengan Obie. Ya jelas beda jauh donkz!!! Kalau diumpamakan, bagai kucing garong dengan kucing Persia.
“Cari siapa ya?” Tanya Putrie. “Gue cari elo!” sahutnya “Gue?!” Putrie terdiam sejenak, ia mengingat-ingat apakah ia pernah bertemu dengan cowok itu. Tapi yang pernah ia temui, tidak ada cowok yang sekeren dia. Emang sih waktu di Metro City pernah ketemu sama cowok cakep, tapi bagi Putrie, itu nggak masuk hitungan. “Gue pernah ketemu loe?” Tanya Putrie. “Pernah! Malahan kita pernah deket selama beberapa minggu!” Kata Cowok itu. Putrie jelas kaget dengan perkataan cowok itu. Apakah dirinya pernah terkena amnesia sesaat? “Sorry gue lupa! Mungkin waktu kita deket, tiba-tiba aja gue kena amnesia!” Sahut Putrie. “Oh ya! Tapi rasanya loe nggak pernah kena amnesia dech!” Balas Cowok itu. Sekarang Putrie bener-bener bingung. Kalau nggak pernah kena amnesia, berarti apa dong? (Sama! Gue juga bingung! Trus gue juga penasaran sama cowok itu!)
“Mungkin loe ketemu gue di mimpi loe kali!” Kata Putrie mencoba menebak. “Nggak! Masa loe lupa sama gue?” Tambah cowok itu. “Gue bener-bener nggak inget!” Kata Putrie menyerah.
Cowok itu mengeluarkan kartu tarot dari dalam saku celananya. Putrie teringat dengan Obie. Awalnya ia juga menyangka kalau cowok itu adalah Obie, tapi bukan cuma Obie kan yang bisa ngeramal dengan kartu tarot. “Gue tau loe bisa ngeramal, tapi maaf gue cuma mau diramal sama Obie!” Kata Putrie.
Cowok itu tersenyum. Manis. Sangat manis. Seandainya ia bisa terus tersenyum untuk selamanya, pasti semua cewek akan tersepona eh terpesona padanya. “Obie?” Dia mengerutkan keningnya. “Siapa dia?” Lanjutnya. “Dia adalah cowok paling baik yang pernah gue temui, dia cowok yang paling setia, dia juga seorang cowok yang mengorbankan kebahagiaannya demi orang yang dekat dengannya!” Kata Putrie panjang lebar. “Dia pacar loe?” Tanya cowok itu. “May be no may be yes!?” sahut Putrie dengan nada memelas. “Kok gitu?” Cowok itu terdiam sejenak, dan sekali lagi ia mengerutkan keningnya. “Gue jadi bingung!” Lanjutnya lagi. “Soalnya hanya gue yang menganggapnya seperti itu! Gue hanya pernah denger sekali dia nganggep gue sebagai pacar, itupun waktu keadaan sedang nggak stabil!” Kata Putrie.
Cowok itu terdiam setelah mendengar pernyataan Putrie. Putrie jadi bingung dengan sikap cowok itu. Tiba-tiba saja Putrie seakan begitu dekat dengannya, apakah naluri wanitanya mulai bicara? (Aku adalah wanita yang tak pernah lelah mencari lelaki! Kok gue jadi nyanyi sih!)
“Loe siapa?” Tanya Putrie tiba-tiba. Cowok itu mengaku kalau dia itu adalah Obie, sebenarnya Putrie juga nggak percaya, tapi setelah mendengar pengakuan darinya, barulah Putrie percaya. Dia langsung meluk Obie, Obie juga meluk Putrie. Bahkan dia lebih erat, seakan harus tetap bersama, walaupun gempa sedang terjadi, walau tsunami melanda, walau angin tornado meniup, walau tanah longsor terjadi, walau air bah datang menghantam, walau dunia kiamat sekalipun. (Seakan-akan dunia milik berdua. Yang lain? NGONTRAK! Eh salah yang bener NUMPANG!)
Disaat yang bersamaan pula, saat Thicka hendak keluar dari kelas, tiba-tiba saja Farid menarik tangannya. Ia terus memegang tangan Thicka sampai di kelas XI IPS 4. Di sana teman-teman Farid sudah menunggu.
“Gue beneran suka sama dia, jadi dalam taruhan ini gue yang kalah!” Kata Farid. “Oke, besok loe harus traktirin kita semua!” Kata Reza sambil meninggalkan kelas. Kemudian disusul dengan yang lain.
“Sekarang loe percayakan?” Tanya Farid. Thicka menggeleng dengan tangan kanan masih dipegang kuat oleh Farid. Farid mulai marah karena Thicka tetap tidak percaya dengan dirinya. Farid memojokan Thicka di dinding , jarak bibir Thicka dengan bibir Farid hanya sekitar sepuluh centimeter. Makin lama Farid makin mendekatkan bibirnya dan…
Bukh!!! Thicka menonjok perut Farid dengan sekeras-kerasnya. Uhh… dan itu pasti sakit banget (Nyeri toh!). Pukulan Thicka tadi membuat Farid terduduk, dan hal itu merupakan waktu yang sangat tepat bagi Thicka untuk melarikan diri dari cengkraman Farid. (Ronde pertama berakhir, lanjut ke ronde ke dua, tapi sebelumnya gue mo beli ronde di warung sebelah dulu ya!)
Thicka lari secepat mungkin, karena setiap minggu pagi selalu jogging jadi Farid harus mengeluarkan kemampuan larinya secara maksimal, untuk dapat mengejar Thicka. Sedikit lagi tangan Farid dapat menjangkau Thicka dan hup… Lalu di tangkap.(Cicak kale) Farid memeluk Thicka dengan eratnya. Di balik punggung Thicka, Farid menangisi seluruh perbuatannya yang sangat memalukan.
Awalnya, Farid tidak ingin kalau Thicka mengetahui bahwa dirinya sedang menangis, tapi karena tetesan air matanya itulah Thicka menjadi tahu kalau Farid sedang menangis. Karena hal itu, Thicka juga ikut-ikutan nangis. (Gue juga nangis loh! Padahalkan nggak ada yang perlu di tangisin!) Dia bisa maklum, bagaimana sakitnya kalau tidak dipercaya sama orang lain. Tapi ia tidak menyangka kalau Farid akan berbuat senekat itu. Dan itu emang perlakuan Farid yang paling nekat
Dan disaat yang bersamaan, Aldo, Obie, dan Farid menyatakan perasaannya. Ayulien, Putrie, dan Thicka tentu saja kaget. Mereka semua juga tidak ingin mengalami kesedihan yang sama, tapi mereka takut kalau itu hanya akal-akalan mereka. Dengan sekuat tenaga, para cowok memberi pernyataan yang sangat ampuh untuk membuat mereka percaya (Dibikin percaya loh! Bukan dibikin klepek-klepek!). Akhirnya mereka langsung memeluk pasangan mereka masing-masing sebagai tanda mereka menerima pernyataan pasangannya. (When you tell me that you love me…! Gue kok nyanyi lagi sih!) Kejadian tersebut akhirnya mengakhiri masa jomblo mereka. Baik dari pihak cowok maupun dari pihak cewek.
^__^
Putrie, Obie, Ayulien, Aldo, Thicka, dan Farid jalan-jalan ke Metro City. Disana Putrie asyik shopping, Ayulien dan Thicka asyik liat-liat komik dan novel, sedangkan para cowoknya asyik main di Time Zone. Saat itu Putrie, Ayulien, dan Thicka melihat Obie, Aldo, dan Farid lagi di goda oleh para cewek. Ke tiga cewek itu selalu mengikuti kemana mereka pergi. Tiba-tiba Obie, Aldo, dan Farid merangkul pasangannya masing-masing. “Sorry ya! kita-kita udah punya cewek!” Kata Obie. “Mending kalian cari cowok yang lebih baik dari kita!” Kata Aldo. “Lagian, masih banyak kok cowok di luar sana yang melebihi kita!” Kata Farid.
Putrie, Ayulien, dan Thicka kagum dengan sikap mereka. Mereka sangka kalau pacar mereka bakal tergoda dengan cewek-cewek itu. “Loe bertiga pasti nyangkain kita ke goda sama cewek itu kan!” Kata Aldo. “Nggak kok!” Kata Putrie dan Ayulien “Lagian apa gunanya mikirin yang kayak githu?” Tanya Thicka “Nggak mutu!” Tambah Ayulien. “Alah! Bilang aja! Kalian pasti cemburu kan?” Tanya Obie. “Siapa yang cemburu!” Kata Putrie “Kan masih banyak cowok di luar sana yang lebih baik dari kalian!” Kata Thicka. “Ketauan lagi dari muka kalian!” Kata Farid. “Kita nggak ada yang cemburu kok!” Kata Ayulien. “Tenang aja! Saat ini dan selamanya elo yang ada di hati gue!” Kata Obie, Aldo, dan Farid bersamaan. “Hu…! Dalem banget kata-katanya!” Kata Putrie, Ayulien, dan Thicka bersamaan pula.
Setelah asyik berbelanja di Metro City, sore harinya mereka memutuskan untuk ke Jembatan barito. Disana mereka menikmati sunset yang indah banget, disana mereka juga berfoto-foto ria. Yang jelas hari itu tuh, hari yang paling indah dalam hidup mereka ber-enam. (Nggak cuma mereka, gue juga bahagia, tukang foto keliling juga bahagia, soalnya merekakan pake jasa tukang foto, jadinya pendapatan tukang foto nambah deh!)
^__^
1 tahun kemudian, Thicka kembali dikerjain oleh Putrie, Ayulien, Obie, Aldo dan Farid saat ulang tahunnya yang ke 16, tapi kali ini Thicka juga nggak mau diam saja. Dia juga menyiram mereka dengan tepung dan telur yang tersisa. Tampak bahagia terpancar dari wajah mereka. “Ntar malem ada kejutan yang spesial!” Kata Farid “Apaan?” Tanya Thicka “Ada deh!” Kata Farid sambil mengacungkan jempol pada Putrie, Ayulien, Obie dan Aldo. “Jadi kalian sekongkol ya?” Tanya Thicka.
Malam harinya, Ayulien dan Putrie menculik Thicka dari rumahnya dan membawanya ke atas menara. Tanpa disadari Thicka, Farid menutup kedua matanya dengan tangan. “Bilang ke Obie sama Aldo, langsung aja nyalain!” Suruh Farid. “Rid! Nggak usah kayak gini dong!” Kata Thicka. “Kalo nggak kayak gini, nggak bakal seru!” Sahut Farid. Putrie dan Ayulien segera menuruni tangga dan bilang apa yang di bilang oleh Farid. Aldo dan Obie langsung menyalakan kembang apinya, diwaktu yang tepat Farid juga melepaskan tangannya. Thicka langsung melihat kembang api di langit. Super amat sangat indah sekali (Kalo dalam Bahasa Inggrisnya, It’s very very very very beautifull). Putrie dan Ayulien pun tak mau ketinggalan menyaksikan pemandangan yang indah, walaupun hanya di $ide $treet. Kemudian Aldo dan Obie menyusul Putrie dan Ayulien ke $ide Street.
“Keren banget! Ini loe semua yang ngerencanain?” Tanya Thicka. “Nggak gue aja kok! Putrie, Ayulien, Obie sama Aldo juga ikut ngerencanain!” Kata Farid. “Thank’s ya! Ini tuh kado yang paling indah buat gue!” Kata Thicka. Farid langsung merangkul Thicka.
“Keren ya kembang apinya!” Kata Putrie saat sampai di atas menara. “Nggak sia-sia, kita ngerencanain semua!” Tambah Obie. “Thank’s ya Bro!” Kata Thicka sambil merangkul semuanya. Kemudian Farid juga ikut merangkul semuanya. (Berpelukaaaan! Kayak di teletubbies aja!)
Tapi, ternyata angin malam membuat Putrie kena demam. Dengan seketika Putrie roboh. Semua yang ada di situ langsung cemas. (Termasuk gue!) Obie segera melepas jaketnya dan memakaikannya ke Putrie. Dengan bantuan Farid dan Aldo, Obie dapat menurunkan Putrie dari atas menara. (Bukannya Obie nggak kuat ngangkat Putrie sendiri, tapi buat nurunin orang dengan tangga yang sempit emang perlu banyak orang!) sementara itu Ayulien dan Thicka yang telah sampai lebih dahulu di markas langsung menyiapkan kasur serta selimut. Thicka juga menghubungi mama Putrie. “Tante, Putrie, Ayulien sama Thicka nginep di markas, jadi malem ini kita nggak pulang tante!” Kata Thicka. Untungnya ibunda Putrie mengizinkan Putrie untuk nginep, coba kalo nggak! Pasti bikin masalah baru lagi deh!
Ayulien mengambil mangkok dan kain, tentu saja mangkoknya diisi dengan air dingin. Obie langsung mengompres Putrie dengan air yang disediakan Ayulien. Thicka dan Ayulien menggantikan baju Putrie. Sementara itu Obie membuatkan teh panas untuk Putrie.
Waktu sudah menunjukan pukul 01.30 pagi, namun Putrie belum sadar juga. Ayulien sudah terlihat mengantuk. “Yen mending loe tidur aja! Putrie nggak bakal kenapa-napa kok, kan ada gue, Obie, Aldo, sama Farid yang bisa ngejagain Putrie!” Kata Thicka. “Tapi…!” Kata Ayulien. “Udah, tidur sana!” Suruh Aldo “Ya udah, tapi jangan sampe Putrie kenapa-napa ya!” Kata Ayulien.
Thicka, Farid dan Aldo memasuki kamar dimana Putrie terbaring. “Bie, mending loe istirahat dulu deh! Loe pasti capek banget, nungguin Putrie dari tadi!” Kata Farid. “Gue nggak pa-pa kok Rid!” Kata Obie, “Tapi Bie, muka loe udah capek banget!” Kata Thicka. “Nggak pa-pa Thick! Gue pengen waktu Putrie membuka matanya, gue yang dia liat!” Kata Obie. “Ya udah kalo githu! Mending kita keluar!” Kata Aldo.
Tepat pukul 2 pagi, Putrie sadar dari pingsannya. “Obie? Aku…!” Kata Putrie lemah. “Tadi kamu kena demam terus kamu pingsan!” Kata Obie. “Kok kamu ada di sini?” Tanya Putrie “Gimana aku bisa pulang, kalo kamu pingsan?” Kata Obie lembut. Obie mengambilkan teh yang sudah dibuat sebelumnya, dan memberikan kepada Putrie. “Yang lain mana?” Tanya Putrie. “Ada di depan, mungkin lagi pada tidur kali! Mereka pasti kecape’an!” Kata Obie. “Bie, mending kamu tidur gih, kamu pasti capek!” Kata Putrie “Tapi kamu…?” Tanya Obie “Aku udah nggak pa-pa kok!” Kata Putrie. Obie terpaksa keluar. Saat keluar dari kamar, terlihat Thicka Aldo dan Farid sudah tertidur. Obie lalu mengambil posisi yang pas untuk tidur.
Ke esokan harinya, sekitar pukul 06.00 pagi, Putrie sudah terbangun dari tidurnya, ia melihat Thicka, Obie, Farid, dan Aldo tertidur pulas. Namun dia tidak melihat Ayulien. Ternyata dia juga sedang tertidur pulas di kamar sebelah. Putrie segera ke dapur dan membuatkan cappuccino hangat untuk dirinya, Obie, Ayulien, Aldo, Thicka dan Farid.
Pekerjaan Putrie di dapur telah selesai, dan ternyata selesainya pekerjaan Putrie, selesai pula masa tidur yang lainnya. “Put! loe udah enakan?” Tanya Thicka dengan mata masih 5 watt. “Udah kok! Ini berkat kalian semua! Thank’s ya!” Kata Putrie sambil membawa 6 gelas cappuccino. “Loe bikin khawatir semua lho!” Kata Ayulien “Sorry deh! Nggak lagi kok!” Kata Putrie. Yang lain hanya tertawa mendengar perkataan Putrie, sedangkan Obie mengecup kening Putrie. “Cieeeeee!” Kata Ayulien, Aldo, Thicka, dan Farid bersamaan. Pipi Putrie dan Obie merona merah. (Huh syukurlah Putrie nggak kenapa-napa)
Berakhirnya kejadian tadi, berarti berakhir pula cerita ini. Gue kasih tahu satu hal, semua akan bisa teratasi bila kita percaya pada diri kita sendiri, percaya pada teman kita, dan percaya sama pasangan kita. “LOVE, MAKE US ALWAYS STAY TOGETHER”, selain itu kalau cinta sudah ada di depan kamu dan kamu juga menginginkan cinta itu, raihlah segera cinta itu, kalau tidak cinta itu akan melayang dan mungkin tidak akan kembali. Inget ya “Cinta itu Nggak Bakal Dateng Kalau Kita Tidak Mencarinya” Saatnya kita berpisah…! (Bacanya sama kayak di teletubbies! Oke!)
^__^