Senin, 03 Mei 2010

wayang gong

Sanggar Pasopati yang didirikan oleh M. Saleh, telah 14 tahun bergelut dengan Wayang Gong. 14 tahun tentu bukanlah waktu yang sebentar. Banyak suka dan duka yang dialami oleh para anggota sanggar tersebut.

Namun, sepertinya kesenian Wayang Gong mulai tak terlihat lagi sinarnya seperti dulu, maka dari itu Pemerintah meminta sanggar Pasopati untuk memainkan Wayang Gong pada acara “Kongres Budaya Banjar II”. Wayang Gong itu sendiri dimainkan pada tanggal 6 April 2010, pukul 21.00 WITA.

Pertunjukan Wayang Gong kali ini mengambil cerita dan pakem dari Ramayana, yang berjudul Gerhana Cinta Membawa Pengorbanan, dimana terdapat cerita tentang kesatria, saat hanoman menyelamatkan dewi shinta yang telah diculik oleh Rahwana (Prabu Dasamuka).

Para pemain:
Negara Pancawati:
Prabu Rama
Dewi Shinta
Bupati Sargiwa
Hanoman
Raden Anggada
Raden Amila
Raden Satabali
Raden Balisata

Negara Alengka:
Prabu Dasamuka
Bupati Rasikala
Bupati Margasing
Batara Mariam
Arya Bukbis
Niang Sadasta
Niang Mulantani
Raden Indrajit

4 Aspek dalam Seni Pertunjukan yang terdapat dalam Wayang Gong
Aspek Manusia
Manusia Sebagai Homokreator
Homokreator berarti pencipta seni pertunjukan. Jadi pencipta kesenian wayang Gong adalah Abdul Muluk dan tetuha atau sesepuh budaya.

Sejarah Singkat Wayang Gong
Pada awalnya, Abdul Muluk membawa kesenian Dalmuluk dari Pahat, Malaysia ke Sumatera. Kemudian beliau membawa kesenian tradisi Dalmuluk itu ke Kalimantan. Di Kalimantan, kesenian Dalmuluk dibagi menjadi dua, yaitu Dalmuluk Cabang dan Dalmuluk Mamanda. Pada akhirnya tetuha atau sesepuh seni (budaya) memberikan unsur-unsur seni tradisi khas kalimantan dalam kedua Dalmuluk tersebut dan mengubah namanya. Dalmuluk cabang dikenal sebagai Wayang Gong dan Dalmuluk Mamanda dikenal sebagai Mamanda, yang akhirnya kedua teater tersebut menjadi teater tradisi kalimantan selatan.

Manusia Sebagai Subjek Matter
Manusia sebagai subjek matter berarti orang yang mengarahkan dinamika dalam seni pertunjukan.
Dalam pertunjukan tersebut ada 3 orang yang menjadi subjek matter. Ke-3 orang itu juga merupakan orang lama dalam sanggar pasopati yang berarti telah lama pula menggeluti wayang gong. Mereka adalah Dalang Ucok Ramanggala, Pambakal Rahmadi, dan Dalang Idris.

Manusia Sebagai seniman Primus Inter Pares
Primus Inter Pares berarti yang terbaik dari yang terbaik.
Jika dilihat dalam logika, yang terbaik dari yang terbaik dalam sebuah pertunjukan, tentu orang yang mengarahkan dinamika dalam seni pertunjukan. Namun dalam teater tradisi, yang terbaik dari yang terbaik merupakan aktornya, yaitu Dalang Ucok Ramanggala, sebagai Prabu Dasamuka. Karena beliau mampu berimprofisasi dengan baik, mampu menghidupkan kembali suasana yang telah bosan, mampu berinteraksi dengan penonton.

Aspek Pertunjukan
Pra Pertunjukan
Sebelum pertunjukan berlangsung, ada beberapa hal yang mereka lakukan, yaitu:
- Setting panggung
- Make-up

Pertunjukan:
Dalam aspek berikut, merupakan segala sajian yang terdiri dari realitas panca indra.
Pertunjukan tersebut menggunakan panggung yang berbentuk semi arena (tapal kuda) yang bagian atasnya dikelilingi dengan hiasan-hiasan dari janur. Properti yang di gunakan, meja, diiringi dengan musik gamelan. Peralatan dari gamelannya berupa satu set gamelan lengkap. Hand profnya tongkat kecil berwarna hitam yang ujungnya diberi warna putih. Perlengkapan lain berupa mikrophone 4 buah, wireless clip on 2 buah, kostum yang digunakan di dominasi dengan pakaian kerajaan, namun selain itu ada pula yang menggunakan kostum kera (hanoman).

Kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam pertunjukkan tersebut.
Kekurangan:
- Pemain kurang optimal dalam berlakon. Karena terdapat beberapa kecelakaan yang kecil yang tidak mampu diatasi dengan improvisasi, dan ada pula pemain yang hanya setengah-setengah melakukan aktingnya (seperti dewi shinta).
- Tidak sadar penonton (tidak memperhatikan bloking)
- Pemain yang tidak berlakon (statis) lepas dari suasana.
- Suara kurang jelas

Kelebihan:
- Gerakan tari bagus. (gerakan yang menyerupai gerakan wayang kulit)
- Make-upnya sederhana namun pas
- Para pemain musik sudah mahir dalam memainkan gamelannya.

Pasca Pertunjukan:
Hal-hal yang dilakukan setelah pertunjukan selesai:
- Pembebasan karakter tokoh.
- pemberesan setting panggung
- pembersihan make-up
- pembagian gaji

Aspek Penonton
Penonton biasa: 40%
Penonton Apresiator: 50%
Penonton Kritikus: 10%

Aspek Management
Management yang digunakan dalam sanggar Pasopati adalah management tradisi. Walaupun terdapat pembagian tugas, namun tidak sekomplit atau seprofesional management modern. Dalam Sanggar Pasopati tidak mengenal pengiriman proposal, akan melakukan pertunjukan jika diminta, seberapa pun bayaran yang akan diterima. Yang utama adalah dilakukan oleh seniman tradisi di pedesaan.